"Jadi kesimpulan pertemuan tadi adalah dalam waktu dekat ini, kegiatan bioskop di Jakarta akan kembali dibuka dan protokol kesehatan akan ditegakkan lewat adanya regulasi yang detail, adanya pengawasan ketat, sehingga pelaku industri memberikan jasa tanpa memberikan risiko yang besar. Dan bagi masyarakat juga ketika berkegiatan mereka akan bisa merasa aman," tutur Anies, berbicara setelah Wiku.
Itulah kesimpulan yang diambil dari laman detik.com perihal kabar terbaru mengenai operasional bioskop di Jakarta yang disampaikan oleh gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, kemarin pagi.
Tentu keputusan ini memancing reaksi banyak pihak karena diumumkan di tengah kondisi kurva penyebaran covid-19 yang masih tinggi di DKI Jakarta.
Di satu sisi banyak yang menyesali keputusan ini karena menganggap pembukaan bioskop belum menjadi sesuatu yang penting untuk saat ini.
Namun di sisi lainnya juga banyak yang mengapresiasi keputusan ini karena berarti industri bioskop dan film nasional mulai bangkit perlahan setelah sebelumnya sempat mati suri selama 5 bulan terakhir ini.
Namun sebelum masuk ke pembahasan lebih jauh, penulis akan coba menuliskan beberapa poin penting yang didapatkan dari pengumuman yang disampaikan oleh gubernur Anies Baswedan dan juru bicara satgas penanganan Covid, Wiku Adisasmita.
1.Bioskop Kembali Buka dalam Waktu Dekat
2.Protokol Kesehatan diatur dengan Ketat
Seperti penonton yang harus menggunakan masker dengan proteksi baik (ditunjukkan juga jenisnya pada saat presentasi), menerapkan physical distancing di dalam bioskop, serta pihak bioskop yang harus melakukan pembersihan berkala menggunakan disinfektan dan memperhatikan filtrasi udara.
Dan sejauh ini, durasi film dibatasi hanya dua jam saja. Belum diketahui bagaimana kebijakan terhadap film yang berdurasi lebih dari dua jam, seperti film baru Tenet misalnya.
3.Nonton ya Nonton Saja
Belum diketahui apakah akan ada update mengenai kebijakan ini ke depannya. Jadi bagi yang rindu nonton bioskop sambil mengunyah gurihnya popcorn, rasanya harus bersabar dulu.
4.Pembatasan Usia
Selain itu seperti persyaratan standar lainnya, penonton juga harus dipastikan sehat pada saat datang ke bioskop. Jadi buat yang sedang bersin-bersin atau batuk-batuk, meskipun belum tentu mengidap covid-19 sebaiknya tidak usah bepergian dahulu ke luar rumah, apalagi ke bioskop.
5.Pembelian Tiket Secara Online
Bagi teman-teman yang lebih senang membeli tiket bioskop via counter tiket, nampaknya harus merubah kebiasaannya di masa pandemi ini. Pasalnya bioskop hanya diperbolehkan menjual tiket secara online.
Hal ini tentu saja untuk mengurangi terjadinya antrian di loket tiket sekaligus bagian dari penerapan physical distancing di dalam gedung bioskop.
6.Minim Interaksi Menjadi Alasan Pembukaan Bioskop
Salah satu alasan bioskop akhirnya dibuka menurut Wiku dan Anies Baswedan adalah karena di bioskop minim interaksi.
Sehingga dengan ketatnya protokol kesehatan dan penerapan physical distancing yang disiplin, diharapkan meminimalisir kemungkinan adanya penularan di dalam teater.
7.Tak Hanya di Jakarta Namun Juga Daerah Lain
Menyambut Baik Namun Tetap Harus Berhati-hati
Bukan, bukan karena penulis yang hobi nonton ini 'ngebet' untuk pergi ke bioskop. Melainkan karena pada akhirnya teman-teman yang bekerja pada industri tersebut setidaknya bisa bernapas lega karena bisa kembali bekerja dan berkarya di sana. Setidaknya ada secercah harapan bagi masa depan mereka, setelah terhenti selama 5 bulan terakhir ini.
Tentu tidak perlu bereaksi secara berlebihan mengenai pembukaan bioskop ini. Karena penulis paham bahwa penanganan pandemi ini cukup sulit.
Di satu sisi ada faktor kesehatan yang jelas menjadi highlight utama, namun di sisi lain juga ada faktor ekonomi yang tak boleh diabaikan begitu saja. Bioskop, bisnis hiburan lain serta fasilitas publik, tentu tak bisa dibiarkan "mati" terlalu lama. Karena akan menciptakan efek domino yang semakin parah di belakang.
Karena jika berbicara tentang "efek sampingnya", pembukaan bioskop ini sebenarnya sama halnya dengan pembukaan kantor, mall, restoran, hingga rumah ibadah.
Dan semua tempat tersebut memiliki benang merah yang sama yaitu berada di ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang belum tentu baik.
Hanya saja bioskop memang lebih minim interaksi, bahkan menurut penulis lebih bisa dikendalikan penerapan physical distancingnya.
Bandingkan dengan kantor ataupun mall, yang saat ini nampaknya sudah banyak yang abai dengan hal tersebut karena sudah jamak ditemukan orang-orang yang bergerombol dan mengobrol dengan santai.
Keputusan Ada di Tangan Kita Sendiri
Memang, kemungkinan penularan covid-19 bisa terjadi di mana saja termasuk bioskop. Namun perlu diingat bahwasanya bioskop tetaplah industri yang harus hidup, harus jalan, karena ada banyak tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya di industri tersebut.
Penulis sendiri memang belum akan mengunjungi bioskop begitu beroperasi kembali. Masih menunggu waktu hingga semuanya terlihat aman dan meyakinkan.
Namun jika tiba waktunya bagi penulis untuk mengunjungi tempat tersebut, disiplin diri dalam penerapan protokol kesehatan tentu akan menjadi prioritas penulis. Menggunakan masker, face shield, sedia hand sanitizer pribadi, rajin cuci tangan selagi bisa, hingga menggunakan jaket atau pakaian dengan lengan panjang.
Ya, protokol yang sama seperti ketika penulis pergi ke kantor, supermarket, bahkan rumah ibadah.
Akhir kata, terlepas dari penting atau tidak pentingnya bioskop buka, selalu ingat bahwa bioskop juga industri yang memang harus jalan.
Sementara penting atau tidak pentingnya kita pergi ke tempat tersebut adalah faktor lain yang hanya diri kita sendiri yang bisa memutuskannya.
So, selamat beroperasi kembali bioskop. Dan semoga pengunjung kalian tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan sehingga tidak lagi muncul cluster penyebaran baru ke depannya.
Salam kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H