Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Menikmati Lagi Aksi Panggung Dream Theater yang Memuaskan

14 Mei 2023   18:08 Diperbarui: 14 Mei 2023   20:30 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumat lalu, tepatnya tanggal 12 Mei 2023 akhirnya saya berkesempatan untuk sekali lagi menyaksikan aksi panggung band asal Long Island, New York, yang namanya sudah tak asing lagi di kalangan penggemar musik metal dan progresif rock. Siapa lagi kalau bukan Dream Theater yang di tahun ini sudah menginjakkan usia 38 tahun terhitung sejak band tersebut masih bernama Majesty di periode 1985-1988.

Sejatinya, Dream Theater termasuk band yang cukup 'rajin' mampir ke Indonesia. Jika ditotal dengan penampilan lalu berarti sudah sekitar 5 kali mereka manggung di tanah air.

Pertama kali di tahun 2012 ketika formasi band mereka mengalami perubahan pasca hengkangnya drummer legendaris mereka, Mike Portnoy, yang juga digantikan drummer 'gila' lainnya, Mike Mangini. Kemudian di tahun 2014, di mana pada tahun tersebut saya berkesempatan menyaksikan mereka di lapangan D Senayan.

Lalu tahun 2017 di event JogjaROCKarta. Kemudian di Manahan Solo di tahun 2022 lalu dan terakhir kemarin tanggal 12 Mei 2023 di Eco Park Ancol, Jakarta.

Suasana pintu masuk konser Dream Theater Jakarta (dok.pribadi)
Suasana pintu masuk konser Dream Theater Jakarta (dok.pribadi)

Bagi saya, melihat penampilan mereka berlima di atas panggung selalu terasa spesial. Mereka, khususnya Portnoy, menjadi inspirasi saya dalam bermusik sehingga memutuskan untuk belajar alat musik drum di usia remaja. Walaupun memang skill saya tidak bisa menyamai dirinya, heuheu.

Gambaran yang terekam di otak saya adalah bahwa mereka adalah band yang cerdas, rumit, sempurna, tapi juga masih mencoba relevan dengan zaman melalui pilihan sound dan  komposisi musik yang mereka hasilkan.

John Petrucci saat menerima Grammy Awards lewat lagu
John Petrucci saat menerima Grammy Awards lewat lagu "The Alien" (Kompas.id)
Kerja keras mereka dalam membuat musik yang berbeda, njlimet namun tetap terasa modern memang baru 'membuahkan hasil' dalam bentuk piala kemenangan Grammy Awards di tahun 2022 silam melalui lagu "The Alien". Setelah pada gelaran Grammy Awards sebelum-sebelumnya harus puas dinominasikan saja. 

Namun sejatinya, respect musisi dunia dan penikmat musik cadas di seluruh dunia kepada mereka sudah mendahului awards tersebut.

Our Holy Grail now redefined
Our purpose, a thread
Weaving through time
Now with the means to expand
Life beyond here, digital man -
Dream Theater, The Alien-

Suasana penonton di Festival A (dok.pribadi)
Suasana penonton di Festival A (dok.pribadi)

The Alien jugalah yang kemudian menjadi lagu pembuka konser mereka di Eco Park Ancol. Lagu dengan ketukan agresif dan raungan gitar berdistorsi tebal tersebut langsung membakar semangat dan adrenalin penonton yang sudah setia menunggu penampilan mereka tepat di jam 8 malam tersebut.

Sayatan gitar tanpa cela dari John Petrucci, lincahnya jemari sang keyboardis, Jordan Rudess dan petikan bass yang cepat dan rapat dari John Myung berpadu dengan pukulan-pukulan 'gila' Mike Mangini, sontak membuat riuh area konser. Apalagi ketika suara khas James LaBrie akhirnya masuk melengkapi komposisi musik The Alien.

Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)
Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)


Setelahnya, mereka mengombinasikan lagu-lagu lawas dan baru dalam setlist mereka seperti 6:00, A View from The Top of The World, Bridges in The Sky, Sleeping Giant, Solitary Shell, dan Pull Me Under yang legendaris itu!

Saya pribadi sangat bahagia ketika akhirnya bisa menyaksikan lagu 6:00 dan Pull Me Under dibawakan secara langsung. Kedua lagu favorit saya tersebut sejatinya memiliki ketukan drum yang unik dengan tingkat kerumitan medium jika dibandingkan lagu Dream Theater lainnya. Namun komposisi musik keduanyalah yang membuatnya nikmat didengarkan bahkan bisa dinyanyikan.

Bagi penggemar veteran tentu menyenangkan ketika lagu-lagu lawasnya dibawakan dan bisa bernyanyi bersama. Karena sehebat apapun lagu-lagu baru mereka, lagu-lagu mereka di era 90an sampai 2000an awal lah yang melekat begitu dalam di hati para fansnya.

Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)
Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)
Dan satu kata untuk mereka adalah SEMPURNA. Ya, betapa John Petrucci, John Myung, Mike Mangini dan Jordan Rudess begitu sempurna memainkan not-not 'gak masuk akal' dan ketukan-ketukan drum yang begitu ajaib. Bahkan di beberapa kesempatan, Mike Mangini tampak mengubah dan mengacak pola ketukan aslinya namun tetap stay in tempo. Salut untuk itu.

Penonton pun tetap mendapatkan sesuatu yang segar namun dengan sound dan detail yang tetap sama seperti kala kita mendengarkan lagunya via digital platform. Ya kalau bahasa sehari-harinya bisa dibilang "sama kaya kaset", saking sempurnanya permainan mereka.

Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)
Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)

Namun gambaran sempurna tersebut sayangnya sedikit terkikiskan ketika usia nampaknya menjadi satu-satunya faktor pembeda penampilan mereka, setidaknya jika dibandingkan ketika saya menyaksikan mereka di tahun 2014. Khususnya pada diri sang vokalis, James LaBrie.

Entah  kelelahan karena Jakarta menjadi panggung terakhir rangkaian Top of The World Tour mereka, entah benar-benar kepanasan karena fenomena cuaca akhir-akhir ini, atau memang karena murni faktor usia, kualitas suara LaBrie cukup mengagetkan di konser kemarin.

Beberapa kali LaBrie tampak bolak-balik minum setelah selesai berteriak atau mencoba menyentuh nada tinggi. Pun pada lagu-lagu lawas mereka yang memang nadanya sangat tinggi tersebut seperti Pull Me Under dan 6:00, LaBrie cukup terlihat kepayahan dan gagal mencapai not tersebut hingga harus memodifikasi nada lagunya yang sayangnya beberapa di antaranya tak berhasil.

Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)
Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)

Ya, nampaknya hal itu jugalah yang mendasari kenapa lagu-lagu di album baru mereka nadanya lebih rendah dari lagu-lagu di album lawas mereka. Mirip dengan bagaimana Metalicca mengubah rangkaian nada di lagu-lagu rilisan baru mereka seiring berjalannya usia sang vokalis.

Namun selebihnya tak ada yang perlu dikritik dari performa mereka di atas panggung. Rapi, gagah dan sempurna. Pun stamina mereka terus terjaga selama dua jam berjalannya konser.

Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)
Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)

Secara sound juga bagi saya pribadi cukup memuaskan. Setiap detail nada berhasil tertangkap sempurna di telinga saya. Pun dengan bunyi variasi sound pada tom, snare, kick, dan simbal Mike Mangini juga mampu keluar dengan detail yang baik. Soundnya kencang namun tetap balance dalam mengakomodir bunyi-bunyian dari berbagai alat musik di atas panggung.

Hanya saja sound pada sisi saya berdiri sempat saya rasakan perubahannya sedikit di pertengahan konser namun saya lupa sejak di lagu apa. Di mana bunyi gitar terasa lebih kencang dari sebelumnya. Hal yang awalnya tak terasa mengganggu namun ternyata cukup menyakitkan telinga ketika John Petrucci memainkan tremolo gitarnya dan menyentuh lengkingan tinggi.

Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)
Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)
Sementara dari tata panggung, efek visual dan permainan lightning nampak tak ada perubahan signifikan dari apa yang saya pernah saksikan 9 tahun yang lalu. Masih tetap sederhana dan serba hitam namun kemudian sentuhan mewahnya dimasukkan dalam bentuk video visualisasi di layar yang temanya berbeda di setiap lagu dan permainan lampu yang sesuai ritme musik.

Area konser yang dibuat open space di mana food truck, merchandise, dan toilet umum berada di satu area luas dengan panggung bagi saya merupakan pilihan yang cukup baik. Penonton jadi bebas berkeliling dan menikmati makanan minuman sembari menunggu sang artis muncul di atas panggung. Suasana pun jadi terasa santai dan menyenangkan meski memang tak terasa eksklusif.

Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)
Dream Theater Live di Ecopark Ancol (dok.pribadi)
Pada akhirnya konser Dream Theater: Top of The World Tour tetap memberikan pengalaman tak terlupakan dalam menyaksikan kiprah musisi-musisi gaek tersebut yang masih lincah memainkan metal progresifnya yang semakin kesini komposisi musiknya semakin sulit dan rumit tersebut.

Sedikit kekurangan pada sisi vokal tak banyak mengubah pengalaman menyaksikan superband ini yang musiknya begitu menyegarkan telinga. Terima kasih sudah datang ke Jakarta, Dream Theater. Terima kasih sudah menyapa fans kalian di sini sekali lagi.

Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun