Sambil mencari jalan keluar, sedikit demi sedikit kepingan puzzle terkait ledakan dan bencana mematikan itu pun terkuak. Bahawasanya ada sesuatu yang di luar nalar mereka muncul di laut dalam tersebut.Â
Sesuatu yang besar, kuat dan tentu saja membahayakan, hingga memaksa Norah dan lainnya berpacu melawan waktu, oksigen, juga kewarasan sebelum semuanya terlambat.
Layaknya kegelapan di laut dalam yang begitu pekat dan dipenuhi ruang sempit serta minim oksigen yang membuat kita sulit bernapas, film ini pun lantas mencoba membuat sensasi yang sama agar bisa dirasakan langsung oleh penonton di studio bioskop. Hasilnya pun cukup sukses.
William Eubank mampu meracik ketegangan yang dibutuhkan dalam dinamika teror yang meningkat secara bertahap di sepanjang film. Menjadikan terornya tampil tidak repetitif sekaligus mampu membuat kita menunggu kejutan apa lagi yang akan segera disajikan di hadapan kita.
Di mana mereka merasa tertekan, takut dan trauma pasca serangan bertubi-tubi yang mereka alami tanpa tahu dengan jelas darimana asalnya.
Tidak terasa spesial memang, apalagi akting Stewart yang terkesan biasa saja. Padahal chemistrynya dengan Vincent Cassel masih bisa dibangun lebih dalam lagi layaknya Clooney dan Bullock di film Gravity. Jadi hanya sekadar cukup untuk mendukung suasana mencekam yang dibangun di sepanjang film.
Namun untuk chemistry antara karakter milik Jessica Henwick dan John Gallager sayangnya tidak cukup meyakinkan kita bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih. Karena keduanya nampak biasa saja dalam menunjukkan gestur tubuh layaknya sepasang kekasih yang saling menjaga.