Akhirnya Parasite versi hitam putih ditayangkan juga di Indonesia sejak hari Minggu lalu, 23 Februari 2020. Parasite pun menjadi film kedua dari sang sutradara Bong Joon-ho yang dirender ke format hitam putih setelah Mother di tahun 2009 silam.
Didistribusikan oleh CBI Pictures untuk ditayangkan di beberapa jaringan bioskop seperti CGV, Cinepolis, FLIX, dan Lotte Cinema, Parasite Black & White (B&W version)Â pun siap menyapa kembali para penggemarnya pasca kesuksesan fenomenalnya di gelaran Academy Awards 2020 yang lalu, dengan harga tiket yang cukup terjangkau yaitu Rp 30.000,-
Cerita ketimpangan kelas sosial yang digambarkan lewat keluarga Mr. Park dan Mr.Kim pun kini bisa disaksikan kembali di layar lebar dengan suasana dan atmosfer yang berbeda tentunya.
Lantas Apa yang Spesial dari Parasite versi B&W?
Sejatinya tak ada yang berbeda antara Parasite B&W version dengan Parasite versi reguler yang sudah ditayangkan tahun lalu bahkan ditayangkan kembali di beberapa bioskop tahun ini. Baik dari jalan cerita maupun konten yang dikenai sensor semuanya masih sama.Â
Review Parasite bisa dibaca disini.
Hanya saja kali ini penonton disajikan tampilan warna monokrom pada film sejak awal, bahkan mulai dari munculnya logo pembuka CJ Entertainment di layar bioskop. Unik.
Seperti diketahui, pemilihan warna hitam putih untuk sebuah film memang masih menarik minat beberapa sineas hingga hari ini. Hal itu dikarenakan tampilan hitam putih yang artistik mampu 'memaksa' penonton untuk fokus pada pendalaman karakter-karakternya mulai dari mimik wajah, emosi, hingga detail dialog yang coba ditampilkannya. Tidak terdistorsi dengan aneka warna yang muncul dari latar tempat, pakaian, ataupun properti pendukung lainnya.
Melalui warna hitam putih, sebuah film akan mampu bertutur lebih jujur dan lebih kuat dalam menyampaikan maknanya. Yang mana hal tersebut juga sudah pernah dibuktikan lewat film-film hitam putih fenomenal semisal Schindler's List(1993), Roma(2018), dan The Lighthouse(2019).
Bahkan film To Kill a Mockingbird yang disutradarai oleh Robert Mulligan di tahun 1962, juga memilih warna hitam putih untuk disajikan kepada penonton. Padahal pada tahun tersebut, penggunaan full color untuk sebuah film sudah jamak dilakukan.Â