Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Iuran Anggota Rp 20 Miliar/Tahun, Berapa Gaji Presiden Buruh Said Iqbal?

8 Februari 2016   12:33 Diperbarui: 8 Februari 2016   13:12 15702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Isu adanya beberapa organisasi buruh yang ‘memeras’ anggotanya dengan dalih iuran wajib sebagai anggota organisasi tersebut sudah lama terdengar. Namun pernyataan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal tetap saja membuat banyak pihak tercengang.

Menurut Said Iqbal, organisasi buruh seperti Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI)- salah satu organisasi buruh yang paling rajin menggelar demo di Jakarta, memperoleh pendapatan dari iuran anggotanya pada kisaran Rp 1,4 miliar sampai Rp 1,7 miliar per bulan. Entah mengapa Said Iqbal justru mencontohkan pendapatan organisasi anggota konfederasinya, bukan KSPI. Agar imbang, karena konfederasi merupakan gabungan federasi pekerja/buruh, maka kita perkirakan pendapatan KSPI setara dengan pendapatan FSPMI yakni sekitar Rp 20 miliar per tahun.

Pungutan atau bahasa kerennya iuran wajib buruh kepada organisasinya memang diperbolehkan oleh undang-undang. Pasal 30 huruf (a) UU Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh menyebutkan keuangan serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh bersumber dari iuran anggota yang besarnya ditetapkan dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga organisasi bersangkutan.

Dengan dasar UU tersebut, setiap buruh di sentra-sentra industri seperti Cikarang, bisa dipastikan adalah anggota dari organisasi buruh. Ada yang masuk secara suka rela, namun lebih banyak lagi yang hanya tanda tangan di atas selembar kertas persetujuan menjadi anggota buruh ini-itu (setiap buruh boleh menjadi anggota pada dua organisasi buruh berbeda) dan merelakan gajinya dipotong setiap bulan untuk suatu kegiatan yang mereka tidak ketahui.   

Lalu berapa gaji Said Iqbal selaku Presiden KSPI?

Tentu kita tidak akan menemukan slip gaji para pengurus organisasi buruh. Mereka adalah malaikat pembela buruh yang berjuang tanpa pamrih demi kesejahteraan anggotanya. Mereka rela berkeringat di bawah terik matahari untuk menyuarakan aspirasi buruh dan siap mati di bawah moncong senapan aparat keamanan.  Mereka adalah para ksatria yang telah mewakafkan jiwa raganya demi tercapainya cita-cita luhur organisasi yang dipimpinnya.  

Bila kemudian ada satu dua pengurus yang naik jeep Wrangler Rubicon, memiliki moge yang harganya puluhan juta, memiliki rumah mewah di kawasan elit, itu hanya pengecualian. Pengurus tersebut adalah contoh pekerja teladan yang mampu menghemat gajinya sedemikian rupa sehingga mampu beli barang-barang mewah. Jadi jangan dicurigai dia menghisap darah anggotanya, memakan uang organisasinya. Jangan pernah berpikiran seperti itu, kawan...

Kembali ke pertanyaan awal, berapa gaji Said Iqbal selaku Presiden KSPI?

Tidak ada! Aku yakin tidak sepeser pun uang iuran anggota KSPI yang digunakan untuk menggaji Said Iqbal selaku Presiden KSPI. Bukankan kader Partai Keadilan Sejahtera itu termasuk pengurus organisasi buruh dengan kriteria seperti yang aku sebutkan di atas?

Hanya saja pada kebanyakan organisasi non profit seperti organisasi buruh, pengurus, terutama ketua atau presiden, paling banyak memanipulasi keuangan organisasi untuk kepentingan pribadi. Ada banyak kegiatan dan usaha organisasi yang bermuara pada jatuhnya uang organisasi kepada pribadi-pribadi pengurus.

Cara paling mudah untuk menilep uang organisasi yang haram diaudit itu adalah memanipulasi biaya operasional pengurus. Tidak heran jika biaya operasional pengurus pada organisasi semacam itu sangat besar. Setiap hari para pengurus berkeliling kota, dari satu tempat ke tempat lainnya, sehingga membutuhkan biaya operasional yang sangat besar.  Atas nama sosialisasi, kaderisasi dan konsolidasi anggota, workshop, kongres, dll, dana organisasi pun tumpah-ruah tanpa diketahui oleh anggotanya.  

Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut, ditulis semaunya oleh pengurus bersangkutan. Semakin besar kas organisasi, semakin besar pula jumlah dana yang dibutuhkan untuk tugas suci para pengurus organisasi.  Potensi untuk me-mark up biaya kegiatan sangat terbuka karena uang itu ada dan pengurus memiliki kewenangan luar biasa untuk mengeluarkan dan memanipulasi pertanggungjawabannya.

Kedua, adalah usaha. Tidak heran jika banyak organisasi dengan kas besar memiliki banyak usaha yang dikelola oleh pengurus yang orangnya itu-itu juga. Silahkan di-searching, prosentase keberhasilan usaha yang dikelola organisasi/serikat buruh sangat kecil. Mengapa? Apakah usaha itu tidak berhasil karena salah manajemen? Tidak. Usaha itu memang dibuat hanya untuk ‘jalan’ membobol kas organisasi. Para pengurusnya justru berharap usaha yang dirintisnya mati dalam tempo yang sesingkat-singkatnya sehingga bisa dijadikan dasar untuk membuka usaha lain yang membutuhkan biaya lebih besar lagi.    

Ketiga, kegiatan atau aksi. Pengeluaran untuk sekali melakukan aksi- seperti demo ke Istana Merdeka yang rutin dilakukan oleh sejumlah organisasi buruh sehingga mirip ritual bulanan, sangat besar. Membuat poster, spanduk, pamflet, sewa kendaraan, konsumsi adalah contoh pengeluaran yang bisa disulap. Siapa yang bisa memastikan jumlah pampflet yang dicetak sama seperti yang ada dalam laporan (jika memang ada laporannya)? Siapa yang bisa memastikan jumlah buruh yang ikut demo sebagai dasar penghitungan budget untuk konsumsi?

Lalu berapa gaji Presiden KSPI Said Iqbal?

Tidak ada! Berisik amat sih…

 

Salam @yb

 

Referensi : http://nasional.kompas.com/read/2016/02/07/18223931/Ini.Kata.Pimpinan.Buruh.Soal.Isu.Iuran.Miliaran.Rupiah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun