Mungkin ada yang akan menyanggah, hanya pemalas saja yang banyak alasan. Kan bisa saja yang laki-laki kerja di proyek atau pabrik dan para perempuan muda itu jualan cendol atau jamu kuat di sekitar lokasi proyek-pabrik.  Bagi Anda yang berpikiran seperti itu, aku akan balik menyanggahnya, berapa tenaga kerja yang bisa terserap dalam  usaha es cendol dan jamu kuat? Silahkan Anda bayangkan, jika dalam satu lokasi proyek/pabrik, ada 100 perempuan cantik jebolan Hongkong jualan es cendol dan jamu kuat. Seperti apa kerasnya persaingan di antara mereka?
Jadi, esensinya bukan di situ. Pemerintah harus terlebih dahulu menyiapkan lapangan pekerjaan yang cukup untuk menampung angkatan kerja perempuan di dalam negeri sebelum memutuskan hal itu. Pemerintah harus yakin ekonomi kita cukup stabil dan memiliki ketahanan andai terjadi goncangan akibat kebijakannya. Sebab, bukan hanya TKW dan keluarganya saja yang akan menerima dampaknya secara langsung, namun juga sel-sel ekonomi lainnya yang selama ini sudah saling bergantung, seperti sektor jasa pengiriman uang dan barang. Mungkin juga perlu dibangun lebih banyak lagi balai latihan kerja gratis agar para eks TKW bisa mendapatkan ketrampilan yang memadai sebelum kembali ke luar negeri. Masalahnya, seberapa besar pasar tenaga kerja skill di luar negeri? Mampukah tenaga tenaga kerja kita bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain?
Lalu apa hubungannya dengan impeachment terhadap Presiden Jokowi? Nanti aku pikirkan kembali. Sekarang aku tidur siang dulu sambil membayangkan 100 perempuan cantik jualan es cendol dan jamu kuat.
salam @yb
sumber bacaan: di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H