Ratu Ilmu Hitam sendiri cukup solid dalam menghadirkan ragam teror brutal dan menyeramkan yang hadir dalam bentuk teluh dan santet. Kimo Stamboel yang memang piawai dalam menghadirkan adegan berdarah-darah, seakan mampu mentranslasikan kengerian demi kengerian tersebut ke dalam visual apik yang membuat kita bergidik ngeri, dan tentu saja membuat kita merasa mual.
Ratu Ilmu Hitam tidaklah mengumbar jumpscare layaknya film horor lainnya. Seperti Perempuan Tanah Jahanam, film ini memang memaksimalkan teror yang dibangun secara atmospheric untuk kemudian melengkapinya dengan efek gore yang membuat ngilu.
Kulit yang terkelupas, bibir yang 'terjahit' oleh stapler gun, hingga munculnya lubang-lubang mirip sarang lebah di belakang punggung, tentu menjadi sedikit contoh dari ragam teror berdarah yang dihadirkan dalam film ini. Dan semua hal tersebut tampil dalam balutan special effect bahkan CGI yang sangat memuaskan.
Ya, penggunaan CGI dalam film ini sejatinya cukup banyak namun benar-benar tampil sangat halus. Entah digunakan untuk menimbulkan efek santet ataupun memunculkan berbagai serangga yang mencoba masuk ke dalam tubuh korban, deretan CGI tersebut jelas mampu membuat kita percaya bahwa teror yang membuat kita ngilu tersebut benar-benar terjadi.
Scoring garapan Fajar Yuskemal dan Yudhi Arfani juga berhasil menambah nuansa ngeri dan tidak nyaman yang dihadirkan sedari awal. Bahkan di beberapa komposisinya, nuansa scoring pada film versi 1981-nya tetap dibawa sehingga makin memunculkan rasa ngeri yang maksimal.
Siapa mereka, untuk apa mereka datang ke tempat tersebut dan misteri apa yang disembunyikan disana, menjadi pertanyaan-pertanyaan yang diletakkan cukup rapi sebagai pondasi atas jawaban yang kelak akan muncul di babak-babak selanjutnya. Di mana pada 45 menit akhir film menjadi menit-menit teror tanpa henti yang menyesakkan dada.
Kebodohan-kebodohan khas film horor tetap ada dan memang harus ada. Hanya saja, disini semuanya tampil secara natural sehingga membuat kita percaya bahwa mereka benar-benar mengalami teror semalam suntuk.
Memang tidak semuanya memiliki peran dan runtime yang dominan. Namun mereka nampak berhasil menutupi kekurangan satu sama lain sehingga mampu memberikan penampilan yang kokoh layaknya sebuah tim olah raga yang solid.