Slice of Life drama asal negeri Sakura memang selalu bisa membawa kejutan di tiap ceritanya. Tak heran bilamana serial drama asal Jepang masih cukup diminati di Indonesia walaupun popularitasnya terus ditenggelamkan oleh K-drama yang tak henti-hentinya menelurkan serial baru yang lebih segar dan unik.
Jika sebelumnya penulis pernah mengulas tiga serial Jepang yang menjadi hidden gem di Netflix yaitu Dad of Light (baca di sini), Midnight Diner (baca di sini) dan Izakaya Bottakuri (baca di sini), maka kali ini penulis akan mencoba mengulas kembali serial drama yang tak kalah menarik dan tiap episodenya selalu worth untuk disaksikan.Â
Ya, seperti judul tulisan ini, Kotaro Lives Alone adalah serial drama yang akan dibahas kali ini.
Dari jenis font dan desain posternya, Kotaro Lives Alone seakan memberikan garansi bahwa serial ini akan sangat menyenangkan dan ceria di sepanjang satu musimnya. Hal itu memang benar karena atmosfer dominan yang dibawa serial ini adalah atmosfer yang hangat dan menyenangkan.
Namun bukan berarti bahwa serial ini akan menjadi sebuah skesta kehidupan yang jenaka tanpa arti. Lebih daripada itu, Kotaro Lives Alone justru begitu padat menyampaikan berbagai persoalan kehidupan dari sudut pandang anak usia 5 tahun yang relevan dengan permasalahan yang terjadi di masyarakat dewasa ini.Â
Kotaro Lives Alone bahkan mampu menyentil kita sebagai penonton dengan begitu hebat justru pada dialog dan adegan yang sangat lucu. Tertawa getir lah yang lantas menjadi respon tubuh kita akan kejadian tersebut.
Seperti judulnya, serial ini memang mengisahkan lika-liku kehidupan Kotaro yang diperankan dengan sangat apik oleh aktor cilik, Eito Kawahara, yang hidup sendirian dengan berpindah-pindah rumah sewa.Â
Apartemen Shimizu lah yang pada akhirnya menjadi tujuan tinggal berikutnya, di mana kehidupannya bersama para tetangganya di apartemen ini lah yang lantas menjadi sumber atas berbagai cerita yang unik dan menggelitik di serial ini.
Pertemuannya dengan Karino (Yu Yokoyama), seorang seniman manga yang sedang berusaha meniti kariernya yang stagnan, lantas berubah menjadi persahabatan yang lucu dan menggemaskan, namun tak jarang terasa menyebalkan. Sifat keduanya yang berbeda 180 derajat itulah yang membuat keduanya masuk ke dalam love-hate relationship.
Tak hanya Karino, kebaikan Kotaro juga menuntunnya untuk bertemu dengan orang-orang baik di apartemennya seperti Mizuki (Maika Yamamoto), tuan Tamaru (Katsuhisa Namase), nona Ayano (Kanako Momota) yang membantu mengirimkan uang sakunya, serta Keisuke (Daigo Nishihata) yang merupakan guru baru di TK tempat Kotaro bersekolah.
Sepanjang satu musimnya, konflik dan cerita yang disajikan serial ini memang hanya berputar di sekitar karakter-karakter yang disebutkan sebelumnya. Dengan beberapa karakter "tamu" kemudian muncul di beberapa episode akhir untuk menguatkan inti cerita dan memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan tentang Kotaro itu sendiri.
Seperti bagaimana ia bisa punya uang untuk hidup sendiri, siapa orangtuanya, dan bagaimana kisah hidupnya sebenarnya hingga ia harus memilih untuk hidup seorang diri.
Kotaro Lives Alone memang memulai ceritanya dengan atmosfer ceria khas drama Jepang. Ditambah dengan berbagai adegan komedi slapstick-nya juga seakan menegaskan bahwa serial ini akan terus terasa bahagia hingga akhir. Namun kenyataannya tidak.
Walaupun porsinya tak sebanyak komedinya, namun tak bisa dipungkiri bahwa serial ini cukup dahsyat memberikan suasana haru dan menyayat hati ketika menceritakan tentang latar belakang Kotaro di beberapa episodenya.Â
Kotaro yang menjadi korban perpisahan orangtuanya, harus tumbuh dalam trauma dan kesedihan yang begitu membekas.
Trauma yang memaksanya menjadi dewasa sebelum waktunya dan sebisa mungkin menahan tangisnya, demi menunjukkan bahwa dirinya bukan seorang anak kecil lagi. Bahwa dirinya tidak boleh gampang menyerah pada keadaan, tak peduli seberapa besar sakit yang ia rasakan.
Sifat Kotaro yang cenderung lebih tegas, teguh pada pendirian, berani, namun sangat mudah percaya kepada orang lain itulah yang membuat hubungannya dengan Karino menjadi begitu lucu.Â
Pasalnya, sifat keduanya sangat berbeda dengan Karino yang cenderung lebih santai, masa bodoh, dan tidak peka terhadap sekitar.
Chemistry keduanya itulah yang membuat serial ini semakin menarik. Di mana keduanya terus bertumbuh dewasa bahkan saling mengerti satu sama lain seiring berjalannya cerita. Hubungan layaknya kakak beradik itulah yang lantas membuatnya terasa hangat, lucu, bahkan sangat menggemaskan.Â
Termasuk pada momen ketika Kotaro ngambek karena salah pengertian atau ketika Karino merasa depresi karena pekerjaannya, keduanya hadir menguatkan satu sama lain dengan caranya masing-masing.
Karakter lainnya memang tidak memiliki screen time sebanyak Karino. Namun porsi mereka pun bukan hanya sekadar pelengkap. Bisa dibilang, karakter seperti Mizuki, nona Ayano, tuan Tamaru, dan Keisuke memiliki peran sangat penting terhadap perjalanan spiritual seorang Kotaro.Â
Merekalah yang kelak akan banyak mengubah sudut pandang Kotaro dalam memaknai kehidupan termasuk mengajarkan bahwa hidup tak selamanya harus bersikap individualis.
Namun yang membuat serial ini lebih menarik adalah bahwasanya Kotaro Lives Alone mampu menyampaikan isu sosial yang materinya sendiri sejatinya cukup berat ke dalam bentuk visual yang justru terasa ringan dan fun untuk dinikmati.
Ya, Kotaro sebenarnya adalah gambaran anak-anak di seluruh dunia yang menjadi korban atas konflik rumah tangga seperti KDRT dan perceraian, di mana kondisi tersebut tak bisa dipungkiri turut memengaruhi tumbuh kembang anak khususnya di sisi emosionalnya.
Namun baiknya, serial ini tak menjustifikasi setiap kejadian atau keputusan yang dilakukan karakter-karakternya. Penonton diharapkan untuk dewasa dalam menyikapi setiap problem yang ada dan memutuskan sendiri terkait benar atau tidaknya tindakan-tindakan yang ada.
Itulah yang membuat serial ini begitu padat, relevan, dan terasa hidup. Materi beratnya mampu disamarkan sedemikian rupa dalam bentuk visual yang hangat dan ceria. Sehingga sah-sah saja kalaupun kita mau menganggap bahwa ini adalah murni serial komedi keluarga ataupun komedi satir yang relevan dengan isu terkini.
Sepuluh episode Kotaro Lives Alone rasanya cukup untuk membuat kita merasa bahagia setelah menyaksikannya. Namun rasanya belum cukup untuk melihat petualangan Kotaro secara utuh. Mengingat masih banyak karakter dan part dalam serial ini yang masih menyimpan misteri untuk dibuka dan potensial untuk terus dikembangkan.
8,5/10 penulis berikan untuk serial drama komedi yang hangat, menyenangkan, dan jenaka ini. So, selamat menyaksikan dan salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H