Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Menghidupkan Harapan di Tengah Kehilangan dalam "Over The Moon"

22 November 2020   17:56 Diperbarui: 23 November 2020   16:21 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Over The Moon. | Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via cnn.com

Salah satu kehilangan dalam industri film di tahun 2020 ini tentu saja adalah kosongnya film animasi berkualitas. Padahal di tahun 2019 penonton disuguhi berbagai macam animasi berkualitas seperti Toy Story 4, How To Train Your Dragon:The Hidden World, serta Missing Link.

Trolls: World Tour memang sempat dirilis di awal pandemi, namun terbatasnya platform streaming yang menyediakan aksesnya serta fakta bahwa film ini tak tersedia secara global, membuat film ini kehilangan hypenya. Trolls: World Tour pun secara cepat dilupakan eksistensinya oleh para penggemar film animasi.

Netflix pun lantas muncul membawa sebuah oasis di tengah padang gurun melalui Over The Moon. Sebuah animasi yang cukup diantisipasi kehadirannya sejak beberapa tahun belakangan ini.

Menarik, karena Over The Moon menjadi film kedua Pearl Studio yang sebelumnya sukses menelurkan film animasi berjudul Abominable(2019) (baca di sini). Pearl studio sendiri sebelumnya dikenal dengan nama Oriental Dreamworks yang ikut ambil bagian dalam produksi film-film animasi populer semisal How To Train Your Dragon 2(2014) dan Kung Fu Panda 3(2016).

Patut diketahui bahwa Pearl Studio yang merupakan anak perusahaan Dreamworks, memang memfokuskan film-filmnya pada kultur ketimuran khususnya Tiongkok. Sehingga tak mengherankan jika sejak Abominable hingga Over The Moon selalu membawa kultur Tiongkok yang kuat.

Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio viaVariety.com
Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio viaVariety.com
Kembali ke Over The Moon, sejatinya film ini memiliki cerita yang sangat sederhana dan temanya sudah banyak diangkat dalam film-film lainnya. 

Adalah Fei-Fei (Cathy Ang), seorang anak yang tak hanya rajin dan sayang pada orangtuanya namun juga jenius di sekolahnya, harus merasakan pedihnya ditinggal sang ibu (Ruthie Ann Miles) untuk selama-lamanya.

Dan bertahun-tahun kemudian ketika semua orang termasuk sang ayah (John Cho) bersiap untuk move on dari momen menyedihkan tersebut, Fei-Fei masih menjadi seorang anak yang merindukan sosok sang ibu. Apalagi ketika Ia mengetahui fakta bahwa sang ayah akan segera menikahi Mrs. Zhong (Sandra Oh).

Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via radiotimes.com
Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via radiotimes.com
Fei-Fei semakin sedih ketika orang-orang di sekelilingnya termasuk sang ayah tak lagi percaya akan dewi bulan. Padahal itu adalah cerita yang mengkoneksikan dirinya dengan kedua orangtuanya.

Dalam kesedihannya, Fei-Fei pun bertekad membangun sebuah roket yang akan membawanya ke luar angkasa, bertemu dengan dewi bulan yang dahulu sering diceritakan oleh sang ayah dan ibu di tepian sungai favoritnya. Fei-Fei pun membangun roket dengan peralatan seadanya namun dengan mimpi yang begitu tinggi.

Kelak Fei-Fei menemukan berbagai keajaiban di bulan, bertemu bangsa Lunaria yang ceria, dan tentunya sang dewi bulan yang akan menuntunnya pada berbagai aksi seru dan lucu.

Lantas, apakah pelajaran yang bisa didapatkan oleh Fei-Fei selama berada di luar angkasa?

Animasi Musikal yang Menarik

Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via Wired.com
Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via Wired.com
Tak bisa dipungkiri bahwasanya menyaksikan Over The Moon membuat kita teringat akan era keemasan animasi Disney yang dipenuhi dengan irama musik yang begitu megah dan lirik yang catchy. 

Meskipun belum berada pada level animasi klasik Disney tersebut, namun setidaknya Over The Moon berhasil membawa kembali atmosfer tersebut kepada penonton.

Semakin menarik kala penyanyi dalam soundtrack tersebut adalah para pengisi suara animasinya. Misalnya Cathy Ang pada lagu jagoan film ini yang berjudul sama, Over The Moon.

Juga Phillipa Soo sebagai dewi bulan yang menyanyikan tembang yang enerjik dan tak kalah menarik berjudul Ultra Luminary serta Hey Boy yang berduet dengan Robert G. Chiu sebagai pengisi suara Chin, calon adik tiri Fei-Fei.

Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via Latimes.com
Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via Latimes.com
Lagu dalam film ini memang tak secatchy lagu Let It Go atau Into The Unknown-nya Frozen. Namun percayalah ketika anak-anak menyaksikan film ini dan mendengarkan lagunya, mereka akan dengan mudah mengikutinya. Hal yang sudah penulis buktikan lewat keponakan sendiri, heuheu.

