"Dunia itu berputar bukan hanya untuk kamu. Jadi, jangan egois"- NKCTHI
Setiap keluarga pasti memiliki cara masing-masing untuk saling menyampaikan rasa kasih sayangnya. Namun setiap keluarga juga memiliki rahasia, persis seperti apa yang menjadi tagline pada poster film ini.
Semua cara tersebut tak lain dilakukan demi terciptanya kedamaian dan kebahagiaan dalam keluarga. Meskipun mungkin beberapa di antaranya mengharuskan kebenaran harus tertutupi agar kebahagiaan tersebut bisa hadir di tengah-tengahnya.
Nanti Kita Cerita Tentang Hari atau NKCTHI lantas mencoba menangkap fenomena konflik batin nan emosional dalam keluarga tersebut pada sebuah medium gambar bergerak yang mempesona sekaligus memiliki makna yang dalam dan terasa personal.
Visinema dan Angga Dwimas Sasongko lantas memberikan para penonton sebuah sajian bergizi di awal tahun sekaligus film pembuka tahun yang begitu indah, sederhana namun juga sarat makna.
Film ini diangkat dari graphic book best seller karya Marchella FP. Di mana sebelum berbentuk sebuah buku, NKCTHI sudah lebih dulu aktif di Instagram dengan membagikan banyak quotes inspiratifnya sekaligus menghidupkan diskusi harian kepada para followers-nya.
Menjadikan konflik dalam keluarga sebagai basis utama penceritaan tentu saja berpotensi menghadirkan kebosanan dalam penceritaannya. Apalagi jika keluarga yang ditampilkan adalah gambaran keluarga baik-baik saja, relate dengan kondisi keseharian dan memiliki konflik inti yang sejatinya cukup 'tricky' apabila didramatisasi.
Walaupun digambarkan berada pada kalangan menengah atas, namun keluarga Narendra digambarkan layaknya keluarga kita masing-masing dengan segala lika-liku dan naik turunnya kehidupan keluarga. Lengkap dengan problematika mengenai visi orangtua yang kadang berseberangan dengan keinginan anak.
Anak bontot yang merasa kebebasannya dikekang, anak tengah yang merasa kurang disayang, juga anak pertama yang merasa diberikan beban hidup yang terlalu berat, menjadi contoh bagaimana problem antar saudara kandung menjadi salah satu penggerak utama film ini.Â
Di samping sebuah rahasia yang dijaga selama puluhan tahun demi terciptanya kebahagiaan yang mampu menutup kesedihan yang sebenarnya dialami keluarga Narendra, kelak menjadi semacam 'bom waktu' yang menjadi klimaks cerita film ini.
Di sini, dengan piawainya Angga Sasongko meracik film yang skenario dan skripnya hasil kolaborasi antara Jenny Jusuf, Mohammad Irfan Ramly dan Melarissa Sjarief menjadi sebuah sajian hangat yang terasa masuk ke dalam hati.
Kolaborasi mereka mampu menghasilkan setiap adegan dan dialog menjadi pesan-pesan kehidupan yang tersampaikan dengan baik di dalam dinamika konflik yang terus berkembang secara natural.
Ya, persis layaknya kita berdiskusi soal masalah dan solusi atas suatu problematika bersama sahabat. Hangat, terasa personal dan tak terasa menghakimi.
Film ini juga semakin diperkuat dengan tampilan visual yang mampu memberikan atmosfer hangat di sepanjang film. Khususnya untuk momen-momen yang mampu menangkap landscape kota Jakarta dari mulai gang sempit namun menggugah jenis jajanannya di daerah Glodok dan sekitarnya, sampai wajah Jakarta baru melalui MRT dan gedung-gedung tingginya.
Ditambah dengan deretan soundtrack yang eargasm mulai dari Rehat-nya Kunto Aji, Untuk Hati yang Terluka (Isyana Sarasvati), I Want To Rock N Roll yang upbeat dan distortif dari Arah, hingga lagu dari Ardhito Pramono yang menjadi soundtrack utama film ini berjudul Fine Today.
