Victor Stone dengan latar kisahnya yang begitu pedih, memang menjadi semacam penyeimbang di tengah riuhnya peperangan para dewa. Membuat ZSJL terasa lebih membumi setelah di sepanjang film dibombardir dengan berbagai unsur mitologi kuno dan berbagai pertarungan para superhero.Â
Pantas saja Ray Fisher begitu kecewa dengan banyaknya adegan miliknya yang dipotong di tahun 2017 silam. Mengingat perannya sebagai Cyborg di sini ternyata cukup krusial dan berbeda dengan versi 2017 yang terasa hanya sebagai peran penghibur saja.Â
Versi Snyder Cut ini juga lebih menunjukkan natural talent yang dimiliki oleh Barry Allen. Bagaimana kecepatannya tak sekadar digunakan untuk melawan musuh namun juga untuk melakukan keputusan krusial pada final fight melawan Steppenwolf. Kecerdasannya menjadi pembeda bagi super tim tersebut.Â
Keterkaitan antar event pada dua film sebelumnya jadi sangat jelas di sini. Tidak terasa jumpy.
 Semuanya dijelaskan dengan detail pun dengan tebaran easter egg yang juga semakin kuat memberikan sinyal bahwa perjalanan Justice League sejatinya masih sangat panjang.Â
ZSJL jelas membuktikan bahwa visi Snyder memang berbeda. Ia tidak ingin apa yang dibuatnya sama dengan MCU. Diferensiasi menjadi kunci walaupun industri mengakui bahwa cara yang ditempuh MCU jauh lebih cepat mendatangkan profit.Â
Namun permintaan akan versi director's cut yang dituntut para fans membuktikan bahwa tak selamanya yang terlihat menguntungkan akan membuat fans bahagia. Fans butuh layanan yang memuaskan mereka lewat cerita yang padat dan easter egg yang banyak. Juga kemunculan berbagai hero baru serta cameo yang membuat mereka terangsang untuk bermain-main dengan fan theory. Karena fan theory membuat franchise tetap hidup dan dinantikan.Â