Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Music of Silence" dan Arti Perlawanan terhadap Keterbatasan

21 Mei 2020   19:20 Diperbarui: 21 Mei 2020   19:20 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: foxx-media.com

"Like stars across the sky, we were born to shine"- Andrea Bocelli.

Benar kata pepatah yang mengatakan bahwa every man born with a purpose. Bahwasanya setiap manusia yang terlahir ke dunia memiliki tujuan atau arti bagi suatu kehidupan. Entah bagi dirinya sendiri atau bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.

Entah melalui karyanya yang bisa memberikan dampak secara langsung bagi sekitarnya ataupun melalui sikap dan cara pandangnya terhadap hidup yang juga bisa menginspirasi banyak orang di sekitarnya.

Hal itulah yang lantas dialami oleh penyanyi terkenal bahkan bisa disebut legendaris, Andrea Bocelli, yang kemudian dituangkannya ke dalam karakter fiksi bernama Amos Bardi, yang diciptakannya untuk novel semi autobiografi miliknya berjudul The Music of Silence tahun 1999 silam.

Yang pada akhirnya cerita tersebut juga difilmkan di tahun 2017 lalu dengan judul yang sama dengan menggandeng sutradara asal Inggris, Michael Radford.

Layaknya kita setiap manusia yang tidak bisa memilih untuk dilahirkan dalam keluarga atau kondisi tubuh tertentu, Amos Bardi pun demikian. Dilahirkan di tengah kondisi keluarga yang berkecukupan dengan asumsi pemenuhan gizi yang tercukupi, tentu tidak ada yang menyangka bahwa Amos akan terlahir dengan membawa keterbatasan fisik tertentu.

Congenital Glaucoma lah yang kemudian menjadi penyakit yang didiagnosa sejak ia berusia 5 bulan, di mana kemudian berpengaruh cukup banyak pada penglihatannya. Hingga kemudian ia benar-benar mengalami kebutaan total di usia 12 tahun setelah mengalami kecelakaan pada suatu pertandingan sepak bola.

Sebagai manusia normal, tentu sulit rasanya menerima fakta tersebut. Kehilangan penglihatan yang mana juga berarti kehilangan satu-satunya sarana untuk melihat warna-warni dunia dan keindahan alam semesta. Membatasi ruang gerak dan jarak pandang yang kini diselimuti dengan kegelapan total.

Tak hanya bagi Amos, kondisi ini juga sejatinya membuat kedua orang tuanya yaitu Sandro (Jordi Molla) dan Edi (Luisa Ranieri) harus memiliki cara untuk mengembalikan semangat anaknya agar bisa melampaui segala keterbatasannya. Di samping mereka juga harus bisa berdamai dengan diri sendiri dan menerima kenyataan terkait kondisi yang dialami anaknya.

Namun di tengah keterbatasan yang dialami oleh Amos Bardi muda (Toby Sebastian), dirinya ternyata menyimpan suatu harta karun yang pada akhirnya bisa digali dan dinikmati tak hanya oleh dirinya sendiri namun juga orang lain. Kemampuannya untuk bernyanyi opera dengan suara tenor yang dimilikinya, kelak menjadikan dirinya sebagai salah satu penyanyi fenomenal dan legendaris.

sumber gambar: auccavaran.com
sumber gambar: auccavaran.com
Ditambah dengan tempaan dari sang Maestro (Antonio Banderas) yang mampu mempengaruhi cara pandangnya akan hidup dan talenta yang dimilikinya, maka semakin kuatlah Amos bersikap dan yakin akan jalan hidup yang dipilihnya.

Semangat, ambisi, dan keengganannya untuk menyerah, kelak bisa menjadi inspirasi bagi setiap orang di mana hal tersebut tertangkap dengan apik melalui cerita pada film ini.

Tak Ada Ruang Bagi Keterbatasan

 

sumber gambar: foxx-media.com
sumber gambar: foxx-media.com
Secara teknis sejatinya tak ada yang benar-benar spesial dari The Music of Silence. Ia berjalan sebagaimana film biopik pada umumnya, pun dengan penceritaan satu dimensi saja yaitu dari sudut pandang Andrea Bocelli atau Amos Bardi semata. Ada penceritaan dari sisi ibu dan ayahnya, namun porsinya hanya sebagai pelengkap konflik dan tidak membuka dimensi penceritaan baru.

Bisa dibilang The Music of Silence menawarkan kesederhanaan suatu cerita layaknya cerita sejarah masa lalu atau cerita populer yang sering kita dengar dari orang tua kita. Sederhana, langsung pada tujuan, apa adanya, dan pastinya mudah dimengerti.

Karena tujuan besar dari film ini memang berada pada pesan yang dibawanya melalui karakter Amos Bardi itu sendiri. Bagaimana kehadirannya menjadi interpretasi atas perlawanan terhadap keterbatasan diri. Amos Bardi membuat keterbatasan bahkan yang tersulit sekalipun, nampak tak memiliki lagi ruang di kehidupannya.

Dengan keterbatasan penglihatannya, Amos Bardi nyatanya bisa menempuh jalan kesuksesan yang bahkan orang dengan kesempurnaan fisik sekalipun belum tentu bisa melalui jalan yang sama. Ambisi dan keyakinan Amos mampu membuat setiap orang fokus pada talentanya bukan keterbatasannya.

Bahkan Amos juga mengajarkan kita tentang arti sebuah proses dan kesabaran dalam menghadapi dunia yang keras ini. Karena dengan talenta yang sebegitu luar biasanya sekalipun, bukanlah menjadi jaminan untuk bisa langsung mengecap kesuksesan. Jalan pintas bukanlah jawaban.

sumber gambar: makingcinephiles.com
sumber gambar: makingcinephiles.com
Butuh waktu yang tidak sebentar, bahkan dalam hal ini Amos Bardi baru mendapatkan kesuksesan tersebut di atas usia 30 tahun.

Proses lah yang kelak menempa mental dan cara pandang seseorang terhadap kehidupan. Apakah mau menyerah di tengah jalan atau tetap maju melampaui segala batasan yang menghadangnya.

Sebuah pertanyaan yang sejatinya bisa kita renungkan dalam diri masing-masing. Karena dalam keterbatasan fisik seperti dialami Amos saja ia masih mau berusaha lebih keras mewujudkan impiannya. Bukankah hal tersebut juga bisa kita gunakan untuk melawan segala hal yang membatasi ruang gerak kita seperti kemalasan, kurang percaya diri, dan suka menyerah pada keadaan?

The Music of Silence Baru Permulaan

 

sumber gambar: mola.tv
sumber gambar: mola.tv
Berbicara tentang film inspirasional sejatinya begitu banyak yang bisa kita saksikan. Dan The Music of Silence barulah permulaan dari berbagai film menarik dengan kualitas apik yang bisa kita saksikan melalui layanan yang disediakan Mola TV.

"Loh, memang Mola TV ada filmnya?"

Pertanyaan tersebut mungkin kerap muncul di benak kita. Wajar saja karena selama ini Mola TV memang lebih identik dengan tayangan khasnya berupa pertandingan sepak bola elit Eropa seperti Bundesliga dan Premier League. Juga berbagai hiburan bertema olahraga lainnya semisal Formula E, WWE, hingga Superbike.

Namun sejatinya, Mola TV menawarkan banyak hal menarik termasuk sajian film, serial, tv show, juga dokumenter terbaik yang bisa dinikmati. Tentunya, ini menjadi kabar baik bagi kita para pecinta film.

Layaknya Amos Bardi yang mencoba melampaui segala keterbatasan, Mola TV pun demikian. Tak ada lagi batasan akan tayangan berkualitas yang bisa dirasakan para pencari hiburan digital.

Ada Mola TV Movies yang menyediakan beragam film apik, mulai dari film blockbuster populer ataupun Mola Originals. Mulai dari film inspirasional seperti Million Dollar Baby, The Music Never Stopped, hingga serial dokumenter tentang pesepakbola muda nasional dalam Dream Chaser: Garuda Select, bisa kita nikmati dalam satu genggaman.

Pun tayangan ramah anak juga bisa kita saksikan lewat Mola Kids yang tentunya akan semakin menambah pilihan bagi si kecil dalam memilih tontonan berkualitas dan edukatif selama di rumah.

Menonton Untuk Peduli

 

sumber gambar: Mola.tv
sumber gambar: Mola.tv
The Music of Silence yang eksklusif ditayangkan di Mola TV saat ini sudah bisa disaksikan bersama dengan katalog film lainnya serta channel olahraga favorit kita. Cukup unduh aplikasinya melalui toko aplikasi di ponsel kita dan pilih paket berlangganannya, Mola TV pun siap dinikmati untuk menemani aktivitas kita dimanapun dan kapanpun.

Bahkan di tengah pandemi corona yang saat ini juga turut melanda negeri kita, Mola TV pun memiliki layanan donasi Corona Care. Di mana setiap kita bisa turut berkontribusi dengan cara berlangganan paket Corona Care Mola TV mulai dari Rp 10.000,-.

Di mana nantinya nilai donasi tersebut akan digandakan untuk kemudian disalurkan kepada BNPB & PMI untuk melawan pandemi Covid-19 ini.

Mola TV tentu saja mencoba melampaui batasan yang ada dengan cara memberikan kita pilihan yang mudah dan nyaman dalam kegiatan saling berbagi di tengah pandemi ini.

Jadi, makin tertarik dengan program yang ditawarkan Mola TV bukan? Karena sambil menonton biopik Andrea Bocelli atau menonton lagi Million Dollar Baby di Mola TV Movies, kita sudah turut membantu para petugas medis di lapangan yang berjuang melawan corona.

So, selamat menonton. Tetap sehat, tetap di rumah saja, dan salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun