Karena seberapa pun besarnya support yang diberikan sang suami, entah dalam bentuk dukungan moral maupun dukungan langsung berupa pengetahuannya sebagai komandan pesawat antariksa periode sebelumnya, Emma sendirilah yang harus belajar mengenai kerelaan hati untuk benar-benar meninggalkan urusannya di bumi.
Begitupun dengan Dr. Lu yang kepergiannya tak hanya meninggalkan keluarga kecilnya, namun juga seseorang yang amat dicintainya. Pun begitu dengan Misha, Ram, dan Dr. Kwesi yang semuanya memiliki berbagai problematika hidup di bumi yang lantas menguji ketangguhan mental mereka di luar angkasa.
Dan problematika para astronot di luar angkasa tersebut nyatanya bisa dihidupkan dengan sangat baik oleh masing-masing aktor dan aktrisnya. Semuanya terasa pas memerankan masing-masing karakternya dengan segala problematika dan dinamika kehidupannya. Pun kala tiap-tiap mereka harus menjadi protagonis bahkan antagonis pada setiap kasus di dalam pesawat yang harus mereka pecahkan dan selesaikan bersama-sama.
Tak hanya soal cinta, jarak, dan problematika yang menyertainya saja yang membuat serial 10 episode ini menarik untuk disimak. Lebih dari itu, Away menawarkan sebuah serial sci-fi yang menarik meskipun terlihat bahwa budget yang dikeluarkan tak sebesar serial sci-fi populer lainnya.
Namun Away sukses memanjakan mata kita berkat visual angkasa luar yang menarik. Mulai dari penampakan bumi yang ditinggalkan, stasiun angkasa luar yang berada di bulan, hingga berbagai penampakan planet yang mereka lewati.
Planet merah memang masih menjadi asa terbesar manusia yang sampai saat ini masih terus mencoba untuk menaklukannya. Namun jelas pengorbanan besar dari para awak dibutuhkan untuk bisa mencapai planet misterius tersebut. Bukan hanya pengorbanan secara fisik namun juga mental.
Sentilan seperti mengapa rela mengeluarkan budget raksasa untuk pergi ke planet antah berantah sementara di bumi sendiri masih banyak yang kelaparan, menjadi contoh sentilan yang cukup menohok selain juga sentilan tentang bagaimana gengsi suatu negara terhadap pencapaian angkasa luar kerap menjadikan astronot sebagai komoditas bukan lagi sebagai manusia.