Hampir semua aspek dari sosok NPC yang innocent, ceria, dan jenaka mampu dieksekusinya dengan sangat baik. Membuat kita percaya bahwasanya ia adalah benar-benar tokoh virtual yang berevolusi kepintarannya.
Chemistry-nya dengan Jodie Comer juga semakin memberikan nilai tambah pada film ini. Bagaimana hubungannya dari karakter yang awalnya tak saling mengenal, kemudian berkembang menjadi semacam action-buddy yang komplit, lalu bertumbuh menjadi love interest yang lucu dan menggemaskan, membuat film ini semakin terasa hangat dan memiliki hati.
Free Guy pada akhirnya bercerita tentang bagaimana sosok Guy yang merindukan kebebasan dalam dunia virtual yang sebelumnya tak pernah benar-benar bisa ia rasakan dan nikmati. Hingga kemudian kecerdasan buatan dalam dirinya berevolusi dengan cepat dan membuatnya sadar bahwasanya kehadirannya bisa ikut memberikan dampak positif dan tak hanya sekadar repetisi kehidupan yang over exposed layaknya cerita dalam Truman Show.Â
Guy sadar bahwa sebagai NPC, ia juga bisa ikut aktif ke dalam permainan bukan hanya sekadar pelengkap yang bisa ditabrak, dihantam, dan diperlakukan dengan semena-mena oleh kebanyakan pemain.
Guy juga menjadi semacam antitesis dari kehidupan liar dan bebas yang bisa dimiliki para gamer di dunia virtual Free City.Â
Jika manusia yang bermain gim tersebut cenderung senang melakukan banyak aksi kejahatan secara bebas di dalam gim tanpa harus takut berurusan dengan pihak berwajib, Guy justru sebaliknya. Guy justru menunjukkan bahwa ia tetap bisa menaikkan level karakternya dengan cara berbuat baik, bukannya berbuat onar tanpa batasan.
Tentu saja ini seakan menjadi sindiran bagi para developer video gim di dunia nyata saat ini, di mana semua berlomba-lomba memasukkan unsur kriminal ke dalam gim yang sayangnya memang begitu diminati para gamer.Â
Bukannya justru berlomba menciptakan sebuah gim dengan dunia virtual luas di mana di dalamnya perbuatan baik dan lingkungan yang relaks menjadi jualannya.