Kehilangan seseorang yang sangat dicintai memang terkadang terasa begitu menyakitkan. Namun kehilangan juga sejatinya sering membawa kita kepada banyak hal-hal baru yang belum pernah kita rasakan sebelumnya, asalkan mau untuk membuka diri dan tidak terus-terusan berada dalam kesedihan.
Itulah yang dialami oleh Dr. John Dolittle(Robert Downey Jr.), pasca meninggalnya sang istri, Lily(Kasia Smutniak), pada sebuah kecelakaan kapal 7 tahun silam.
Kehilangan istri yang benar-benar dicintainya lantas membuat sang dokter nyentrik yang bisa berbicara dengan binatang ini larut dalam kesedihan, mengurung diri dari dunia luar, dan tidak mau lagi berhubungan dengan manusia.
Namun semuanya berubah ketika kedamaian yang Dolittle cari di rumahnya sendiri "terusik" oleh kedatangan Lady Rose(Carmel Laniado), yang memintanya untuk datang ke istana dan menyembuhkan Ratu Victoria(Jessie Buckley). Bersamaan dengan kedatangan Tommy(Harry Collett), seorang remaja yang ingin memyembuhkan seekor tupai yang tak sengaja ditembaknya.
Namun ternyata apa yang dihadapi oleh Dolittle tak sesederhana mengobati sang ratu. Ada intrik politik yang menyertainya, di mana hal tersebut lantas berujung pada perjalanan panjang sang dokter dalam mencari pulau yang belum terjamah sebelumnya.
Bersama para binatang kesayangannya, Dolittle pun lantas berpetualang demi menyelamatkan sang ratu. Sembari mencari jawaban atas berbagai pertanyaan besar yang menyelimutinya selama ini.
Petualangan RDJ Bersama Para "Avengers" Barunya
Apalagi film ini juga menjadi film pertama yang dipilih RDJ pasca Avengers: Endgame, yang tentu saja ditujukan sebagai penyegaran atas citra Tony Stark yang kadung melekat selama 11 tahun ini.
Menarik karena pilihan film pertama RDJ pasca Avengers Endgame justru jatuh ke genre petualangan keluarga, bukan film bergenre arthouse atau dengan topik yang lebih berat dan kelam seperti pilihan Mark Ruffallo lewat Dark Watersnya atau Chris Evans dengan Knives Outnya misalnya.
Di sini pun Robert Downey Jr. sejatinya kembali menjadi seorang pemimpin tim. Pemimpin yang berhasil merawat dan melatih para binatang kesayangannya untuk mempunyai skill di atas rata-rata dan membantu banyak orang, layaknya Avengers namun dalam wujud binatang.
Avengers ala Dolittle yang kemudian diisi suaranya oleh deretan superstar Hollywood semisal Rami Malek sebagai Chee-Chee, gorilla yang mempunyai masalah kepercayaan diri dan ketakutan berlebih.
Kemudian duet Yoshi (John Cena) dan Plimpton (Kumail Nanjiani) sebagai beruang kutub dan burung unta yang memiliki love hate relationship yang lucu. Serta Dab-Dab (Octavia Spencer) dan Poly(Emma Thompson) sebagai bebek dan burung kakatua yang menjadi asisten Dolittle paling loyal dan paling cerewet.
Dilengkapi oleh kehadiran Barry(Ralph Fiennes) sebagai harimau antagonis yang menyeramkan namun memiliki masalah hubungan dengan sang ibu yang sangat melankolis.
Melihat sedikit sinopsis, tema besar, dan deretan pemerannya, benar bahwa sejatinya Dolittle adalah sebuah film petualangan yang family friendly. Hadirnya para pengisi suara dari para aktor kelas A di dalamnya tentu sedikit mengingatkan kita akan apa yang dilakukan oleh film keluarga sebelumnya semisal The Jungle Book(2016) dan The Lion King(2019).
Lupakan Dr.Dolittle versi Edhie Murphy yang membawa interpretasi baru sang dokter dalam sebuah film komedi yang jenaka namun nyaris tanpa makna. Di sini, Dolittle kemudian di reboot untuk menjadi film yang membawa semangat literatur klasiknya yang ditulis oleh Hugh Lofting di tahun 1920.
Dolittle lantas membawa berbagai elemen yang dibutuhkan dari sebuah film petualangan ramah anak ke dalam sebuah penceritaan ringan, seru, lucu dan sarat makna, layaknya kita membaca lembar demi lembar buku klasik petualangan anak.
Sembari menambahkan unsur fairytale di dalamnya yang lantas membuat film ini tampak magis dan sarat imajinasi.
Unsur CGI jelas menjadi poin utama film ini karena 80%-an porsi film ini mengandalkan CGI untuk menghidupkan tampilan para binatang yang berbicara serta berbagai latar tempat mulai dari lautan lepas, pulau monteverde yang eksotis, hingga visualisasi pulau tersembunyi yang menjadi tujuan utama sang dokter.Â
Hasilnya cukup memuaskan meskipun tidak bisa dibilang yang terbaik. Sekadar cukup untuk bisa menambah daya gedor penceritaan yang dibutuhkan.
Sebuah usaha yang patut diapresiasi selain perubahan mimiknya kala berbahasa binatang. Di mana hal tersebut juga cukup berhasil me-refresh citra Tony Starknya yang sudah kadung menempel di benak penonton selama ini.
Pujian tentu saja patut disematkan kepada para pengisi suara binatang di film ini. Di mana para aktor cukup berhasil "menyembunyikan" identitas mereka untuk menjadi satu dengan karakter-karakter tersebut melalui suaranya.
Sorotan khususnya ada pada duet John Cena dan Kumail Nanjiani yang mampu menjadi scene stealer film ini berkat adu jokes mereka yang mampu mengocok perut. Ditambah dengan monolog Kevin si tupai(Craig Robinson), yang minim porsinya namun selalu efektif menghadirkan tawa kala muncul pada tiap adegannya.
Menyenangkan Namun Mudah Terlupakan
Sejatinya tak ada yang benar-benar baru dari segi penceritaan si dokter nyentrik yang bisa berbicara dengan binatang ini. Melihat setting waktu, tata kostum dan production design-nya, sedikit mengingatkan kita pada film bernuansa klasik sejenis layaknya Marry Poppins, Alice in Wonderland ataupun Charlie and The Chocolate Factory.
Unsur fairytale ala "sleeping beauty" yang dibawanya pun nampak biasa saja. Sehingga jelas, film ini memang ditujukan untuk audiens anak-anak dan keluarga yang memang ingin menghabiskan waktu dengan menonton film di bioskop bersama-sama.
Hanya saja, jika jokes ini tidak ada rasanya film ini akan benar-benar terasa hambar dan datar karena jalan ceritanya sendiri yang tak terasa spesial ditambah transisi beberapa adegan yang agak kasar.
Dan pada akhirnya, Dolittle memang cukup menyenangkan sebagai film petualangan seru yang membawa banyak atmosfer positif melalui jokes, pesan kehidupan yang disampaikannya, serta visualisasi kaya warna yang menyegarkan mata. Membuatnya menjadi sebuah film yang menyenangkan dan aman untuk dikonsumsi seluruh keluarga.
Meskipun performa RDJ layak diapresiasi, namun nampaknya masih kurang kuat untuk mengangkat kualitas film hasil penyutradaraan Stephen Gaghan ini secara keseluruhan. Bahkan menurut penulis, RDJ factor yang dibawa film ini belum tentu membuatnya serta merta mulus berjalan di tangga box office dunia.
Penutup
Ajak keluarga dan rasakan petualangan baru yang magis bersama Dr.Dolittle dan tertawa bersama para binatang lewat aksi kocak mereka, sembari membawamu ke dalam visualisasi petualangan yang seru dan menyenangkan.Â
Selamat menonton. Salam Kompasiana.
Skor: 7/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H