Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"All of Us Are Dead", Cerita Zombie Berulang dengan Kemasan yang Menarik

6 Februari 2022   21:12 Diperbarui: 7 Februari 2022   13:50 1740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
All of Us Are Dead. Sumber: Netflix.com

Sejatinya sudah tak terhitung berapa banyak film atau serial bertemakan zombie apocalypse yang telah beredar di pasaran. Menjadi bukti bahwa cerita dengan tema bertahan hidup dari kepungan mayat hidup masih begitu diminati oleh mayoritas penonton dunia.

Konsep berbagai serial dan film tersebut memang hampir sama satu dengan lainnya. Yaitu tentang serangan mayat hidup akibat terinfeksi oleh bakteri atau virus yang biasanya diciptakan atau tak sengaja bocor dari sebuah laboratorium rahasia dan sekelompok penyintas yang berusaha mencari jalan keluar dari situasi genting tersebut.

Hanya saja elemen zombie kemudian dibedakan antara film satu dengan lainnya. Dari mulai tipe zombie yang muncul (walker, crawler, atau runner), jenis penggerak zombie (penciuman, pendengaran, penglihatan), hingga seberapa cepat mutasi dan penularan virusnya, serta hal apa yang menjadi kelemahan zombie tersebut.

Guardian.com
Guardian.com

Elemen zombie itulah yang kemudian dikombinasikan dengan berbagai genre semisal horror, action, survival, bahkan komedi oleh banyak "sineas zombie". Sehingga membentuk cerita zombie yang unik walaupun sejatinya terasa berulang antara satu dengan lainnya.

Tidak heran jika kemudian film dan serial zombie populer semisal franchise Resident Evil, I Am Legend, The Walking Dead, hingga Kingdom, masih menarik minat banyak penonton. Penonton masih senang ditakut-takuti cerita serangan zombie karena antara film satu dengan lainnya memiliki keunikannya tersendiri. 

Sehingga otomatis membuat film dan serial tersebut memiliki rasa yang berbeda. Karena walaupun resepnya sama, namun kemasan dan cara memasaknya berbeda.

Tribunnewswiki.com
Tribunnewswiki.com

Itulah yang kemudian membuat saya pada akhirnya tergerak untuk menyaksikan serial baru di Netflix yang berasal dari Korea Selatan yaitu All of Us Are Dead. Sempat skeptis pada awalnya karena merasa serial ini terlalu overhyped. Namun ketika akhirnya saya memutuskan untuk menonton, saya pun ternyata menikmatinya.

Saya tidak akan menuliskan sinopsis serial ini karena tentu saja sudah banyak beredar baik di media mainstream maupun di tulisan kompasianer lainnya. Saya akan lebih membahas mengapa serial ini begitu disukai banyak orang dan nyatanya memang layak untuk disaksikan.

Celebrity.okezone.com
Celebrity.okezone.com

Yang pertama, All of Us Are Dead adalah sebuah serial zombie apocalypse yang konfliknya terasa dekat dengan keseharian kita. Tidak seperti franchise Resident Evil-nya Milla Jovovich yang terasa futuristik, Kingdom dan Overlord yang terasa unsur fantasinya dalam balutan historical fiction-nya atau I Am Legend-nya Will Smith dan The Walking Dead yang terasa apokaliptik.

All of Us Are Dead jadi terasa relevan karena konflik terjadi di masa kini dengan area konfliknya yang terasa sederhana yaitu di gedung sekolah dan lingkungan di sekitarnya. 

Salah satu adegan Train to Busan. (Imdb.com)
Salah satu adegan Train to Busan. (Imdb.com)

Kesederhanaan inilah yang juga membuat Train To Busan dan World War Z menjadi favorit banyak orang karena menawarkan gambaran sebuah kejadian yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Karena Train to Busan terjadi di transportasi publik dan World War Z mengawalinya di tengah kondisi perkotaan besar yang padat.

Scotsman.com
Scotsman.com

Yang kedua, All of Us Are Dead menggunakan jenis zombie "runner" yang bisa berlari dan menyerang dengan cepat alih-alih zombie "walker" yang berjalan lambat layaknya film-film zombie klasik. Hal ini selain membuatnya terasa modern sekaligus membuat element of surprisenya lebih terasa.

