Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Asyiknya Nostalgia Bersama "Power Rangers: Once & Always"

20 April 2023   17:58 Diperbarui: 21 April 2023   00:14 2892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi yang tumbuh di era 90-an, tentu tidak asing dengan jagoan remaja berjumlah 5 orang dengan kostum warna-warni yang memiliki kekuatan super dan mengalahkan berbagai alien jahat menggunakan robot raksasa. Kehadirannya selalu ditunggu meskipun secara cerita selalu memiliki pola yang sama antar episodenya. Tapi bagi anak-anak kala itu, rasanya hal tersebut bukanlah masalah.

Ya, mereka adalah Power Rangers, jagoan yang diadaptasi oleh Saban dari Super Sentai asal Jepang yang kemudian berkembang menjadi franchise dengan berbagai jenis Ranger yang lain. Ada Power Rangers Turbo, Power Rangers in Space, Power Rangers Ninja Steel, dan masih banyak lainnya.

Sumber: Giantfreakinrobot.com
Sumber: Giantfreakinrobot.com

Namun dari semuanya yang paling terkenal dan memorable bagi anak-anak Indonesia era 90-an termasuk saya adalah versi Mighty Morphin Power Rangers yang diadaptasi dari versi Jepangnya bernama Kyry Sentai Zyuranger.

Di versi Mighty Morphin, anak-anak pada masa itu diperkenalkan dengan karakter legendaris seperti Jason si Ranger Merah, Kimberly si Ranger Pink, Trini si Ranger Kuning, Billy si Ranger Biru, Zack si Ranger Hitam dan bonus Tommy sebagai Ranger Hijau dan Putih yang menjadi additional member di pertengahan musim. 

Nah, karakter-karakter itu juga yang kemudian diperebutkan saat bermain "ranger-rangeran" bersama teman-teman.

"Gue jadi ranger merah!", "wah ga bisa, itu gue", "gue", "gue", dan pertengkaran pun tak terhindarkan, heuheuheu.

Collider.com
Collider.com

Kembali ke Mighty Morphin Power Rangers, dalam rangka merayakan 30 tahun Mighty Morphin Power Rangers, Saban selaku pemilik IP-nya bekerjasama dengan Netflix dalam menelurkan special show berjudul Mighty Morphin Power Rangers: Once & Always yang baru saja dirilis kemarin. So, film ini masih benar-benar segar untuk ditonton.

Dengan tajuk "special show" dan durasi hanya 55 menit, tentu tak banyak yang bisa diharapkan dari sajian Power Rangers terbaru ini. Tapi apakah film ini worth untuk disaksikan? Mari masuk ke pembahasannya.

Comicbook.com
Comicbook.com

Jujur saya pribadi sempat kaget ketika melihat visual, tone warna, set, dan efek visual yang nampak sama dengan apa yang dulu pernah saya saksikan.

Alih-alih membuat special show ini kaya akan unsur CGI modern dan cerita "berat" khas film-film superhero masa kini, Power Rangers: Once & Always justru tetap "setia" dengan kesederhanaannya yang membuat beberapa adegan dan dialog terasa cringe.

Tapi cringe itulah yang menurut saya menjadi 'tradisi' yang sengaja dipertahankan karena Power Rangers: Once & Always ini bukan didesain untuk memodernisasi Power Rangers (karena hal ini sudah pernah kita temui di film Saban's Power Rangers tahun 2017), melainkan sebagai surat cinta bagi para fans lawasnya.

Saban's Power Rangers yang gagal Box Officenya (sumber: comicbook.com)
Saban's Power Rangers yang gagal Box Officenya (sumber: comicbook.com)

Hal ini menjadi pro-kontra karena di lingkungan teman-teman sinefil banyak yang tidak puas akan apa yang disajikan oleh Once & Always ini. Namun bagi saya pribadi, film ini benar-benar memuaskan.

Memuaskan bukan karena sisi produksi kelas atas melainkan karena film ini mampu membangkitkan kenangan masa kecil di tiap scene-nya melalui koreo pertarungan yang khas, efek visual "murahan" khas Power Rangers, jalan cerita apa adanya, dialog yang "cringe", dan tentu saja kehadiran berbagai gimmick seperti "morphin time" yang legendaris itu hingga munculnya megazord di akhir film, khas tv seriesnya.

Entrance klasik yang tetap dibawa (wegotthiscovered.com)
Entrance klasik yang tetap dibawa (wegotthiscovered.com)

Menonton film ini seakan menaiki mesin waktu yang membawa kita ke hari Minggu pagi era 90-an dan menyaksikan serial ini di layar kaca sambil mengunyah sarapan. Ah, asyiknya masa itu.

Namun dengan segala kesederhanaan itu film ini masih membawa kemewahan kepada para fansnya melalui hadirnya para aktor original yaitu David Yost (Billy/Ranger Biru), Walter Emanuel (Zack/Ranger Hitam), Steve Cardenas (Rocky/Ranger Merah) dan Catherine Sutherland (Kat/Ranger Pink). 

Hanya absennya Amy Jo Johnson (Kimberly/Ranger Pink) dan Austin St.John(Jason/Ranger Merah) saja yang memang harus diakui sedikit mengecewakan. Apalagi Amy Jo Johnson jadi aktris favorit saya waktu itu karena (ehem) cantik, heuheu.

Comicbook.com
Comicbook.com

Namun Amy Jo Johnson nyatanya tetap "muncul" melalui footage lawas yang memperlihatkannya bermain gitar sambil bernyanyi bersama para "The OG" Power Ranger lainnya termasuk Thuy Trang (Trini/Ranger Kuning) & Jason David Frank (Tommy/Ranger Hijau & Putih). Footage ini menjadi penghormatan bagi mereka berdua yang memang sudah lebih dulu berpulang. Scene ini sederhana namun cukup dalam dan mengharukan.

Scene yang semakin menegaskan judul special show ini di mana sekali menjadi ranger selamanya akan tetap menjadi ranger.

HITC.com
HITC.com

Hal lain yang menarik adalah para aktor tetap memiliki karakterisasi sama seperti yang kita saksikan dulu. Hanya saja kali ini dalam versi yang jauh lebih berumur. Tentu menyenangkan melihat hal seperti itu lagi.

Dan walaupun efek visualnya tergolong sangat standar dan terlihat low budget, namun kemunculan para megazord jelang berakhirnya film semakin menambah perasaan bahagia menyaksikan film ini. 

Netflix.com
Netflix.com

Bagaimana para zord keluar dari "markas" dan bersatu membentuk sebuah robot besar benar-benar berhasil membuat saya teriak kegirangan. Apalagi ditambah dengan musik latar "Go Go Power Rangers" yang legendaris itu, maka lengkap sudahlah pengalaman nostalgia menyaksikan film ini.

Memang ya, sisi kanak-kanak pria dewasa itu tidak akan pernah hilang, heuheuheue.

***

Geektyrant.com
Geektyrant.com

Mighty Morphin Power Rangers: Once & Always jelas dibuat bukan untuk semua orang. Melainkan sebagai surat cinta bagi anak-anak yang kini sudah berusia di atas 30 tahun. Ceritanya tidak berkembang layaknya tren modernisasi superhero dewasa ini namun justru itulah titik terkuatnya.

Kita diajak bernostalgia dan berbahagia merayakan 30 tahun franchise ini secara sederhana. Melihat kembali kota Angel Grove yang sangat memorable itu.


Oh iya menyaksikan film ini rasanya seperti menyaksikan Cobra Kai, walaupun memang tak se-powerful Cobra Kai yang terlihat lebih well made dan well prepared.

Dan sepertinya tak terlalu buruk apabila Netflix di kemudian hari membuat series Mighty Morphin Power Rangers ini dengan konsep seperti Cobra Kai. Sepertinya seru ya, heuheu..

Mighty Morphin Power Rangers: Once & Always saya berikan skor 8/10 untuk unsur nostalgianya yang kental.

Selamat berlibur & Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun