Bahkan rasanya tak berlebihan jika kemudian penulis mengatakan bahwa Stateless lebih dari sekadar miniseri.
Stateless memberikan para penontonnya fakta kehidupan para imigran yang menohok sekaligus pahit, yang sayangnya masih banyak terjadi di berbagai belahan dunia hingga saat ini.
Sama seperti setiap korban pemerkosaan yang ada, Sofie mungkin bisa saja langsung melapor ke polisi terkait pelecehan yang baru saja ia alami.Â
Namun ancaman dari pelaku yang nampak lebih kuat dari korbannya, serta ketakutan akan stigma negatif yang disematkan, kerap membuat si korban enggan melaporkan dan memilih untuk mengubur cerita kelam tersebut meskipun berakibat sangat fatal pada dirinya sendiri.Â
Belum lagi birokrasi rumit di kepolisian yang membuat para polisi enggan bertindak secara cepat mengungkap kasus seperti ini.
Bahkan lebih menyakitkan lagi kala mental illness yang dialami olehnya dianggap remeh oleh orang-orang di sekitarnya. Menjadi gambaran nyata akan kondisi dunia saat ini, di mana pengidap mental illness justru lebih sering dikucilkan dan tak dihiraukan alih-alih dibantu dicarikan jalan keluarnya.
Karakter Sofie mungkin hanya rekaan yang diinspirasi dari kisah nyata, namun Yvonne mampu menghidupkan karakter Sofie dengan segala problematika yang dialaminya dengan begitu hidup dan menyentuh.Â
Membuat karakternya begitu believable hingga kita diizinkan untuk ikut empati dan mengutuk keras pelaku yang membuatnya menjadi seperti itu.
Karena tanpa adanya 'rumah' tempatnya pulang, ada kalanya manusia justru terpenjara oleh keputusan yang dipilihnya. Hingga terkadang mampu melawan hati nurani yang menginginkan hal sebaliknya.