Karena tak bisa dipungkiri, sejak pertama kali proyek ini diumumkan lengkap dengan deretan cast dan logo awal yang begitu memorable, Justice League memang ditunggu-tunggu sebagai bagian dari saga Snyder.Â
Tak perlulah melihat hasil Rotten Tomatoes yang tak pernah "ramah" dengan film-film Snyder, DCEU memang sudah memiliki penikmatnya tersendiri tak peduli bagaimana hasil kritikan terhadap film-filmnya.
That's what the whole movement is about. It's not about finishing the film, it's about showing the fans of Zack's universe established in MoS and BvS the more accurate representation of where the story was supposed to go.-Jay Olivia (Cinemablend.com)
Maka ketika proses reshoot dilakukan Joss Whedon yang memakan banyak korban berupa potongan adegan, para fans pun merasa tidak terima. Karena mereka seperti mendapatkan film yang bukan menjadi keinginan mereka.
Jika dianalogikan kurang lebih sama seperti ketika kita memesan nasi goreng babat tapi justru diberikan nasi goreng ikan asin. Tak peduli mana yang ternyata memiliki rasa lebih enak, makanan yang datang sesuai pesanan kitalah yang tentunya paling ditunggu.
Karena seperti yang diucapkan oleh storyboard artist film ini, Jay Olivia, penonton tak akan peduli terhadap editing film yang masih mentah dan belum selesai.Â
Penonton khususnya fans, hanya ingin penceritaan akurat yang ada di pikiran Snyder. Sebelum kemudian dipotong dengan brutal dan menggiring film ini ke dalam narasi yang sangat berbeda.
Sejarah yang Berulang
Pada dasarnya kejadian seperti ini mengingatkan kita pada film Superman II yang diperankan oleh mendiang Christopher Reeve di tahun 1980 silam. Sebuah sekuel yang menjadi lanjutan atas kesuksesan film Superman di tahun 1978.
Seperti diketahui, fim ini pada awalnya disutradarai oleh Richard Donner, yang lantas di pertengahan syuting tahun 1977, dirinya kemudian digantikan oleh Richard Lester.Â