Tentu kita sering mendengar bagaimana rasisme masih ada sampai hari ini. Bahkan rasisme nampak sengaja dilestarikan demi keuntungan pihak-pihak tertentu.Â
Namun meskipun sering mendengar, nyatanya tak semua orang pernah mengalami perlakuan rasis atau diskriminatif secara langsung. Sehingga gambaran betapa buruknya efek tersebut bagi kehidupan seseorang sering tidak dianggap serius layaknya angin lalu.
Melalui Them, serial drama horror 10 episode yang eksklusif tersedia di platform streaming Prime Video, penonton pun diberikan sedikit gambaran tentang betapa jahatnya perlakuan diskriminatif terhadap ras kulit hitam, dalam kisah kaum minoritas di tengah lingkungan mayoritas yang toxic dan berbahaya. Di mana kisah ini juga terinspirasi dari kejadian nyata yang sering dialami oleh masyarakat Amerika berkulit hitam di era 1950-an.
Them memang masih mengambil tema rasisme kulit hitam di dunia barat, mengikuti tren dan kesuksesan horror bertema rasisme yaitu Get Out dan Us. Namun melalui Them, kita justru disadarkan bahwa rasisme yang nyata terjadi saat ini adalah sebuah pengulangan atas apa yang pernah terjadi di masa silam.
Them bercerita tentang keluarga Emory yang baru saja pindah dari Carolina Utara menuju Los Angeles dalam periode yang dikenal dengan sebutan "The Great Migration".Â
Keluarga Emory pun demikian. Sang kepala rumah tangga, Henry Emory(Ashley Thomas), berhasil meyakinkan keluarganya untuk pindah ke lingkungan yang baru di Los Angeles karena dirinya mendapatkan pekerjaan baru dengan gaji besar sebagai engineer di sebuah perusahaan besar.
Pengalaman pahit di masa lalu dan perlakuan rasisme yang tak ada habisnya di lingkungan mereka yang lama membuat sang istri skeptis akan perpindahan mereka ke lingkungan baru.
Keanehan pun mulai dirasakan sejak hari pertama, terlebih ketika para tetangga mulai mengusik mereka dengan tindakan di luar batas. Rumah yang diharapkan menjadi tempat perlindungan mereka pun kini berubah menjadi neraka yang mengurung mereka di sana. Tak ada tempat untuk berlindung, berlari, bahkan melawan.
Mereka terkurung dalam status minoritas yang lantas memaksa mereka untuk tunduk pada kuasa mayoritas yang melebihi batas. Membuat masing-masing dari keluarga Emory merasakan depresi hebat bahkan mulai berhalusinasi yang tak jarang menuntun mereka ke dalam tindakan-tindakan yang berbahaya.
Empat roh jahat yang masing-masing mengganggu keempat anggota keluarga Emory lantas menjadi pertanyaan besar bagi diri mereka sendiri. Apakah mereka sungguh nyata? Apakah mereka justru menjadi jawaban atas pertanyaan mereka? Atau justru mereka ada karena mereka ada di atas tanah terkutuk?
Serial Horror yang Peka Terhadap Kesehatan Mental
Tak dapat dipungkiri bahwa dewasa ini sudah semakin banyak film dan serial yang peka terhadap isu mental health atau mental illness. Di mana rata-rata juga meyajikan cerita yang cenderung kelam dan depresif. Sehingga dari tema yang dibawakan oleh Them sebenarnya memang tidak terlalu fresh.
Namun Them cukup sukses menggabungkan elemen drama dengan horror dan thriller sebagai bagian dari pengembangan cerita di tiap episodenya. Them berhasil memaksa kita untuk ikut ke dalam babak penderitaan keluarga Emory yang dimulai dari tindakan kecil yang terlihat sepele hingga klimaksnya berupa akumulasi kebencian dan ketakutan yang berujung pada gangguan kesehatan mental keluarga tersebut.
Dari gangguan kecil para tetangga seperti menyalakan radio keras-keras sambil berjemur di depan rumah keluarga Emory hingga usaha mereka untuk masuk dan merusak properti tersebut, sedikit demi sedikit berhasil memainkan perasaan kesal dan iba kita sebagai penonton terhadap apa yang dialami keluarga Emory.Â
Bahkan stres dan depresi yang dialami mereka seakan juga bisa kita rasakan. Keluarga Emory jelas mengalami tekanan yang luar biasa dan para aktor di film ini tentu saja layak mendapatkan applause yang luar biasa atas akting mereka yang begitu memukau.
"The Black Hat Man" yang selalu menampakkan diri kepada Lucky dan memiliki benang merah atas tanah tempat rumah mereka berdiri. Kemudian ada "The Tap Dance Man" yang menjadi semacam manifestasi atas kemarahan yang menjadi titik lemah Henry Emory.
Oleh karenanya, Them juga menjadi judul yang memiliki makna ganda. Them bisa berarti para tetangga kulit putih atau mayoritas yang semena-mena terhadap para minoritas kulit hitam dan Them dalam artian para makhluk tak kasat mata yang sedikit demi sedikit merusak mental keluarga Emory akibat depresi dan kemarahan yang terpendam sebagai respon atas perlakuan jahat yang mereka terima.
Namun yang pasti, serial ini sukses memberikan gambaran nyata akan bahayanya rasisme terhadap kesehatan mental manusia. Menggerogoti kesehatan mental manusia sedikit demi sedikit tanpa disadari, hingga berujung pada perubahan diri yang mengarah ke sisi negatif dan gelap di dalam diri.Â
Dalam beberapa scene yang menggambarkan kejahatan yang dilakukan masyarakat kulit putih terhadap kulit hitam memang terasa sangat menyakitkan. Namun sejatinya, hal tersebut mungkin tak seberapa dengan yang dialami kaum minoritas apapun(suku, agama, ras) di kehidupan nyata.
Gambaran perumahan dengan branding khusus ras tertentu yang dialami keluarga Emory pun saat ini kerap terjadi di negara ini. Hanya saja bedanya di sini membungkusnya dengan branding perumahan khusus agama tertentu.
Pun gambaran Henry Emory yang mendapatkan perlakuan tak adil di kantornya atau Ruby yang kerap dibully di sekolahnya hanya karena warna kulit mereka berbeda juga menjadi gambaran nyata yang masih kita alami dan lihat saat ini.Â
Betapa minoritas kerap dipinggirkan hanya karena mereka terlihat berbeda, tak peduli bahwa statusnya sebagai manusia adalah sama.
Dan Them berhasil mengkritisi hal-hal tersebut dengan hasil jahitan cerita yang sangat rapi dan tak terkesan ofensif.
Them merupakan serial yang cukup berat dan serius. Dialognya padat, juga minim humor. Itulah yang lantas membuat pacing serial ini juga berjalan sangat lambat.
Namun begitu, Them selalu sukses memberikan kejutan di tiap episodenya bahkan memberikan cliffhanger yang brilian di tiap akhir episode, yang tentu saja membuat kita tak ingin berhenti menyaksikannya.
Beberapa episode juga berhasil menghadirkan perasaan tidak nyaman, apalagi pada episode 5. Di mana pada episode ini kejahatan yang ditampilkan begitu eksplisit dan mengerikan. Sehingga kita tak hanya bergidik ngeri ketika menyaksikannya, namun juga iba terhadap karakter utama yang menjadi korban, sekaligus kesal dan marah terhadap para orang jahat yang mengganggu kedamaian keluarga Emory.
Penutup
Musim pertama Them tentu saja sukses menghadirkan kengerian dalam perspektif yang berbeda. Rasisme dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental menjadi sajian visual yang ampuh memberikan rasa takut dan depresif kepada para penontonnya.
Them memang harus disaksikan dalam kondisi mental penonton yang baik-baik saja. Karena film ini begitu kelam dan depresif sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan perasaan tidak nyaman berkepanjangan kepada para penonton yang "tidak siap".
Menyaksikannya pun tak ubahnya menyaksikan serial drama berlatar klasik saja. Elemen horrornya seakan tidak terlihat karena sangat smooth dalam mengalirkan tahap demi tahap teror keluarga Emory kepada para penontonnya.
Them penulis berikan skor 8/10 atas cerita yang apik, visual menarik, dan isu sensitif yang berhasil diangkat dalam kemasan drama horor yang memikat.Â
Salam Kompasiana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H