Film baru di bioskop selain WW84 yang sejatinya juga menarik untuk disaksikan adalah Detention. Film asal Taiwan arahan sutradara John Hsu ini memang bergenre horor, namun ternyata Detention bisa dibilang lebih dari sekadar horor.
Hal tersebut dikarenakan konten yang ditawarkan oleh Detention lebih dari sekadar adegan-adegan yang membuat bulu kuduk berdiri ataupun jantung berdegup kencang, melainkan dikarenakan film ini juga mengambil tema politik yang cukup berani.
Berlatar tahun 1962 ketika Taiwan sedang berada pada masa White Terror dan dunia sedang dalam pengaruh perang dingin antara Amerika Serikat dan Soviet. Pada masa itu Taiwan berada dalam masa pemerintahan otoriter yang digerakkan oleh hukum militer sehingga menyebabkan kebebasan berekspresi warga dikendalikan. Bahkan siapapun yang menentang pemerintahan akan dibungkam bahkan dihilangkan.
Detention kemudian menangkap kengerian masa itu melalui sudut pandang dua karakter utamanya yaitu Fang Ray-Shin (Gingle Wang) serta Wei Chong-Ting (Jing-Hua Tseng). Fang mendapati dirinya terbangun sendirian di ruang kelas sekolahnya pada suatu malam dan menyadari ada yang tak beres dengan apa yang ia alami setelah dirinya melihat berbagai kejadian supranatural di sekolah tersebut.
Berbagai kejadian mistis, penampakan hantu, dan berbagai tanda aneh yang tersebar di sekolah itu pun lantas menjadi modal mereka untuk terus melakukan investigasi. Investigasi yang pada akhirnya menyeret mereka kepada fakta kelam terkait adanya penculikan dan pembunuhan anggota klub buku di sekolah tersebut.
Lantas, apa sebenarnya fungsi Fang dan Wei di malam itu? Apa sebenarnya yang ingin ditunjukkan para makhluk gaib di sekolah tersebut melalui mereka?
Adaptasi Video Gim yang Tidak Mengecewakan
Penulis sendiri sudah sempat menjajal gim ini di platform Nintendo Switch. Meskipun tampilannya tak semewah franchise gim horor semacam Resident Evil atau Evil Dead misalnya, namun tak bisa dipungkiri gim ini sangat menyeramkan.
Gim yang memang kuat dalam unsur storytellingnya ini memang tidak memiliki banyak kontrol untuk dikuasai. Hanya menggerakkan karakter ke samping kiri dan kanan serta menekan tombol aksi saat membuka pintu ataupun menemukan item yang diperlukan saat misi berjalan. Sisanya hanya berlari menghindari hantu yang muncul.
Sangat sederhana. Namun percayalah, kemunculan hantunya benar-benar menyebalkan.
Pun bagi yang belum pernah memainkan gimnya rasanya juga tidak akan merasa aneh. Karena meskipun beberapa desain hantunya terasa asing dan penuh metafora, visualisasi latar sekolah Greenwood yang kelam dan angker nyatanya berhasil dihidupkan dengan apik dan tentunya mampu membuat bulu kuduk penonton merinding.
Singkatnya Detention adalah film adaptasi video gim yang tidak mengecewakan.
Horor Padat dengan Visual Memikat
Sebagai penonton, kita disuguhi semacam drama tiga babak di film ini. Di mana pada tiap babaknya memberikan kita tone cerita yang berbeda yang pada ujungnya menjadi konklusi atas setiap pertanyaan yang muncul.
Memasuki babak keduanya barulah kita disuguhi berbagai misteri yang membentuk cerita utama film ini. Karena tak hanya teror dari makhluk gaib saja yang muncul, namun juga gambaran kelam terkait teror propaganda pemerintah terhadap komunisme yang lantas menjadi semacam flashback panjang yang menarik.
Di babak ketigalah menjadi konklusi atas rentetan kejadian yang terjadi di awal film. Pada babak ini jugalah cerita film yang sebelumnya lebih mendebarkan berubah ke arah yang lebih emosional bahkan manis. Menjadi semacam obat penenang setelah sebelumnya digempur oleh aneka teror yang membuat kita sulit bernapas.
Menyaksikan film ini pada layar lebar dengan kualitas sound system yang mumpuni tentu saja membuat kita seakan ikut masuk ke dalam ceritanya. Jelas, ini bukanlah film horor main-main.
18 nominasi serta 13 kemenangan yang diraihnya, termasuk pada ajang bergengsi seperti Asian Film Awards, Golden Horse Awards, serta Taipei Film Festival, jelas membuktikan bahwa teknis film ini memang digarap sangat serius. Di mana pada akhirnya berhasil meraih berbagai piala seperti pada kategori Best Visual Effect, Best Art Direction, Best Sound Design, hingga Best Film.
Gingle Wang jelas sangat apik memainkan perannya sebagai gadis belia yang terpaksa masuk ke dalam misteri sejarah berdarah. Perannya di sini sangat emosional dan pembawaannya sangat natural.
Pun chemistrynya dengan Meng-Po Fu yang memainkan karakter seorang guru, Chang Ming-Hui, cukup believable sekaligus manis. Membuat kita ikut terbuai pada cerita cinta mereka yang manis sekaligus tragis.
Sementara Jing-Hua Tseng berhasil menjadi scene stealer berkat sosoknya yang kharismatik dan idealis. Keberaniannya mampu tersampaikan dengan baik kepada penonton, meskipun rasa takut akan kesepian dan kematian juga kerap keluar dari dalam tubuh kurusnya.
Tentang Sejarah Kelam dan Kebenaran yang Dibungkam
Sehingga bisa dibilang bahwa Detention justru menampilkan kengerian yang berasal dari manusia itu sendiri alih-alih kengerian yang berasal dari hantu. Karena sejatinya memang tak ada yang lebih menyeramkan dari kemampuan manusia membunuh sesamanya dalam kondisi sadar, hanya karena masalah perbedaan dan sikap yang tak sejalan.
Detention juga berbicara tentang bagaimana membungkam kebenaran menjadi cara paling efektif untuk mengatur kehidupan dengan cara yang dirasa paling benar. Memelihara kebodohan justru dirasa diperlukan agar kelak tak ada yang berani melawan ketidakadilan dan kebobrokan suatu tirani. Di mana hal tersebut ironisnya juga masih terjadi di berbagai belahan dunia hingga saat ini.
***
Ya, meskipun masih ada kekurangan di sana-sini terkait beberapa adegan yang muncul layaknya tempelan tanpa ada arti tambahan atau sosok hantu yang terasa kurang seram bagi penonton Indonesia, namun Detention tetaplah sebuah film horor yang layak untuk disaksikan.
Penulis berikan skor 8/10 untuk cinematic experience yang cukup apik disajikan.
Salam kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H