Zombie runner membuat berbagai adegan aksi juga bisa dimaksimalkan berkat berbagai koreografi pertarungan jarak dekat dan cepat yang seru dan mendebarkan. Dan sensitifitas zombie terhadap suara semakin membuat terornya terasa mencekam.

Parapuan.co
Parapuan.co

Yang ketiga, serial ini nyatanya masih memberikan ruang yang cukup untuk pengembangan karakter-karakternya. Sehingga walaupun jumlahnya banyak, masing-masing karakter terasa unik dan memiliki diferensiasi yang jelas. Ditambah masing-masing karakter baik itu antagonis maupun protagonis juga berhasil membuat kita peduli walaupun tak semuanya mendapatkan porsi yang sama dalam penceritaan latar belakangnya.

Sehingga ketika datang momen kematian sosok yang kita sukai atau idolai akan terasa mengecewakan dan menyesakkan. Begitu juga sebaliknya, ketika sosok antagonis yang menemui ajalnya maka perasaan puas pun akan muncul.

Dailyspin.id
Dailyspin.id

Yang keempat merupakan kekuatan sekaligus kelemahan dari serial ini. Ya, serial ini cukup baik dalam membagi porsi drama, action, bahkan komedinya. Sehingga 12 episodenya tak terasa membosankan, setidaknya bagi saya pribadi.

All of Us Are Dead mampu memberikan penonton suasana haru dan manis tak hanya dari drama percintaan khas anak sekolahan saja namun juga dari cerita hubungan antara anak dan orangtua serta adik dan kakak. Sehingga hal tersebut seakan menjadi sedikit pemanis di tengah cerita zombie yang gelap dan penuh darah.

Hanya saja serial ini seperti halnya film zombie apocalypse Train To Busan, Kingdom ataupun Rampant, seperti terjebak dalam "kebiasaan" dramatisasi khas K-drama pada umumnya. Sehingga dramatisasi di beberapa adegan terasa berlebihan bahkan tak terlalu diperlukan. Ujung-ujungnya terasa terlalu membuang-buang waktu dan justru memperlambat intensitas horor yang sejatinya sedang melaju cepat.

Wowkeren.com
Wowkeren.com

Yang kelima sekaligus terakhir, serial ini nyatanya sangat baik dalam menyajikan fenomena perundungan dan kekerasan seksual di lingkungan sekolah. Sehingga membuat serial ini tak sekadar menyajikan cerita serangan zombie namun juga mengirimkan pesan yang sangat kuat terkait betapa berbahayanya perundungan dan kekerasan seksual bagi para siswa yang menjadi korbannya. 

Dan betapa kebiasaan mengabaikan para korban nyatanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental para penyintas di hari-hari ke depannya.

Penutup

Layar.id
Layar.id

Itulah lima alasan yang membuat serial ini layak untuk disaksikan. Sebuah cerita zombie berulang yang ternyata masih membawa daya tarik bagi para penonton dan tentu saja para fans zombie survival berkat kemasan yang menarik.

All of Us Are Dead memang bukanlah serial zombie terbaik. Namun tentu saja serial ini masih menghibur, terasa ringan dan menyenangkan untuk diikuti.

Netflix.com
Netflix.com

Semua aspek yang dibutuhkan dalam cerita zombie survival ada dan dilengkapi dengan berbagai sub-elemen semisal romance, komedi, dan action. Pun fenomena sosial seperti perundungan di sekolah dan berbagai ego manusia di tengah situasi genting juga digambarkan secara relevan. 

Hal yang tentu saja diperlukan dalam format sebuah series agar cerita yang disajikan tak hanya kuat namun juga bisa terus dikembangkan. Dan tentu saja demi menghadirkan dinamika konflik layaknya roller coaster yang membuat kita gemas, kesal, sekaligus penasaran.

All of Us Are Dead tersedia eksklusif di Netflix. Dan saya memberikan rating 7,5/10 untuk serial yang asyik dinikmati secara binge watching ini.

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun