Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pegang Setya Novanto, Jokowi Paksa Megawati Ubah Manifesto

19 Mei 2016   09:46 Diperbarui: 19 Mei 2016   12:52 5773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu alasan mengapa kita layak memperhitungkan kemungkinan Jokowi tidak lagi di PDIP karena faktor Puan Maharani. Megawati Soekarnoputri tentu akan mendorong Puan untuk menjadi  RI 1, dengan opsi RI 2, sebelum dirinya lengser dari jagat politik tanah air. Sebagai orang Jawa, Megawati sadar betul dirinya akan segera memasuki fase perenungan (mandeg panditho) sebelum kembali kepada Sang Pencipta. Dengan posisi RI 1 atau RI 2, Puan sudah cukup mumpuni untuk menerima tongkat kepemimpinan PDIP dari tangan ibunya

Jokowi membaca hal itu. Naluri politiknya menggerakkan dirinya untuk memilih Setnov daripada Ade Komarudin yang memiliki potensi menjadi pesaing pada PIlpres 2019. Posisi di kabinet dan terbukanya peluang untuk memburu rente, sudah cukup untuk ‘membungkam’ Setnov. Sebab sejatinya Setnov bukanlah politikus melainkan pengusaha. Bukankah saat dirinya masih menjadi ketua DPR, dalam kunjungan ke Jepang dan Amerika Serikat Setnov lebih mengutamakan pertemuan dengan para pengusaha dibanding koleganya sesama senator? Jadi tidak perlu dikaitkan dengan hal-hal lain mengapa Jokowi sampai menugaskan Luhut untuk memenangkan Setnov dalam gelaran Munaslub Golkar. Ini politik, Bung! Lihatlah dari perspektif kepentingan, bukan lainnya.

Dari peta politik kekinian tersebut, deklarasi Golkar untuk mengusung Jokowi pada Pilpres 2019, hanya sebuah psy war yang dilancarkan Jokowi kepada Megawati. Jika tidak ingin ketinggalan kereta, Megawati harus merubah manifesto yang belum sempat terucap namun hidup dalam pikiran kader-kadernya bahwa PDIP harus dipimpin trah Soekarno. Kedua, Megawati harus berani mengambil langkah strategis yang mungkin menyakitkan yakni melepas Jokowi sejak awal. Ancaman yang dikirim Jokowi, harus direspon segera dengan menarik posisi Puan dari kabinet. Ketiga, dan ini lebih meyakitkan lagi, Megawati melakukan pendekatan dengan partai besar lainnya yakni Demokrat dan Gerinda, plus PKB untuk menandingi koalisi yang tengah dibangun Jokowi. Kontak-kontak politik rahasia perlu dibangun dengan ketiga partai tersebut sebagai penekan manakala Jokowi benar-benar mbalelo.

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun