Pengorbanan menjadi jalan yang harus ditempuh, dengan harapan dan kesetiaan menjadi penopang yang kokoh dalam perjalanan cinta mereka sekaligus perjuangan dalam pencapaian mimpi masing-masing.
Kisah Cinta Klasik dengan Kemasan Menarik
Menyaksikan Sylvie's Love sejatinya mengingatkan kita akan film-film romantis Hollywood klasik era Diana Ross hingga Barbra Streisand. Menyajikan dialog kuat serta chemistry memikat antar aktor utamanya.
Begitu juga chemistry antara Tessa dan Nnamdi yang terasa sangat natural. Akting mereka membuat kita percaya bahwa keduanya saling mencintai baik dalam masa penuh kebahagiaan walaupun masa-masa sulit yang harus dilalui keduanya.
Plot film ini pun linear tanpa twist berlebihan dan konfliknya pun tak terasa dibuat-buat. Semuanya terasa natural bahkan relevan dengan kondisi sosial yang kita kenal. Yang mana kemudian dikemas secara menarik dalam gambaran kehidupan sosial masyarakat kulit hitam di New York City era 50'an, lengkap dengan berbagai stereotip yang menyertainya.
Percintaan beda kelas sosial yang diangkat dalam film ini mungkin bagi beberapa orang terasa basi. Namun entah mengapa hal tersebut tak jadi masalah dalam film ini. Justru hal tersebut memperkuat konflik utama yang kelak muncul menjelang akhir film.
Apalagi kemudian film ini dipenuhi oleh komposisi musik klasik menarik arahan Fabrice Lecomte yang berhasil menghidupkan suasana musik Jazz Amerika era 50-60'an. Hangat dan terasa berkelas, tipikal musik yang langsung membuat kita ikut merasa masuk ke dalam suasana musim dingin Amerika.
Tentang Perjalanan Menggapai Mimpi