Kerja samanya bersama pejabat pemerintahan Jeon Yoo-kyung (Jeon Hye-jin) jugalah yang pada akhirnya menghasilkan misi yang kemudian dijalani oleh Jo In-chang dan Lee Joon-Pyeong yang sudah dibahas sebelumnya.
Dari sudut pandang ini, penonton kemudian disuguhi berbagai intrik politik pada saat bencana terjadi secara lebih dekat. Bagaimana Korea Utara yang 'runtuh' tetap tidak mau bekerja sama dengan Korea Selatan dalam menyelesaikan masalah ini.
Keadaan tersebut semakin dipersulit oleh kehadiran Amerika Serikat sebagai sekutu Korea Selatan yang bukannya mendahului kepentingan masyarakat Korsel namun justru mendahului kepentingan AS dan warganya yang terjebak di sana.
Duet Ma Dong-seok dan Jeon Hye-jin lantas cukup menarik untuk disimak. Bagaimana Ma Dong-seok yang tak menggunakan ototnya dalam film ini, mampu tampil sebagai ilmuwan yang konyol, namun di sisi lain juga tampil karismatik.Â
Berpadu apik dengan Jeon Hye-jin yang tampil cool sekaligus menampilkan sosok wanita yang berani mengambil keputusan dengan segala risiko yang menyertainya.
Pada sudut pandang ini juga lantas menangkap suasana chaos di masyarakat terkait bobroknya birokrasi pada saat evakuasi dan bagaimana konflik kepentingan di atas turut mempengaruhi proses evakuasi tersebut.
Pada fase ini juga turut menyentil bagaimana beberapa orang Korea Selatan (bahkan mungkin di seluruh dunia), kerap tidak mengakui kewarganegaraan mereka sendiri dan lebih memilih menjadi warga asing demi kelancaran dan kemudahan fasilitas bagi dirinya sendiri.
Sebuah sentilan kecil yang cukup efektif dan tidak terasa berlebihan yang mampu menyadarkan kita tentang arti nasionalisme dan patriotisme yang sebenarnya.