Semua lagu tersebut nampak pas penempatannya dan tentu saja mampu memberikan tambahan daya gedor pada momen-momen emosional di film ini. Ya, terasa hangat, kuat dan magis di saat bersamaan.
Bahkan baik Narendra muda (Oka Antara), Ajeng muda (Niken Anjani) beserta para pemeran Angkasa, Aurora dan Awan yang ditampilkan dalam 2 fase usia anak-anak pun mampu menambah nuansa lain namun tetap dalam 1 benang merah penceritaan.
Dengan begitu, meskipun diperankan oleh orang yang berbeda, namun koneksi antar karakter yang dibangun dengan baik tersebut masih memberikan kita rasa percaya terkait perkembangan karakter-karakter yang terasa sangat natural.
Keduanya memang tidak muncul setiap saat, namun ketika keduanya muncul dalam satu adegan tertentu, kualitas akting keduanya mampu mengalihkan perhatian. Apalagi Ardhito yang tergolong pemain baru di film ini.
Jika Sheila mampu mencuri perhatian dengan karakter Aurora dan segala problem anak tengahnya yang complicated, maka Ardhito sebagai Kale muncul untuk memberikan warna bagi kehidupan Awan yang terasa diselimuti kabut tebal.Â
Keduanya tak hanya mampu memberikan tambahan emosi yang dibutuhkan, namun juga berhasil menghidupkan kata-kata bijak nan legendaris dalam buku NKCTHI menjadi sesuatu yang hidup dan believable.
Namun hal tersebut nyatanya tak terlalu mempengaruhi hasil akhir film ini yang memang terasa manis, penuh aura positif dan terasa hangat sekaligus personal bagi sebagian orang.
Seperti ilustrasi pesawat kertas berisi pesan yang dibawanya, NKCTHI memang nyatanya sukses menjadi surat cinta untuk keluarga yang mendarat dengan sempurna pada landasan hati tiap-tiap penontonnya.
NKCTHIÂ memang mengizinkan kita untuk berada pada sudut pandang anak dan bagaimana cara anak memandang berbagai hal yang dilakukan orangtuanya. Kita pun diizinkan untuk ikut kesal, marah, ataupun gemas atas setiap tindakan dan keputusan yang terjadi pada sang anak.
Namun dengan adilnya film ini juga memberikan kita sudut pandang sang orangtua yang membuat cerita film ini menjadi seimbang dalam memberikan pesan tentang cinta dalam keluarga secara lengkap.
Sembari tetap memberikan pesan kuat bahwa kebahagiaan memang pantas dicari, diraih dan dipertahankan. Namun bukan berarti lantas mengharuskan kesedihan pergi begitu saja dengan bermodalkan rahasia besar yang ditutup rapat.
Karena sejauh apapun kita melangkah, luka, kesedihan dan air mata yang coba kita tutupi pada akhirnya akan terbuka juga.
Kini tinggal bagaimana kita mencoba berdamai dengan sisi pahit dan gelap di masa lalu untuk kemudian menjadi batu pijakan untuk hidup baru yang lebih baik. Bukan justru ditutup pada tanah yang suatu saat bisa runtuh dan justru membukakan kita pada kemungkinan-kemungkinan lain yang jauh lebih dalam, gelap dan menyakitkan.
Apakah film ini lantas akan mengungguli Keluarga Cemara sebagai film produksi Visinema tersukses dari segi jumlah penonton? Tentu harus dilihat kembali perjalanannya.
Dan yang belum sempat menonton di minggu ini, mungkin bisa menyaksikan dulu 3 episode miniseriesnya yang bisa ditonton gratis di Youtube. Lumayan, memberikan sisi lain penceritaan sekaligus sebagai pemanasan sebelum menyaksikan versi fullnya di bioskop.
Saya pribadi memberikan nilai 8,5/10 untuk film ini.
So, selamat menonton. Selamat berakhir pekan. Nikmati hari ini apapun keadaan yang harus dihadapi. Karena nanti, kita akan bercerita tentang serunya hari ini.
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H