Kita akan dibuat bingung oleh emosi tak beralasan Maya yang kerap dilemparkan begitu saja kepada suaminya, Glenn. Pun kita dibuat empati kepada Glenn karena sikap istrinya tersebut.
Maka ketika sosok Kania hadir di hidup Glenn, penonton pun dibuat 'bingung' harus mendukung siapa. Di satu sisi pernikahan Glenn & Maya harus dipertahankan bagaimana pun caranya walaupun penyebab dari segala emosi Maya belum diungkap secara gamblang.
Di sisi lain, hubungan Kania dan Glenn terasa begitu manis, lucu, dan hangat sehingga membuat penonton lupa bahwa mereka ada pada hubungan yang salah. Penonton terlanjur dibuat empati terhadap Glenn yang 'disakiti' Maya.
Kania dengan segala cinta dan kasih sayang yang begitu tulus untuk Glenn memberikan pelajaran berharga tentang begitu besarnya dampak  yang bisa ditimbulkan ketika seseorang sudah menjatuhkan hati begitu dalam kepada seseorang.
Betapa pengharapan terus dipupuk bersama dengan cinta hingga tumbuh menjadi kesempatan yang sayangnya ada pada kondisi dan waktu yang salah.
Sementara Maya dan Glenn memberikan penonton banyak pelajaran berharga tentang bagaimana pahit manisnya pernikahan. Di mana bagi saya pribadi yang sudah menikah, segala konflik, sikap dan emosi yang muncul terasa begitu relate.
Bagaimana permasalahan dalam pernikahan yang berhubungan dengan perselingkuhan, ketidakharmonisan, dan sikap yang dingin tidaklah muncul hanya dari satu orang saja. Ada peran setiap pasangan dalam menghidupi masalah rumah tangga hanya karena tak mau berkomunikasi dengan baik kepada pasangan, cuek dan masa bodoh dengan segala permasalahan.
Dengan konten yang begitu berisi dan memiliki nilai-nilai penting dalam sebuah hubungan pernikahan, film ini tetap mampu menyampaikannya secara ringan dan mudah dimengerti. Tidak terasa menghakimi bahkan menggurui.