Akan kemana Golkar setelah ini? Hal yang paling mungkin adalah semakin sengitnya perpecahan di tubuh partai beringin itu. Ical akan mengakomodir beberapa punggawa yang sempat berada di Tim Transisi, minus Agung Laksono, untuk bersama-sama menggelar Munaslub. Â Sementara karena merasa ditinggal, dengan kekuatan yang tersisa Agung Laksono akan terus mencoba merintangi pelaksanaan Munaslub. Di akhir pertarungan, kubu Agung Laksono rontok karena beberapa pentolan yang tersisa membelot dengan ikut Munaslub, bahkan mencalonkan diri menjadi ketua umum. Tetapi Agung Laksono memilih jalan puputan. Ia akan terus berjuang mengikuti nalurinya sambil menunggu momentum. Â Â Â
Terlebih Golkar di bawah kepemimpinan baru juga tidak akan leluasa melakukan konsolidasi partai karena di beberapa daerah muncul desakan untuk dilakukan penyegaran kepengurusan DPD sebagai imbas pergantian kepengurusan di tingkat pusat. Beberapa kader partai yang kemarin sempat tersingkir akibat dualisme kepengurusan di tingkat pusat, minta diakomodir dalam kepengurusan baru.
Meski Ical dengan posisinya sebagai ketua Dewan Pertimbangan masih memiliki kuasa yang besar di tubuh Golkar, namun konsolidasi tidak hanya butuh pengaruh orang kuat di Jakarta melainkan sosok yang hadir langsung di lapangan yakni seorang ketua umum dan sekjen. Keterbatasan wewenang yang dimiliki ketua umum akibat penguatan posisi ketua Dewan Pertimbangan, menjadikan sosok ketua umum Golkar hasil Munaslub tak lebih dari panglima tanpa amunisi.
Kekacauan dan friksi di tubuh Golkar pun akan terus berlanjut hingga 2019. Inilah periode paling kelam dalam sejarah Golkar. Golkar tengah menapaki fase kemunduran menuju sandikala, menuju kepunahan.
Salam @ybÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H