Hasilnya, film yang secara tema cukup berat dan kelam ini tetap terasa menyenangkan dan ringan untuk dinikmati. Menghibur tanpa harus menurunkan wibawa sang jagoan dengan jokes berlebihan dan tak perlu layaknya film "dewa petir" dari franchise sebelah.Â
Tentunya apa yang disajikan The Flash menjadi sebuah perpaduan pas yang memang dibutuhkan untuk sebuah film superhero. Serius tapi tetap menghibur.
Hal lain yang saya suka dari The Flash adalah bagaimana film ini mampu menjelaskan konsep time travel yang sebenarnya njlimet dengan cara yang mudah dan tak berbelit-belit.Â
Bahkan penjelasannya muncul pada adegan santai di ruang makan dengan seporsi spaghetti menjadi metaforanya. Bagi saya ini cara yang cukup cerdas untuk mengenalkan konsep multiverse kepada penonton kasual yang tak mengikuti komiknya.
Penyederhanaan ini saya rasa sangat berguna mengingat publik saat ini sudah "capek" dengan manuver-manuver Warner Bros terhadap deretan superhero DC. Apalagi sebentar lagi akan memasuki era baru DCU, sehingga konsep multiverse ini harus bisa dipahami publik dengan cepat agar bisa menikmati ragam sajian tontonan DC dan koneksi antar dunianya dengan mudah.
Karena masih banyak kemungkinan yang terjadi dan harapan yang menjadi kenyataan akan kehadiran superhero DC setelah adanya konsep multiverse ini. Tinggal berdoa saja, heuheu.
Benar ada kehadiran Michael Keaton sebagai Batman dan Sasha Calle sebagai Supergirl. Benar juga kehadiran keduanya cukup krusial dalam perjalanan cerita The Flash kali ini. Namun keduanya ternyata tidak menutupi performa sang tokoh utama seperti yang dikhawatirkan banyak orang.