Sejujurnya Plane tidak masuk ke dalam rencana menonton saya bulan ini. Yang pertama karena tidak tahu tentang film ini yang tiba-tiba rilis dan yang kedua saya masih merasa malas ke bioskop karena masih didominasi Avatar dan film-film bergenre horor.
Namun ketika media sosial XXI memunculkan poster film dengan Gerard Butler di dalamnya, maka saya pun berubah pikiran.Â
Plane rasanya harus disaksikan di bioskop karena film aksinya Gerard Butler selalu menarik dan worth untuk disaksikan di layar lebar.
Namun apakah film ini seperti film aksi Gerard Butler seperti yang kita temukan pada franchise "Has Fallen" misalnya? Jawabannya adalah tidak, tentu dalam artian yang positif.
Jujur saja Plane melebihi ekspektasi saya yang memang memilih untuk tidak membaca review apapun bahkan menonton trailernya sebelum datang ke bioskop untuk menyaksikannya langsung.Â
Plane bagi saya sangat menghibur sekaligus memuaskan. Cocok dijadikan sebagai tontonan pelepas penat khususnya bagi para bapak-bapak dan ibu-ibu sehabis bekerja seharian, heuheu.
Jalan cerita Plane sebenarnya cukup sederhana. Menceritakan tentang Kapten Brodie Torrance (Gerard Butler) yang terpaksa harus melakukan pendaratan darurat di salah satu pulau di sekitar Filipina setelah badai merusak kelistrikan pesawat yang dikemudikannya.
Apesnya, ia mendarat pada pulau yang salah. Pulau yang ternyata berisi pasukan separatis dan kriminal yang tak ada hukum di dalamnya, bahkan tak terjamah oleh tentara Filipina.
Di situlah lantas petualangan dimulai. Perjalanan untuk mencari jalan keluar sekaligus melakukan perlawanan terhadap para penjahat yang mengincar para penumpang berkewarganegaraan asing untuk kepentingan para penguasa pulau tersebut.
Yang saya sukai dari Plane adalah bahwasanya film ini memberikan penonton pengalaman realistis dari sebuah film action thriller.Â
Adegan aksinya bukanlah adegan aksi yang menghabiskan banyak peluru, manuver tak masuk akal, ataupun karakter utama yang di awal adalah seorang sipil lalu bisa berubah menjadi ahli bela diri.Â
Justru sebaliknya film ini terasa sangat membumi berkat pendekatan aksi yang dipilih.
Pada dasarnya keseruan dalam film ini nampak dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah kengerian dan ketegangan di dalam pesawat yang membuat setiap penonton menahan napas. Dan bagian kedua adalah ketika sang Kapten beserta kru dan penumpang yang selamat berada di pulau antah berantah tersebut.
Nah, pada dua bagian tersebut, Plane tetap memberikan gambaran yang realistis pada situasi yang terjadi. Contohnya tentang bagaimana respon pilot dan awak pesawat ketika kesulitan terjadi di udara sementara permintaan bantuan dari darat sulit untuk digapai.Â
Di sini kita seakan diberikan simulasi gawat darurat ketika di pesawat melalui tindakan dan dialog-dialog sang kapten dengan pramugari, radio pemancar bahkan kepada para penumpangnya.
Begitu juga dengan kondisi di kantor pusat maskapai penerbangan yang digambarkan langsung menerapkan protokol emergency ketat dan mengambil keputusan paling baik dari antara pilihan yang terburuk.Â
Menjadi pengetahuan baru tentang seperti apa internal maskapai penerbangan dan diskusi keras yang terjadi ketika masalah besar seperti ini harus terjadi.
Pun pada adegan di pulau terpencil itu yang cukup banyak menghadirkan adegan aksi tetap disampaikan dengan cara yang grounded.Â
Contohnya ketika adegan jagoan kita diserang pertama kali, tak lantas membuat Kapten Brodie Torrance menjadi sehebat John Wick misalnya.Â
Ia tetap berusaha menyelesaikan pertarungan lewat berbagai cara yang bisa dilakukan dan tubuhnya pun bergetar ketika pada akhirnya ia mengetahui lawannya telah mati.
Kemudian adegan kontak senjata pun dibuat dengan dinamika yang baik, di mana intensitasnya tak langsung heboh namun sedikit demi sedikit meningkat menuju akhir cerita. Sementara di awal hingga pertengahan didominasi oleh adegan stealth yang justru membuat suasana mencekam dan deg-degan semakin terasa.
Hal-hal seperti itulah yang bagi saya pribadi membuat sang karakter utama tersebut terasa sangat manusiawi, relevan dan tak mengada-ada. Membuat penonton akan dengan mudah jatuh cinta dengan karakternya sehingga otomatis akan ikut merasakan emosi di setiap pilihan yang dilakukannya.
Dari sisi visual film ini tampak tak terlalu spesial. Justru menurut saya cukup mirip dengan visual film-film "direct to dvd". Dengan CGI yang dihadirkan pun terkesan biasa bahkan di beberapa part terlihat masih kasar. Sepertinya memang film ini dibuat dengan budget yang biasa-biasa saja.
Sedangkan dari sisi akting, nama Mike Colter sebagai Louis Gaspare yang merupakan tahanan dalam perjalanan ekstradisinya cukup mencuri perhatian.Â
Perannya sebagai "kick-ass" sang kapten menjadikan adegan aksinya terasa lebih hidup. Ya, masa lalu Gaspare cukup masuk akal untuk menjadikannya seorang badass di film ini, melebihi peran yang dimainkan Gerard Butler sendiri.
Dominasi suasana menegangkan di sepanjang film membuat 1 jam 47 menit film ini tak terasa. Sang sutradara Jean Francois-Richet cukup baik memainkan dinamika adegannya sehingga tidak membosankan bagi penonton. Sedikit selipan drama untuk memberikan penjelasan cerita ataupun menghadirkan emosi sebelum babak final juga masih dalam porsi yang pas dan tak berlebihan.
Justru sebaliknya menjadi sebuah pengalaman menonton yang menyenangkan karena intensitas ceritanya semakin naik dari awal hingga akhir. Apalagi ketika satu per satu musuhnya bisa diatasi dengan cara dan "finishing" yang pastinya satisfying bagi penonton. Tidak lebay tapi cukup untuk membuat kita berteriak "yes" dalam hati bahkan bergidik ngilu karena efek gore yang menyertainya.
Bagi saya Plane adalah sebuah film action thriller yang mumpuni dan layak disaksikan di layar lebar. Dengan cerita sederhana dan adegan aksi yang realistis, membuat Plane berhasil menghadirkan suasana menegangkan namun juga menyenangkan di waktu yang bersamaan.
Jika film ini muncul di OTT service di kemudian hari, rasanya saya akan menontonnya kembali. Dan ya, tampaknya juga saya akan menyaksikan film lain besutan sang sutradara yang tampaknya juga menghadirkan action thriller tak kalah menarik jika melihat skornya di situs rotten tomatoes.
7.5/10 untuk Plane.
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H