Artinya adalah bahwa lagu-lagu dalam film ini digarap serius dan memang dibuat sedemikian rupa agar bisa diterima oleh audiens dari berbagai usia. 

Pujian tentu harus disematkan kepada Steven Price (Gravity, Wonderpark) dan Helen Park yang sebelumnya memang dikenal sebagai songwriter lagu-lagu K-pop populer. 

Jadi jangan heran jika lagu-lagu pada film ini begitu adiktif untuk didengar ulang, khususnya pada lagu Ultra Luminary yang nuansa K-Pop dancenya sangat terasa dan begitu catchy.

Grafis Memukau dengan Desain Karakter yang Unik

| Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via variety.com
| Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via variety.com

Kualitas grafis atau CGI serta desain karakter pada suatu film animasi tentu saja menjadi unsur pembeda antar film animasi yang semakin banyak diproduksi dewasa ini. Dan Over The Moon berhasil menjawab ekspektasi tersebut dengan sangat baik.

Sebagai film animasi yang membawa unsur kebudayaan Tiongkok yang kental, Over The Moon berhasil membawa banyak detail seputar kebudayaan tersebut dengan sangat baik. 

Mulai dari proses pembuatan bakpao dan kue bulan, makan bersama dengan meja melingkar, hingga prosesi kedukaan, semuanya berhasil ditampilkan dengan sangat detail.

Sebenarnya Pearl Studio sudah berhasil menunjukkan kualitasnya dan tak main-main dalam "memproklamirkan" diri sebagai penantang Disney yang cukup serius sejak merilis film Abominable. Hanya saja hal tersebut semakin tegas dinyatakan melalui Over The Moon.

Pun desain bangsa Lunaria yang menjadi gambaran bangsa bulan juga begitu menarik. Begitu berwarna dan cukup menggemaskan, menyesuaikan gambaran landscape bulan yang dibawa film ini. 

Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via Insider.com
Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via Insider.com
Tak lupa, berbagai macam makhluk mitologi pun bertebaran meramaikan film ini yang di desain dengan tampilan yang menarik. Sangat aman untuk disaksikan anak-anak.

Sehingga dengan berbagai kualitasnya tersebut, maka rasanya penulis tak berlebihan jika menyebut bahwa Pearl Studio akan benar-benar menjadi penantang kuat Disney di masa depan. Khususnya bagi pasar Asia yang mana diketahui memang menjadi concern utama dari Pearl Studio.

Cerita Universal dari Tulisan Personal

Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via businessinsider.com.au
Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via businessinsider.com.au
Over The Moon memang begitu universal dalam menyampaikan setiap tema dan ceritanya. Sehingga siapapun yang menyaksikan bisa relate dengan setiap drama maupun konflik yang disampaikan oleh film ini, meskipun hal tersebut dibumbui dengan nuansa fiksi yang kental.

Hanya saja yang semakin membuat Over The Moon terasa begitu spesial adalah bahwa cerita dalam film ini ditulis secara personal oleh oleh Audrey Wells sebagai hadiah untuk anaknya. Namun Audrey kemudian meninggal karena kanker pada saat proyek film ini dimulai di tahun 2018 silam.

Tentu saja hal ini membuat merinding dalam konotasi positif, karena Audrey nampak menulis kisah yang sama persis dengan apa yang ia alami di tahun 2018 silam. Kisahnya begitu menyentuh dan personal namun di sisi lain berhasil menyampaikan pesan yang begitu universal dan bisa diterima oleh penonton berbagai usia.

Cerita yang pada akhirnya berhasil dihidupkan Glen Keane, seorang sutradara yang sebelumnya dikenal sebagai orang kepercayaan Disney pada departemen animasi untuk film-film legendaris seperti Tarzan (1999), Aladin (1992), dan Pocahontas (1995). Serta sutradara yang juga berhasil menyentuh banyak orang lewat short animation untuk penghormatan atas pensiunnya mendiang Kobe Bryant, yaitu film Dear Basketball (2017). (baca di sini)

Penutup

Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via Variety.com
Sumber: Netflix Animation & Pearl Studio via Variety.com
Over The Moon memang berhasil menyajikan film animasi berkualitas yang bisa ditonton oleh segala usia. Kombinasi CGI berkualitas tinggi dengan cerita fiktif dan karakter yang kental dengan nuansa Asia, yang kemudian dilengkapi dengan unsur mitologi yang sangat ringan penyampaiannya, jelas membuat film ini tak boleh dilewatkan oleh para penggemar film animasi.

Apalagi bagi para penggemar animasi musikal, musik-musik di film ini begitu nyaman untuk didengarkan. Sehingga kita tak hanya terhibur dan terpuaskan secara visual saja, namun juga melalui alunan musik yang memuaskan gendang telinga kita.

Over The Moon penulis berikan nilai 8/10

Selamat menonton. Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun