Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"No Time To Die", Akhir Saga Daniel Craig yang Emosional dan Penuh Kejutan

2 Oktober 2021   10:55 Diperbarui: 29 Maret 2022   21:06 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak bisa dipungkiri bahwa sejak Daniel Craig dipilih memerankan sosok James Bond 15 tahun yang lalu, waralaba 007 seakan diubah ke dalam rasa dan warna baru yang belum pernah ada sebelumnya. Di mana hal tersebut sekaligus menjawab keraguan banyak fans yang sebelumnya sangsi akan performa Daniel Craig pasca berakhirnya era Pierce Brosnan yang ikonik.

Bond era Daniel Craig layaknya sosok Jason Bourne di franchise Bourne yang benar-benar ditampilkan begitu grounded dan believable sebagai seorang special agent kelas dunia. Namun tentunya ciri khas yang ada pada karakter Bond tetap dipertahankan.

Daniel Craig berhasil menyajikan gambaran Bond modern yang berbeda karena kini sang agen rahasia tampak jauh lebih kasar, tak segan untuk menghabisi nyawa musuhnya dengan tangan langsung, dan "tak malu" dalam menunjukkan luka-luka di tubuh pasca pertempuran. Ia seakan me-reset gambaran Bond yang seringnya terlalu "bersih" pasca selesainya pertempuran adu peluru.

Daniel Craig di Casino Royale | Sumber: uzone.id
Daniel Craig di Casino Royale | Sumber: uzone.id

Namun di sisi lain, Bond-nya Daniel Craig juga digambarkan sebagai seorang laki-laki yang rapuh dalam balutan maskulinitasnya namun tentunya tetap menjaga gentleman manner yang menjadi ciri khasnya. Karena tak peduli sekeras apapun pertempuran di sekitarnya, Bond tetap tak lupa untuk membukakan pintu mobil bagi wanita yang ada di sisinya. Sebuah gestur sederhana yang menunjukkan valuenya sebagai laki-laki.

Bond juga tetap memiliki selera fashion yang baik, pilihan minuman mahal yang menarik, serta tetap menguasai berbagai hal termasuk menembak, mengendarai helikopter, dan tentu saja memikat para wanita.

James Bond | Sumber: Gadgets.ndtv.com
James Bond | Sumber: Gadgets.ndtv.com

15 tahun, 5 film Bond yang berhasil dirilis di era Daniel Craig. Menjadikannya aktor dengan film 007 terbanyak di bawah Sean Connery dan Roger Moore yang sama-sama memiliki 7 film 007. 

Dimulai dari Casino Royale (2006) yang memperkenalkan Bond era baru hingga akhirnya ditutup oleh No Time To Die yang baru dirilis di Indonesia pada 30 September 2021.

Untuk sebuah film yang menjadi salam perpisahan dari Daniel Craig kepada para fans James Bond di seluruh dunia, No Time To Die memang sangat berhasil mengemasnya ke dalam sajian action-drama yang apik sekaligus padat dan berisi. 

2 jam 43 durasi waktunya mungkin bisa sedikit memberikan gambaran seperti apa kualitas cerita yang disajikan.

James Bond | Sumber: Variety.com
James Bond | Sumber: Variety.com

No Time To Die juga menjadi penutup yang manis dari saga Daniel Craig yang ceritanya memang saling terhubung dari mulai Casino Royale. Sebuah gebrakan baru dalam waralaba 007, setelah sebelumnya film James Bond selalu berdiri sendiri dan tak terkait satu dengan lainnya. Hal yang sejatinya juga memudahkan studio untuk mengganti aktor-aktornya karena tak ada keterkaitan cerita atau tokoh antar film.

Sutradara Cary Joji Fukunaga yang karyanya pernah penulis nikmati lewat film Beasts of No Nation di Netflix cukup berhasil menyajikan sebuah film penutup yang pas dari berbagai aspek. Meskipun bagi penulis pribadi ending film ini terasa kurang maksimal, namun tak bisa dipungkiri bahwasanya akhir cerita film ini tetaplah emosional dan menjadi kulminasi yang apik dari perjalanan Bond era Daniel Craig yang dimulai 15 tahun lalu.

James Bond | Sumber: Filmstarts.de
James Bond | Sumber: Filmstarts.de

Melanjutkan akhir cerita film Spectre di mana Bond kini menikmati hidup tenang bersama Madeleine (Lea Seydoux) dalam persembunyiannya, sekaligus mencoba berdamai dengan rasa bersalahnya terhadap Vesper Lynd(Eva Green) di masa lalu.

Namun ketenangannya sesaat kemudian berubah pasca meledaknya bom di depan makam Vesper Lynd dengan pesan berupa logo dari organisasi kriminal yang sangat ia kenal yaitu Spectre. 

Bond lantas mulai mencari tahu keanehan tersebut apalagi kemudian juga menyeret masa lalu serta rahasia yang dimiliki oleh Medeleine.

Bond pun mencoba kembali muncul dari persembunyiannya sambil mencari tahu siapa dalang dari semua kekacauan ini. Sambil sekali lagi berusaha menyelamatkan dunia dari serangan senjata biologis, berbekal handgun Walter PPK dan Aston Martin DB5 klasik ikoniknya.

***

James Bond | Sumebr: Cbr.com
James Bond | Sumebr: Cbr.com

Seperti film 007 Daniel Craig lainnya, No Time To Die masih menggaransi para penontonnya dengan berbagai aksi pertarungan tangan kosong dengan intensitas cepat dan kasar, lengkap dengan koreografi yang membuat setiap kita berdecak kagum. 

Namun kali ini dilengkapi berbagai adegan aksi yang juga nampak sebagai homage atas film-film 007 sebelumnya. Khususnya pada pertempuran menggunakan mobil Aston Martin klasik yang sebelumnya identik dengan Bond era Sean Connery.

Namun tak hanya adegan action, No Time To Die masih melanjutkan tren cerita berlapis dengan dialog berat yang sebelumnya pernah kita nikmati dalam Skyfall juga Spectre. Itu sebabnya di pertengahan film ini berjalan cukup lambat hingga terasa agak membosankan. Meskipun kemudian pertarungan dan adegan aksi kembali cepat dan intens di sepertiga akhir film.

James Bond era Daniel Craig juga dipuji lantaran para Bond Girl di film ini tak hanya sekadar menjadi "teman tidur" ataupun peran stereotip wanita lainnya. Selalu ada peran besar dan aksi besar yang dimiliki para wanita yang hadir di setiap aksi petualangan James Bond. No Time To Die pun masih mempertahankan tradisi itu.

Bond Girl  | Sumber: 007.com
Bond Girl  | Sumber: 007.com

Di sini kita bisa melihat peran apik dari Lea Seydoux, Ana de Armas, juga Lashana Lynch. Bahkan Ana de Armas sebagai Paloma yang screen timenya sejatinya sangat sedikit pun mampu memberikan performa yang brilian dan memorable.

Ana mampu tampil badass sekaligus lucu, sehingga mampu menyegarkan jalan cerita film ini yang cenderung gelap dan serius. 

Tak heran jika kemudian banyak orang yang lebih memuji Ana de Armas ketimbang Lashana Lynch sebagai 007 baru yang juga menjadi Bond's Kick-Ass atau Lea Seydoux sebagai Bond Girl utama film ini.

Lutsyifer Safin | Sumber: Screenrant.com
Lutsyifer Safin | Sumber: Screenrant.com

Villain utama film ini yaitu Lutsyifer Safin yang diperankan Rami Malek juga cukup mencuri perhatian. Masa lalu kelam terkait pembantaian keluarganya membentuk dirinya menjadi sesosok villain keji minim empati. Sehingga walaupun screen time Rami di sini tak begitu banyak, namun kehadirannya cukup mampu menghadirkan nuansa intimidatif.

Alunan No Time To Die yang dibawakan dengan sangat apik dan magis dari penyanyi muda berbakat, Billie Eilish, pada opening title sequence film ini seakan menjadi pengingat akan segera berakhirnya era Daniel Craig. 

Alunan musik ballad yang sendu seakan menjadi penanda bahwa tone film ini akan cenderung gelap, dewasa, dan emosional.


No Time To Die-Billie Eilish seakan menjadi benang merah dari lagu yang ada di dua film sebelumnya yaitu Skyfall yang dibawakan oleh Adele, serta Writing's on The Wall oleh Sam Smith, yang memang sama-sama bernuansa kelam. Menandakan sosok James Bond yang jauh lebih dewasa dan matang.

Tentu saja berbeda dari You Know My Name-nya Chris Cornell ataupun Another Way To Die-nya Jack White dan Alicia Keys yang lebih nge-rock dan menggebu-gebu, layaknya karakter James Bond yang masih liar, sulit diatur, dan keras kepala di dua film awal yaitu Casino Royale dan Quantum of Solace.


Evolusi karakter James Bond di 5 film era Daniel Craig memang bisa dibilang revolusioner dan berbeda dari film-film Bond sebelumnya. Yang kemudian menjadi alasan mengapa ending film ini terasa sangat emosional. 

Kita sebagai penonton disuguhi perjalanan sesosok Bond dari yang sangat keras kepala dan kurang empati hingga menjadi sesosok Bond yang lebih matang di No Time To Die. 

Daniel Craig bahkan berhasil memulai dan mengakhiri perjalanannya dengan penuh kejutan hingga menjadi semacam fan service yang brilian.

Kini yang jadi pertanyaannya adalah, setelah era Daniel Craig berakhir apakah Bond selanjutnya harus memiliki cerita yang juga saling terkait layaknya saga Daniel Craig?

Jawabannya bisa iya, walaupun sebenarnya tidak harus juga.

James Bond | Sumber: Time.com
James Bond | Sumber: Time.com

Karena bagi penulis, yang terpenting dari film Bond berikutnya adalah harus tetap fun dalam menyajikan adegan aksi intensitas tinggi, namun tetap tidak berlebihan layaknya franchise Mission Impossible. Apalagi, adegan aksi menggunakan gadget canggih yang menuntut kecerdikan seorang James Bond juga harus dikembalikan setelah lama menghilang di era Daniel Craig.

Jika pun ingin mengangkat isu kesetaraan gender atau ras juga mungkin bisa menjadi pertimbangan dalam pengembangan cerita Bond di masa depan. Misalnya dengan memberikan Bond sosok partner di belakang layar yang lebih badass ataupun Bond Girl yang sepadan dengan kemampuan James Bond. Namun opini penulis, sosok James Bond tetaplah harus British tulen sesuai core character pada novel Ian Flemming.

Perihal nantinya ceritanya tidak saling berkaitan pun tidak masalah, karena mulai dari era Sean Connery hingga Pierce Brosnan pun franchise ini tak pernah saling terkait. Kalaupun ada satu-dua musuh yang muncul kembali juga tak harus membahas kejadian pada film-film lainnya.

Sumber: Imdb.com
Sumber: Imdb.com
Dan tak bisa dipungkiri bahwasanya pengganti Daniel Craig kelak akan mengemban tugas berat dan tak mudah. 

Mengingat sosok Bond era Daniel Craig pesonanya terlalu kuat dan menjadi favorit banyak orang termasuk yang sebelumnya tak pernah menyukai franchise Bond.

Patut ditunggu bagaimana masa depan film James Bond pasca pensiunnya Daniel Craig yang kharismatik.

 Namun yang pasti, saat ini adalah waktu yang tepat untuk pergi ke bioskop menyaksikan aksi terakhir Daniel Craig sebagai 007.

Sumber: 007.com
Sumber: 007.com

Karena biar bagaimanapun, alunan musik latar yang megah dan magis garapan Hans Zimmer(Man Of Steel, The Dark Knight Trilogy) serta sinematografi apik garapan Linus Sandgren (First Man, La La Land) yang mengiringi petualangan sang agen rahasia berkode 007 akan semakin baik dinikmati pada layar sebesar mungkin dan kualitas sound system sebaik mungkin.

So, there's no time to lay at home all day. Because there's No Time To Die at the theaters. So, go watch it this weekend!

Skor: 8/10

Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun