"Karena kita sudah terlalu banyak mengambil dari laut. Kini laut ingin mengambilnya kembali dari kita. Seharusnya kita tidak disini"
Laut memang menyimpan banyak kekayaan alam yang sejatinya sangat melimpah bahkan memiliki berbagai kemungkinan yang mengundang eksplorasi baru hari demi hari. Namun laut yang terlihat indah di permukaan sejatinya juga menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini.Â
Apalagi pada laut dalam seperti palung Mariana yang kedalamannya sangat mustahil untuk dieksplorasi manusia tanpa bantuan alat dan teknologi pendukung lainnya.
Fantasi manusia terkait misteri di dalam palung Mariana itulah yang lantas sering diangkat ke berbagai film fiksi ilmiah, di mana kemudian tak jarang yang menginterpretasikan misteri laut dalam tersebut ke dalam bentuk monster laut yang mengerikan.Â
Underwater yang saat ini sedang tayang di bioskop, lantas hadir untuk memberikan cerita baru tentang misteri laut dalam di sekitar Palung Mariana tersebut. Sembari sedikit memberikan sentilan terkait keserakahan manusia pada alam di berbagai dialognya.
Bermodalkan nama-nama besar di dalamnya, Underwater lantas menyajikan film horor sci-fi layaknya Aliens, namun dengan latar bawah laut yang gelap, dingin dan tentu saja mencekam.
Sekaligus memberikan informasi terkait Tian Industries yang melakukan pengeboran bawah laut hingga Palung Mariana dengan cukup ambisius namun juga nampak tidak peduli pada kondisi lingkungan di sekitarnya.
Tak berapa lama kita pun kemudian diperkenalkan kepada Norah(Kristen Stewart), seorang teknisi di instalasi bawah laut milik Tian Industries, yang seketika mendapati dirinya berada dalam bahaya terkait kebocoran dan ledakan di dalam laboratorium yang berada di Palung Mariana tersebut.Â
Bertemu dengan penyintas lainnya, Rodrigo(Mamoudou Athie), Norah lantas mengetahui bahwa masih ada rekan-rekannya yang tersisa pasca ledakan tersebut.
Sambil mencari jalan keluar, sedikit demi sedikit kepingan puzzle terkait ledakan dan bencana mematikan itu pun terkuak. Bahawasanya ada sesuatu yang di luar nalar mereka muncul di laut dalam tersebut.Â
Sesuatu yang besar, kuat dan tentu saja membahayakan, hingga memaksa Norah dan lainnya berpacu melawan waktu, oksigen, juga kewarasan sebelum semuanya terlambat.
Layaknya kegelapan di laut dalam yang begitu pekat dan dipenuhi ruang sempit serta minim oksigen yang membuat kita sulit bernapas, film ini pun lantas mencoba membuat sensasi yang sama agar bisa dirasakan langsung oleh penonton di studio bioskop. Hasilnya pun cukup sukses.
William Eubank mampu meracik ketegangan yang dibutuhkan dalam dinamika teror yang meningkat secara bertahap di sepanjang film. Menjadikan terornya tampil tidak repetitif sekaligus mampu membuat kita menunggu kejutan apa lagi yang akan segera disajikan di hadapan kita.
Di mana mereka merasa tertekan, takut dan trauma pasca serangan bertubi-tubi yang mereka alami tanpa tahu dengan jelas darimana asalnya.
Tidak terasa spesial memang, apalagi akting Stewart yang terkesan biasa saja. Padahal chemistrynya dengan Vincent Cassel masih bisa dibangun lebih dalam lagi layaknya Clooney dan Bullock di film Gravity. Jadi hanya sekadar cukup untuk mendukung suasana mencekam yang dibangun di sepanjang film.
Namun untuk chemistry antara karakter milik Jessica Henwick dan John Gallager sayangnya tidak cukup meyakinkan kita bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih. Karena keduanya nampak biasa saja dalam menunjukkan gestur tubuh layaknya sepasang kekasih yang saling menjaga.
Sorotan pada film ini tentu saja ada pada sinematografi garapan Bojan Bazelli(Lone Ranger, 6 Underground), yang mampu memberikan visual stylish di sela-sela adegan penuh terornya.Â
Tak hanya mampu memberikan shoot dramatis di beberapa adegan tunggal Kristen Stewart, Bazelli juga lantas memberikan efek slow motion yang cukup indah dan on point pada beberapa adegan aksi dengan efek ledakan dramatis.
Sementara pujian lainnya penulis sematkan untuk departement sound film ini. Yang baik dari sisi sound design, sound editing maupun sound effect yang dihasilkannya nampak begitu detail dan atmospheric. Sehingga cukup memanjakan telinga apalagi jika ditonton pada studio bioskop dengan instalasi sound Dolby Atmos.
Underwater memang cukup sukses menghadirkan sajian film survival dan horror sci-fi yang menghibur sekaligus menegangkan bagi anda para pecinta film adrenalin tinggi. Tidak sulit mengikuti film ini karena film ini pun berjalan lurus tanpa ada 'gangguan' sub plot yang menyertainya.
Dan meskipun ending film ini nampak benar-benar mengakhiri cerita secara keseluruhan, namun tak bisa dipungkiri bahwa film ini juga berhasil menancapkan pondasi yang memungkinkannya untuk dikembangkan lebih luas lagi pada sekuelnya kelak. Dengan catatan bahwa film ini sukses di pasaran tentu saja.
Terkait sisi visual dan sound film ini yang digarap dengan cukup baik, lantas membuat Underwater memang wajib dinikmati di studio bioskop. Karena pengalaman sinematik yang cukup wah tersebut pasti akan terasa berbeda apabila kelak disaksikan pada layar televisi ataupun gawai kita.
Tentu saja jika film tersebut sudah muncul di platform streaming legal ataupun keping DVD fisik nantinya.
Jadi, tertarik merasakan sensasi teror ala Underwater di akhir pekan ini?
Skor: 7,5/10
Selamat menonton. Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H