Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menunggu Jokowi Jadi Diktator

20 Desember 2015   16:08 Diperbarui: 20 Desember 2015   17:30 4259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berhasil membungkam lawan politik dan mengunci pembantunya agar tidak macam-macam, Jokowi lantas ‘memamerkan’ kekuatannya kepada negara-negara luar. Sikap Malaysia yang tanpa syarat mencabut pathok di Tanjung Datu dan sejumlah titik perbatasan lainnya yang ditengarai masuk ke wilayah Indonesia setelah Jokowi menyebar pasukan ke perbatasan, pernyataan terbuka pemerintah China yang mengakui kedaulatan Indonesia atas Kepulauan Natuna padahal sebelumnya sempat memasukannya ke dalam peta negaranya, usai Jokowi mengerahkan tujuh kapal perang di pinggir Laut China Selatan, dan memarkir pesawat tempur di Sebatik dan sekitarnya, kepanikan Australia karena Jokowi tidak mau menerima pengungsi yang diusir dari Negara Kanguru tersebut sehingga terapung-apung di laut internasional dan sebagian di antaranya mati tenggelam sehingga Australia dikecam dunia, hanya sedikit contoh bagaimana Jokowi sedang memperingatkan negara-negara di dunia agar tidak macem-macem dengan Indonesia (baca: Jokowi).

Namun semua capaian itu belum cukup untuk menopang Jokowi menjadi diktator sejati. Jokowi masih membutuhkan “alat pukul” yang efektif. Jika Pak Harto “memperalat’ TNI, Jokowi akan “memperalat” rakyat. Jokowi akan muncul sebagai diktator sejati dengan dukungan mayoritas rakyat.

Ketika masa itu tiba, aku pun akan melipat buku dan menyembunyikan pulpen. Sebab siapapun penopangnya, diktator adalah diktator, sipil maupun militer.

 

Salam.. @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun