Kalau ada satu kata yang bisa menjelaskan secara singkat tentang The Guardians of The Galaxy-nya James Gunn adalah CINTA. Ya, sejak film pertamanya dirilis 9 tahun silam memang sudah terasa bahwa James Gunn meramu film ini dengan cinta yang mendalam.
Pilihan aktor, caranya berkomedi dalam balutan aksi, hingga pilihan lagu soundtrack yang terasa personal namun berhasil memberikan nuansa unik sekaligus memberikan ciri khas yang membedakan kelompok jagoan ini dengan jagoan-jagoan lain di semesta sinematik Marvel, tentu menjadi beberapa hal yang membuat kita sadar betapa James Gunn mencintai para penjaga galaksi tersebut.
The Guardians of The Galaxy lantas menjadi semacam versi 'adult' dari Star Wars karena membawa nuansa space opera yang berbeda & unik. Para jagoannya justru berasal dari lingkungan yang tak ideal pun dengan pekerjaan awal yang juga jauh dari standar pahlawan pada umumnya.Â
Mereka bukanlah 'the chosen one' yang diberikan semacam 'tongkat' untuk menyelamatkan semesta. Mereka terpilih karena kekurangannya namun menjadi yang tersulit untuk dikalahkan karena teamwork dan kekeluargaannya.
Dua film sebelumnya sudah memperlihatkan jatuh bangunnya tim ini. Bagaimana mereka dipertemukan, menjalankan misi besar, pertengkaran dalam tim, hingga pada volume ketiganya ini kita bisa melihat bahwa mereka sudah menuai apa yang selama ini mereka tanam yaitu bibit-bibit kekeluargaan dan ego pribadi yang dikesampingkan demi kesatuan tim. Kini, mereka adalah The Guardians of The Galaxy dalam potensi terbaiknya.
Dalam form terbaiknya saat ini, The Guardians pun dihadapkan oleh musuh kuat yang ternyata berasal dari masa lalunya Rocket Racoon (Bradley Cooper), yaitu High Evolutionary yang diperankan secara apik oleh Chukwudi Iwuji.
Bagaimana sikapnya dibutakan oleh ambisi besarnya untuk menjadi 'tuhan' sehingga apapun dilakukannya untuk memenuhi keinginan gilanya tersebut.Â
Sebuah ambisi yang menarik dengan tambahan backstory yang cukup kuat pada adegan flashback menjadikan karakter ini sebagai salah satu villain yang cukup mengerikan bagi saya di MCU.
Dengan tambahan kehadiran karakter baru seperti Adam Warlock (Will Poulter), GOTG vol.3 juga masih memberikan ruang tambahan untuk memperluas semestanya dan memperdalam ceritanya di masa-masa mendatang. Apalagi kehadirannya di sini juga memberikan dampak pada cerita keseluruhan dan tak hanya jadi tempelan semata.
Menyaksikan The Guardians of The Galaxy vol. 3 ini sejatinya seperti menaiki berbagai wahana dalam taman bermain. Ada sensasi yang berbeda-beda namun memberikan kepuasan yang maksimal setelah menaikinya.
Kita diajak seru-seruan melalui berbagai adegan aksi yang keren dan stylish. Merasakan kepedihan Star-Lord (Chris Pratt) yang cintanya tak berbalas oleh Gamora 'baru'(Zoe Saldana). Tertawa oleh tingkah laku Drax (Dave Bautista). Bahkan diizinkan untuk menangis menyaksikan cerita masa lalu Rocket yang kelam dan menyakitkan.
Dengan berbagai 'rasa' yang dimasukkan ke dalam adonan cerita di Volume 3 ini, memang bagi sebagian orang akan terasa convoluted atau kusut.Â
Namun bagi saya, banyaknya point cerita yang disampaikan masih dalam tahap tak mengganggu. Semuanya berhasil disajikan dengan pacing yang stabil dari awal sampai akhir pun dengan porsi penceritaan karakter-karakternya yang terasa pas.
Itulah sebabnya kita masih bisa mengerti siapa itu Adam Warlock, apa ambisi High Evolutionary, dan bagaimana masa lalu Rocket Racoon membawa tim tersebut ke petualangan baru yang belum mereka rasakan sebelumnya. Semuanya menyatu dan mengeluarkan after taste yang mengharukan, menyenangkan dan memuaskan setelah menonton film ini.
Cerita kelam Rocket jelas menjadi highlight film ini. Porsinya benar-benar memperkuat sisi drama film ini dan menjadi semacam konklusi apik dari perjalanan para Guardians di ketiga filmnya. Pun membuat kita mungkin berubah pikiran setelah sebelumnya melihat sisi menyebalkan saja dari Rocket Racoon. Ya, pokoknya siapkan tissue ya, heuheu...
James Gunn dan musik memang tak bisa dipisahkan dari film-film superhero yang digarapnya. Entah itu GOTG, The Suicide Squad, hingga serial Peacemaker, semuanya memiliki benang merah yang sama yaitu pilihan musik yang 'tak biasa'. Di Volume 3Â ini hal tersebut juga masih menjadi elemen penambah rasa film ini.
Membuat setiap fighting scene dan hero entrance di film ini terasa lebih menggugah dan terlihat stylish. Tapi menurut saya pribadi, pilihan lagu di film ini tak se-memorable film pertamanya. Bagi saya, GOTG vol.1 tetap yang terbaik sari segi pilihan musiknya. Ya, tapi lagi-lagi ini cuma masalah selera.
Pada akhirnya The Guardians of The Galaxy vol.3 adalah sebuh paket lengkap petualangan para penjaga galaksi. Seru, lucu dan pastinya punya hati. Action sequencenya satisfying, tapi dramanya lebih-lebih lagi langsung 'nyeeeesss' ke hati.
Bagi saya film ini adalah salah satu yang terbaik di era multiverse saga. Setelah sebelumnya dikecewakan oleh beberapa film yang tak sesuai harapan baik secara cerita, GOTG vol.3Â seakan menjadi oase di tengah kekeringan tersebut.
Buat yang belum nonton, cus langsung ke bioskop weekend ini. Karena film selengkap ini dengan visual mewah dan musik yang menyenangkan ini tentunya akan lebih nikmat disaksikan langsung di layar lebar.
Buat saya nilai 9/10 cukup layak untuk disematkan ke GOTG vol.3. Selamat menonton dan salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H