Memang, peran John Williams sudah mulai bisa tergantikan dengan kehadiran Michael Giacchino yang mengkomposisi scoring untuk Rogue One: A Star Wars Story dan John Powell untuk film Solo: A Star Wars Story. Keduanya yang masih dalam supervisi John Williams, memang nampaknya diuji coba untuk bisa mempertahankan warna dan rasa John Williams jika suatu saat dirinya benar-benar keluar dari opera sabun perang bintang tersebut.
John Williams memberikan contoh bahwa ketika musik dibuat dengan hati maka hasilnya pun akan terasa sampai ke hati para pendengarnya. Bonusnya, musik tersebut akan terasa personal dan tidak tergerus oleh perkembangan zaman.
Star Wars memang menjadi titik balik karir John Williams. Namun warisan besarnya tak berhenti sampai di situ. Warisan yang menunjukkan kepada kita bahwa musik latar pada film, sesederhana apapun itu, ketika komposisinya unik dan mudah diingat maka akan menjadi semacam nadi yang mengalirkan memori, pengalaman sinematik dan perjalanan spiritual penonton terhadap suatu film.
Di mana menghasilkan musik ikonik yang tak lekang oleh waktu sudah mulai sulit diwujudkan pada era sekarang. Era di mana menciptakan musik eksperimental jauh lebih menggairahkan dibanding menciptakan musik yang 'mudah dikenal'.
Penulis tentu punya kandidat selain John Powell dan Micahel Giacchino, yang tentunya berdasarkan opini pribadi. Yaitu ada Justin Hurwitz(First Man, La La Land, Whiplash), Max Richter(Ad Astra, Shutter Island), Johann Johannson(Arrival, Sicario) dan Danny Elfman(Batman, Charlie & Chocolate Factory).
Namun untuk saat ini, biarlah kita menikmati karya terakhir John Williams dalam saga Star Wars lewat The Rise of Skywalker. Karya pada saga film yang konon akan berakhir, namun petualangan dan energinya tidak akan pernah berakhir sampai kapanpun.Â
Sejalan dengan pondasi yang dibangun Williams untuk kelanjutan Star Wars yang nampak tak ada batasannya.
Terima kasih John Williams atas kejeniusan dan warisan magismu untuk dunia.Â
May the force be with you.Â