Secara sinematografi ataupun scoring memang tidak ada yang spesial pada serial ini.Â
Namun dalam hal penggambaran suasana dan situasi yang dialami pasca tragedi dan kilas balik yang menggambarkan kejadian pemerkosaan dengan cukup eksplisit, serial ini mampu menginterpretasikannya dengan sangat meyakinkan.
Sosok detektif Grace Rasmussen dan Karen Duvall di serial ini memang menjadi semacam simbol woman empowerment.Â
Kegigihannya dalam menyelesaikan kasus yang cukup sulit di lingkungan yang mana sangat kuat sistem patriarkinya serta rumit birokrasinya, jelas mampu menjadi inspirasi tentang bagaimana seharusnya wanita bersuara dan bergerak.
Namun jangan lupa, sosok Marie Adler dan wanita korban perkosaan lainnya pun juga menjadi contoh bagaimana wanita masih kerap menjadi objek acak pemerkosaan.Â
Mereka menjadi bukti konkret bahwa penampilan atau pakaian yang digunakan bukanlah jaminan keselamatan mereka. Karena wanita tua yang sudah cocok dipanggil nenek pun nyatanya menjadi salah satu korbannya.
When they're bigger than you, you can't win.---Â Marie Adler (Kaitlyn Dever)
Pun mereka menjadi gambaran konkret bagaimana hingga saat ini mereka kerap kesulitan untuk melawan superioritas sebuah sistem -dalam hal ini dikuasai laki-laki- yang berujung pada ketidakmampuan mereka menyuarakan kebenaran dan memperoleh keadilan.
Namun yang terpenting serial ini mampu menyampaikan pesan yang cukup kuat terkait bagaimana kepedulian kita pada korban, sekecil apapun itu, mampu menyelamatkan mereka dari kehancuran.Â