Ah, rasanya saya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi di Kompasianival 2019 lalu. Seru, guyub namun juga mengejutkan terkait apa yang saya dapatkan di malam itu.
Kompasianival yang memang dirancang untuk memfasilitasi ajang kopi darat para kompasianer(sebutan untuk penulis di kompasiana), lantas menjadi ajang saling sapa yang guyub, hangat dan menyenangkan. Banyak dari Kompasianer yang belum pernah saya temui sebelumnya lantas bisa saling menyapa di malam minggu kemarin.
Kompasianer seperti Mas Ikrom, mas Yos Mo, Bu Leya, Pak Himam, Yose, hingga pak Ajinatha(mohon maaf apabila ada yang lupa saya sebut), menjadi contoh beberapa kompasianer yang akhirnya bisa saya temui dan saling bertegur sapa secara langsung. Bukan hanya sekadar meninggalkan jejak di tab nilai atau kolom komentar tulisan di Kompasiana.
Tahun ini juga menjadi tahun yang cukup mengasyikkan karena komunitas KOMIK yang saya ikuti turut membuka stand di kompasianival. Selain bisa menjadi ajang kumpul antar anggota KOMIK yang cukup guyub, di stand tersebut juga kami bisa bermain games dengan para pengunjung stand, yang tentunya seru dan berhadiah.
Tahun ini juga menjadi kali ke-4 saya mengikuti Kompasianival setelah terakhir kali mengikutinya di tahun 2012 & 2013. Hingga kemudian saya hibernasi dari Kompasiana dan memulai kembali aktivitas menulis di tahun 2017, Kompasianival 2018 dan Kompasianival 2019 lah yang kemudian menjadi 2 Kompasianival tambahan yang saya ikuti.
Di tahun lalu, kebetulan saya juga juga turut dinominasikan pada kategori best specific interest kompasiana awards 2018, yang kemudian kategori tersebut dimenangkan oleh Pak Dokter Posma. Saya tahu bahwa mendapatkan piala untuk kategori tersebut cukup berat, maka masuknya nama saya di deretan nominator itu saja sudah sangat amat membuat saya bahagia.
Hingga kejutan itu kembali hadir di 2019, kala nama saya kembali masuk ke dalam daftar nominator untuk kategori yang sama seperti yang saya dapatkan tahun lalu yaitu best in specific interest(cerita nominasi bisa dibaca disini). Rasa senang tentu saja ada, meskipun saya juga tahu peluang saya mendapatkan piala masih berat lantaran saya dikelilingi para nominator senior yang tulisannya jelas sangat berkualitas.
Ada ibu Muthiah Alhasany, bu Anies Hidayati, mas Agung Han dan mas Adica Wirawan.
Saya ingat, jauh sebelum malam nominasi tiba dan proses voting masih berjalan, saya kerap diskusi dengan istri mengenai perlu tidaknya saya share permintaan dukungan vote kepada teman-teman kompasianer dan teman-teman media sosial. Istri mendukung untuk share, tapi saya yang justru tidak pede, heuheu.
Bukan apa-apa, saya memang tipikal orang yang tidak pede-an bahkan cenderung tidak enak untuk meminta dukungan. Meskipun hal itu sangat sah dan tidak ada yang salah. Ya sayanya saja yang bermasalah, heuehueheu.
Maka dengan woro-woro minta dukungan yang baru saya lakukan di H-2 penutupan voting, saya pun lantas mencoba lapang dada terkait apapun hasilnya kelak. Saya cuma minta 2 hal kepada Tuhan pada doa saya.
Kalau memang saya diizinkan menang, saya minta agar saya tetap bisa rendah hati. Kalaupun tidak menang, saya juga minta untuk diberikan kelapangan hati agar bisa menerima hasil, tidak baper dan tentu saja diingatkan terkait "kasih mula-mula" saya kala memutuskan untuk menulis total di Kompasiana pertama kalinya.Â
Memang pertama kali nulis ngejar piala? Ndak, kan? Begitu kira-kira.
Maka ketika deretan acara Kompasianival 2019 telah berjalan dan tiba saatnya pengumuman pemenang para nominator, saya pun menyambutnya dengan santai. Apalagi sebelumnya juga sudah dapat lucky draw yang belakangan diketahui berhadiah kompor listrik mini. Lumayan buat hiburan, haha.
Saya pun lantas berteriak reflek tidak percaya, diselimuti tepukan dari para kompasianer dan tentu saja ucapan selamat dari kompasianer yang juga ada di sekitar saya seperti contohnya mas Adica, mba Yayat, mas Deny Oey, Mba Linda, Mas Valka, pak Sutiono dan rekan-rekan komik lainnya.
Saya pun lantas naik ke panggung diselimuti rasa tidak percaya. Hingga akhirnya menerima piala dan berfoto sejenak bak penerima Oscar (mengutip kata-kata pak Hadi Santoso), saya pun lantas tak henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan. Terima kasih Tuhan Yesus, sebut saya dalam hati.
Ya, ajang Kompasianival dan piala/piagam penghargaan Kompasiana Awards dari Kompasiana, seakan menjadi kado akhir tahun yang indah dan mengejutkan bagi saya pribadi. Sebuah pencapaian yang sebelumnya tak pernah saya bayangkan.
Ucapan terima kasih juga untuk istri tercinta yang rela 'ditinggal' sejam dua jam ketika inspirasi nulis film datang tiba-tiba. Tanpa dukungannya, mungkin saya tidak akan bisa menulis serajin sekarang, heuheu.
Sekali lagi, terima kasih Kompasiana. Selamat juga untuk para Kompasianer lain yang juga mendapatkan penghargaan. Mas Agung Han sebagai Kompasianer of The Year, Bu Leya penerima Best Opinion dan People Choices, Mas Pringadi di Best Fiction dan Arako di Best Citizen Journalism.
Ya, saya rasa itu saja yang bisa saya tulis. Saya sudahi sampai disini dan akan saya tambahkan di lain waktu. Karena saya harus segera memenuhi taruhan saya dengan mas Andrie Mastiyanto lantaran dia memprediksi saya mendapatkan award, sementara saya sendiri berkeyakinan sebaliknya. Yasudah, nasi padang pun siap disantap dalam waktu dekat, heuheuheu.
Semangat terus teman-teman Kompasianer. Ramaikan terus Kompasiana dengan konten terunik dan terbaik kalian.
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H