Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Mother", Ketulusan Cinta dalam Buruknya Cara Asuh Orangtua

12 Desember 2020   17:57 Diperbarui: 14 Desember 2020   06:16 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun hebatnya, sang sutradara dan penulis film ini yaitu Tatsushi Ohmori dan Takehiko Minato mampu membuat film ini tak terasa membosankan. Storytellingnya mengalir begitu lembut, pun character arc yang dibangun terasa smooth dan kuat.

Sehingga sebagai penonton kita dibuat terbuai oleh kisah kehidupan keluarga Akiko dan penasaran akan seperti apa akhirnya kelak. Apa yang akan menimpa keluarga ini dan utamanya bagaimana cara agar anak-anak ini bisa lepas dari lingkaran kejahatan yang diciptakan oleh sang ibu.

Tentang Ketulusan Cinta di Tengah Buruknya Cara Asuh Orangtua

Readysteadycut.com
Readysteadycut.com

Satu hal yang penulis dapatkan setelah menyaksikan film ini adalah bahwasanya Mother menggambarkan kasih sayang dan cinta yang tulus seorang anak kepada ibunya meskipun ia berada dalam cara asuh yang buruk bahkan bisa dibilang salah. Shuhei menjadi metafora dari kasih mula-mula seorang anak terhadap ibu yang melahirkannya, tak peduli betapa buruknya perlakuan sang ibu kepada dirinya.

Film yang diambil dari sudut pandang Shuhei ini memang mengizinkan penonton untuk kesal bahkan marah terhadap hal-hal yang terjadi di keluarga tersebut, yang sebagian besar memang dilakukan sang ibu. Namun jika kita ikut mengambil sudut pandang Shuhei, batas antara benar dan salah yang dilakukan ibunya memang sangat tipis. 

Dan selayaknya anak terhadap orang tua, Shuhei rela melakukan banyak hal yang diperintahkan kepadanya karena semata-mata cinta dan hormat pada ibunya. Meskipun sang ibu kadang menyalahgunakan cinta kasih dan rasa hormat anaknya. 

Sumber: decider.com
Sumber: decider.com
Akiko memang sangat manipulatif bahkan egois. Tak hanya kepada orang-orang yang ditipunya namun juga kepada anak yang jelas-jelas merupakan darah dagingnya. Akiko nampak mampu membuat dunia berjalan sesuai keinginannya. Meskipun hal tersebut tak jarang harus mengorbankan anak-anaknya.

Beberapa kali Shuhei memang berusaha untuk bisa keluar dari jerat sang ibu. Mencoba untuk mendapatkan hak anak-anak seusianya dan berani untuk bisa bermimpi setelah selama ini ia merasa tak layak untuk bermimpi dan tak pantas untuk mendapatkan hidup yang lebih layak.

Sumber: decider.com
Sumber: decider.com
Namun berkali-kali juga usahanya dimentahkan sang ibu yang manipulatif dan destruktif. Shuhei dan adiknya mau tak mau kembali masuk ke dalam lingkaran kesukaran yang tampak tak berujung.

Namun begitu mereka tetap mencintai ibunya, mendampingi ibunya, dan menjaga ibunya. Seperti tak mengingat lagi berbagai kesalahan fatal yang pernah dibuat sang ibu, yang tanpa disadari turut menciptakan efek buruk perkembangan mental sang anak, yang seiring bertambahnya waktu juga ikut tumbuh membesar layaknya bom waktu yang siap diledakkan kapanpun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun