Sementara pada Saiyo Sakato, karakter Zainal dan Anissa menjadi interpretasi atas realita anak muda masa kini yang sejatinya memiliki banyak pilihan dan fasilitas untuk menuju kesuksesan.Â
Beberapa diantaranya memang berhasil menghidupi passionnya berkat talenta bahkan privilegenya, namun tak sedikit juga yang terjebak pada tujuan hidup yang salah terkait idealisme yang tidak pada tempatnya.
Sampai di sini Tabula Rasa berhasil menyampaikan realita kehidupan yang tak lekang oleh waktu. Bahwasanya pesan-pesan kehidupan di dalamnya akan tetap relevan hingga beberapa generasi ke depan.Â
Sementara Saiyo Sakato mencoba lebih peka terhadap realita sosial di era modern ini sembari memberikan pesan kuat terkait efek samping dari poligami itu sendiri.
Pun kisah cinta Emir dan Anissa menjadi faktor lain yang membuat Saiyo Sakato tampil cukup segar dan mampu membuat pondasi tambahan untuk kelanjutan musim keduanya kelak.Â
Apalagi ditambah fakta bahwa di episode terakhir masih menyisakan kemungkinan adanya petualangan cinta lainnya dari Da Zul yang belum diketahui.
Penutup
Apalagi ada tangan dingin Salman Aristo dan Gina S.Noer, yang lantas membuat serial yang eksklusif ditayangkan di platform streaming GoPlay ini memiliki jaminan mutu. Setidaknya dari sisi cerita dan kedalaman karakter-karakternya.
Namun tentu saja sebagai penonton kita harus waspada. Bahwasanya setiap visualisasi masakan dalam serial ini berpotensi membuat kita meneteskan air liur tanpa disadari, perut keroncongan, yang lantas ditutup dengan melangkahnya kaki ini keluar, menuju tempat di mana Gulai Kepala Kakap berada, heuheuhe..