Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Mengunjungi Bioskop yang Kembali Dibuka, Begini Situasinya

24 Oktober 2020   23:04 Diperbarui: 13 Oktober 2021   16:14 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penonton Bioskop XXI duduk berjaga jarak saat pemeriksaan kesiapan bioskop beroperasi kembali di Pusat Grosir Cililitan, Jakarta, Sabtu (29/8/2020).(ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK A via kompas.com)

Setelah hampir 7 bulan bioskop di ibukota menutup layanannya di era pandemi ini, akhirnya bioskop membuka kembali pintu-pintu teaternya pada Rabu, 21 Oktober 2020. Jakarta melengkapi kota-kota lainnya yang sudah buka terlebih dahulu, termasuk Bandung seminggu sebelumnya.

Namun untuk saat ini, jaringan bioskop besar yang memutuskan untuk membuka layanannya baru CGV dan Cinepolis saja, itupun tidak di semua lokasi.

Sementara Flix Cinema dan Cinema XXI memutuskan untuk tidak membuka dulu layanannya di ibukota terkait dengan batasan 25% kapasitas studio yang diperbolehkan. Perhitungan untung-rugi bisnis tentu menjadi dasar di balik keputusan tersebut.

Penulis yang juga sudah rindu dengan suasana bioskop awalnya sempat ragu untuk langsung ke bioskop atau tahan dulu sampai beberapa minggu atau bulan ke depan.

Namun melihat keseriusan pengelola dalam penerapan protokol kesehatan, ditambah dengan membaca banyak artikel tentang bagaimana kondisi sebenarnya bioskop di era pandemi, maka penulis memutuskan untuk datang di H+1 pembukaan bioskop di DKI Jakarta.

CGV Grand Indonesia pun menjadi pilihan tempat penulis menonton kala itu. Alasannya karena CGV GI memiliki akses langsung dari parkiran mobil yang tentu saja membuat tak harus mengelilingi mall terlebih dahulu, berpapasan dengan banyak orang. Setidaknya ada sedikit rasa aman di sana.

Ilustrasi. Sumber: xinhua.net
Ilustrasi. Sumber: xinhua.net
Train To Busan: Peninsula pun menjadi pilihan film yang ditonton. Film yang memang penulis tunggu kehadirannya di bioskop sejak lama, meskipun godaan file bajakan di berbagai website "pak tani" sudah berseliweran sejak pertengahan tahun ini. 

Alasan penulis masih menunggu film ini untuk ditonton di bioskop hanya satu yaitu karena tidak ada tempat terbaik untuk menikmati film action-survival zombie yang wah dan menggelegar selain di gedung bioskop.

Penulis tentu akan membagikan ulasan film tersebut di artikel lainnya. Namun untuk saat ini, penulis akan membagikan dulu cerita pengalaman mengunjungi bioskop di era pandemi ini.

Bagaimana kondisinya, seberapa ketat protokol kesehatannya, dan kapan waktu yang tepat untuk mengunjunginya?

So tanpa perlu berlama-lama, berikut poin-poin pembahasannya;

1.Penerapan Protokol Kesehatan yang Cukup Serius

Kondisi area lobby bioskop. Sumber:dokpri
Kondisi area lobby bioskop. Sumber:dokpri
Kehadiran thermo gun dan hand sanitizer tentu menjadi dua barang utama yang wajib disediakan oleh berbagai fasilitas publik yang buka di tengah pandemi ini. Tidak terlalu efektif memang, namun setidaknya cukup membantu untuk memberikan rasa aman bagi para pengunjung yang datang.

CGV pun menyiapkan keduanya dengan tambahan barcode yang harus dipindai pengunjung, yang merupakan link untuk menuju ke form daftar tamu online. Pengunjung lantas diminta untuk mengisi nama beserta kelengkapan lain semisal nomor handphone dan 6 digit pertama kartu identitas.

Akses keluar dan masuk pun dipisahkan dengan menggunakan pembatas. Sehingga diharapkan tidak terjadi penumpukan saat keluar ataupun masuk serta meminimalisasi adanya pengunjung yang bergerombol.

Suasana ruang tunggu lobby. Sumber:dokpri
Suasana ruang tunggu lobby. Sumber:dokpri
Pun tempat duduk di sekitar lobby juga memiliki jarak berupa tanda silang. Sehingga pengunjung tidak berdekatan saat menunggu film di lobby bioskop tersebut.

Oh iya, perlu diingat juga bahwa pengunjung yang diperbolehkan hanya yang berusia 12 hingga 60 tahun saja.

2.Pembelian Tiket Secara Mandiri

Self ticketing machine CGV. Sumber:dokpri
Self ticketing machine CGV. Sumber:dokpri

Pembelian tiket via counter memang masih disediakan. Hanya saja begitu masuk ke lobi, pengunjung juga disarankan untuk melakukan pembelian tiket secara mandiri via ticketing machine yang tersedia di salah satu sudut bioskop.

Di sana pembeli bisa memilih langsung film dan tempat duduk yang diinginkan serta melakukan pembayaran via debit card, credit card, ataupun digital wallet.

Namun memang lebih disarankan untuk melakukan pembelian tiket secara online melalui berbagai aplikasi penyedia layanan penjualan tiket bioskop. Selain lebih mudah, hal tersebut juga untuk meminimalisasi kontak langsung tangan kita dengan berbagai benda di fasilitas publik tersebut.

3.Protokol Kesehatan di Dalam Studio

Skema tempat duduk bioskop. Sumber:dokpri
Skema tempat duduk bioskop. Sumber:dokpri

Setelah melalui pengecekan suhu di lobi dan membeli tiket bioskop, langkah selanjutnya tentu saja kita memasuki ruangan bioskop. Kebetulan pada saat itu penulis terlambat 10 menit. Untungnya film belum dimulai. Hanya saja penulis tidak bisa melihat apakah ada antrean sebelum masuk studio dan bagaimana penerapan protokol saat antrian berlangsung.

Tiket yang sudah dicetak kemudian hanya ditunjukkan saja ke petugas di depan pintu studio. Tiketnya pun tidak disobek, sehingga cukup meminimalisasi kontak dengan orang lain.

Tiket yang tidak disobek. Sumber:dokpri
Tiket yang tidak disobek. Sumber:dokpri
Pun pengunjung tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman ke dalam studio termasuk jajanan yang dibeli di counter bioskop. Karena menyesuaikan peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa di dalam studio bioskop tidak diperkenankan untuk makan dan minum. 

Namun untuk di area lobi bioskop yang terdapat fasilitas restorannya, makanan dan minuman tersebut boleh dinikmati yang tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku.

Ketika penulis memasuki studio, terlihat bahwa semua penonton patuh untuk mengenakan masker bahkan face shield. Pun terlihat tanda silang yang cukup besar dan jelas di beberapa kursi agar penonton tidak menduduki bagian tersebut.

Setelah film selesai juga langsung dilakukan pembersihan studio menggunakan cairan disinfektan. Sehingga kebersihan tetap terjaga dan pastinya membawa rasa nyaman dan aman bagi para penonton.

Sementara untuk berita yang menyatakan tiap 30 menit harus keluar bagaimana? Tenang saja, itu berita menyesatkan yang sumbernya tidak bisa dipertanggungjawabkan heuheuheu..

4.Kerinduan Sekaligus Kesedihan dalam Satu Babak

Ruang studio yang terasa sepi. Sumber:dokpri
Ruang studio yang terasa sepi. Sumber:dokpri

Rasa rindu penulis dan mungkin para pecinta bioskop lainnya memang cukup terobati berkat pembukaan kembali bioskop di akhir bulan ini. Gelegar sound system, tajamnya gambar film, serta nyamannya kursi di dalam studio tentu saja berhasil membawa sedikit kebahagiaan setelah berbulan-bulan harus puas dengan sound system televisi di rumah yang seadanya.

Namun sepinya lobi dan studio bioskop juga membawa rasa sedih.

Bioskop yang beberapa tahun ini mengalami perkembangan luar biasa, penuh di mana-mana, dan menjadi pop culture baru di tengah masyarakat Indonesia, kini harus menemui kondisi yang sama dengan bioskop lainnya di seluruh dunia. Sepi, tanpa film baru, dan tanpa hiruk pikuk pecinta film yang berdiskusi tentang film di sela-sela waktu tunggu.

Sepinya Lobby CGV GI. Sumber:dokpri
Sepinya Lobby CGV GI. Sumber:dokpri
Kondisi ini tentu saja mengingatkan penulis akan kondisi bioskop di Indonesia, 9 tahun lalu, atau di awal tahun 2011. Di mana kenaikan bea masuk film impor menyebabkan beberapa distributor film Hollywood menghentikan peredaran filmnya di bioskop nasional saat itu.

Otomatis film-film yang muncul hanya film Indonesia yang saat itu masih didominasi film-film horor vulgar dan beberapa film asing seperti Thailand, India, dan Eropa. 

Sepinya film Hollywood tentu saja sejalan dengan sepinya minat penonton Indonesia ke bioskop. Bahkan saat itu jamak terlihat penonton yang rela pergi ke Singapura ataupun Malaysia untuk menyaksikan film Hollywood blockbuster terbaru, termasuk film penutup saga Harry Potter kala itu.

Memang penyebab sepinya bioskop saat itu berbeda dengan kondisi saat ini. Jika sebelumnya karena perkara perjanjian bisnis, maka kali ini dikarenakan pandemi yang sifatnya global.

Namun situasi sepi saat ini jauh lebih membawa kesedihan. Sedih karena industri film dan bioskop nasional yang sedang naik harus terhantam badai yang sangat-amat besar. Sedih karena bioskop tak "sehidup" 8 bulan lalu. Sedih karena dibalik pembukaan kembali bioskop saat ini, masih ada ketidakpastian masa depan yang sejatinya menaungi para pekerja industri tersebut di segala levelnya.

5. Sewa Studio Jadi Tren Baru

Penawaran rental studio Cinepolis. Sumber: twitter @CinepolisID
Penawaran rental studio Cinepolis. Sumber: twitter @CinepolisID
Strategi bisnis baru yang coba diterapkan saat ini tentu saja adalah layanan sewa studio bioskop untuk menonton film pilihan bahkan untuk bermain gim lewat layar raksasa. Sebuah pilihan bagi penonton yang ingin menonton film di bioskop bersama keluarga namun tidak mau bercampur dengan orang lain. 

Harga layanannya pun cukup menggoda dan memiliki harga yang sama bahkan jauh lebih murah jika total biayanya dibagi jumlah orang. Di mana saat ini baru Cinepolis dan Cinema XXI yang menyediakan layanan rental studio ini. 

Mengenai apakah strategi ini cukup efektif untuk meningkatkan gairah penonton ke bioskop tentu masih harus dilihat perkembangannya lebih lanjut. Namun setidaknya, bioskop sudah memberikan alternatif lain yang mungkin akan terasa lebih "aman" bagi siapapun yang ingin merasakan lagi sensasi bioskop. 

***

Salah satu foto bioskop di Brooklyn. Sumber:bbc.com
Salah satu foto bioskop di Brooklyn. Sumber:bbc.com
Pembukaan kembali bioskop di ibu kota dan ke-38 daerah lain di Indonesia memang tak akan pernah lepas dari pro-kontra di masyarakat. Di satu sisi masih banyak masyarakat yang menginginkan penutupan total karena khawatir ancaman covid yang lebih besar di dalam studio bioskop.

Namun di sisi lainnya banyak juga masyarakat yang mendukung pembukaan bioskop kembali karena peduli terhadap keberlangsungan industri dan para pekerja di dalamnya. Bukan sekadar karena hasrat ingin menyaksikan film di bioskop yang sangat menggebu.

Opini penulis pun masih sama dengan tulisan tentang reopening bioskop sebelumnya (baca di sini). Di mana penulis mendukung penuh pembukaan bioskop kembali dengan beberapa catatan.

Toh jika boleh jujur, pembukaan bioskop kembali belum memberikan efek bahagia yang luar biasa bagi para moviegoers. Karena yang pertama, kondisi bioskop saat ini sudah sangat berbeda. Dan kedua, belum ada film yang benar-benar baru yang harus ditonton di bioskop.

Namun melihat kondisi di berbagai sektor industri saat ini yang memaksa para pekerjanya untuk diberhentikan ataupun mendapatkan potongan gaji imbas dari covid ini, maka rasanya keputusan pembukaan kembali ini harus diapresiasi. Setidaknya pemerintah dan bioskop mencoba berusaha sebisanya agar industri ini tidak mati hingga harus mengorbankan ribuan pekerjanya.

Kini tentu saja tinggal bagaimana bioskop bisa mempertahankan protokol kesehatan mereka dan melaksanakannya secara tegas. Agar siapapun pengunjungnya tetap merasa aman dan pastinya terhindar dari paparan covid-19.

Wajah baru bioskop dunia. Sumber:deadline.com
Wajah baru bioskop dunia. Sumber:deadline.com
Lantas, kapan waktu yang tepat bagi kita para penonton untuk mengunjungi bioskop? Tentu saja keputusan itu ada di tangan masing-masing.

Jika sudah percaya akan protokol kesehatan yang dijalankan pihak bioskop dan tentunya yang terpenting adalah disiplin diri dalam mematuhi protokol kesehatan yang berlaku, maka silakan mengunjungi lokasi bioskop yang tersedia.

Namun jika masih ragu dan khawatir, maka memutuskan untuk tetap di rumah dan menonton film dari rumah pun masih menjadi keputusan yang paling baik. Tidak perlu nyinyir dan bereaksi berlebihan terhadap keputusan reopening ini.

Karena patut diingat bahwasanya ada rantai industri besar yang saling berkesinambungan pada setiap fasilitas publik yang diputuskan untuk dibuka kembali. Bukan hanya berlaku untuk bioskop tentu saja.

Saat ini di seluruh dunia, memilih untuk mendahulukan kepentingan ekonomi atau kesehatan sangatlah tricky, memiliki efek samping yang sama besarnya, dan tentu saja tak semudah yang kita pikirkan. 

***
Cepat sembuhlah Indonesia. Cepat sembuhlah bioskop nasional. Agar tawa, canda, dan berbagai luapan emosi kembali hadir di ruang studio menjadi satu, membentuk pengalaman indah tak terlupakan yang bernama keajaiban sinema.

Salam sehat, salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun