Joker yang masih segar tersaji di etalase bioskop nasional bahkan internasional, menjadi fenomena global di bulan Oktober ini. Bukan hanya karena filmnya yang memang dikemas dalam kualitas sinematik diatas rata-rata, namun juga terkait berbagai kontroversi yang terkandung di dalamnya. Â Mulai dari isu mental illness hingga dianggap mengeksploitasi unsur kekerasan yang maksimal, menjadi beberapa poin yang paling banyak disorot dari film ini.
Namun tak hanya itu saja, Joker pun sukses memecahkan berbagai rekor di industri Hollywood yang semakin mengokohkan film ini di posisi puncak box office Hollywood bahkan dunia di bulan Oktober ini. Bahkan banyak pihak yang memproyeksikan bahwa film ini akan memperoleh pendapatan akhir dinsekitar angka 1 Milyar USD untuk total penayangan di seluruh dunia.
Dilansir dari boxofficemojo.com, film ini memecahkan rekor opening weekend bulan Oktober yang sebelumnya dipegang oleh Venom dan merangsek ke posisi 4 sepanjang masa untuk pendapatan opening weekend film ber-rating R. Dimana posisinya persis ada di bawah duo Deadpool dan IT.
Di Indonesia sendiri, film ini pun memberikan performa yang maksimal. Dilansir dari aplikasi cinepoint dan cuitan twitter @bicaraboxoffice, Joker bahkan menjadi film yang paling banyak dirating di Cinepoint, mendapatkan akumulasi skor 9 dan menyentuh angka 3,5 juta penonton di 2 minggu penayangannya.
Namun sebelum Joker benar-benar mencapai momentumnya tahun ini, sejatinya ada jalan panjang yang mengiringi evolusi tokoh yang menjadi antitesis kota Gotham dan juga si Ksatria Kegelapan tersebut. 79 tahun sejak kemunculan pertamanya di Batman #1 atau setahun setelah debut Batman di tahun 1939, Joker pun kemudian ditahbiskan sebagai salah satu tokoh villain paling berpengaruh di industri komik superhero dan menempatkannya di posisi 2 atau tepat di belakang Magneto, sesuai versi IGN.com.
Namun benang merah yang menyatukannya tentu saja adalah statusnya sebagai "the prince of crime". Lantas seperti apa evolusinya di industri film Hollywood hingga kita mengenalnya seperti apa yang ditampilkan Joaquin Phoenix saat ini?
1.Joker versi Batman (1966-1968)
Bisa ditonton di:Â Itunes, Google Play Movies
Dikenal sebagai Latin Joker yang bahkan lebih memilih ikut mengecat kumis legendarisnya alih-alih mencukurnya demi peran ini, Cesar Romero lantas berhasil menginterpretasikan sosok Joker klasik khas komik. Tidak seperti Joker era modern yang dimulai sejak Alan Moore membuat cerita standalone berjudul Batman: The Killing Joke, Joker versi Cesar Romero adalah seorang prankster sejati di tengah statusnya sebagai badut kriminal paling berbahaya.
Ia tidak memiliki backstory, pun lebih menonjolkan sisi komediannya dibanding unsur melodramanya. Sebagai contoh, salah satu episode yang menampilkan dirinya kabur dari penjara Gotham pun ditampilkan begitu cerdik dan jenaka layaknya komik.Â
Ya, Joker versi Romero cukup sukses menampilkan Joker versi komik yang kita kenal. Jahat, cerdik, namun di satu sisi juga kerap menampilkan komedi gelap kala berhadapan dengan sang caped crusader.
2.Joker Versi Batman Tim Burton(1989)
Bisa ditonton di: Itunes, Google Play Movies, Netflix, Hooq
Pemilihan aktor kawakan Jack Nicholson sebagai Joker pada film Batman garapan Tim Burton tahun 1989 tentu tak mendapatkan "penolakan" layaknya lawan mainnya, Michael Keaton sebagai Batman. Jack Nicholson yang berperan sebagai Joker dan alter egonya bernama Jack Napier, lantas memadukan unsur kriminal berdarah dingin khas Joker dan psycho seperti yang ditampilkannya pada The Shinning.
Disini Jack Napier juga diceritakan menjadi pembunuh orang tua Bruce Wayne yaitu Martha dan Thomas Wayne. Konflik pun semakin seru kala dirinya semakin membenci Batman pasca tercebur ke cairan berbahaya yang kemudian merusak wajahnya.
Menggunakan warna setelan khas komiknya, Joker pun lantas muncul dibalik diri Jack Napier dan seketika menjadi sumber konflik utama di kota Gotham yang mesti diberantas sang ksatria kegelapan. Jack Nicholson pun sukses memberikan gambaran Joker yang sangat meyakinkan, sebelum Joker lainnya muncul mencuri perhatian di tahun 2008.
3.Joker versi The Dark Knight(2008)
Bisa ditonton di: Itunes, Google Play Movies, Hooq
Heath Ledger lantas mencuri perhatian kala ditunjuk sebagai Joker oleh Christopher Nolan di tahun 2008. Sempat diragukan oleh para fansnya pada awalnya, Ledger lantas bertransformasi menjadi sosok Joker yang kelam dan paling mengerikan diantara versi lainnya karena kemampuannya dalam menebar teror dan menjadi mastermind atas berbagai tindak kejahatan di kota Gotham.
Joker versi Ledger bisa dibilang paling jauh dari tampilan komiknya. Memang, Ledger masih menggunakan gaya setelan khas komik, pun dengan rambut hijau khasnya. Namun tampilan Ledger jauh lebih ke arah psikopat berkat rambut panjangnya yang tergerai acak-acakan, ditambah dengan makeup yang telah mengering dan menyatu dengan kulit.
Dengan lawakan gelap yang ditebarnya sesaat sebelum meneror para korbannya, Ledger lantas memberikan kita interpretasi the prince of crime yang paling mengerikan, cerdik, cerdas dan begitu terpatri di dalam ingatan. Bahkan tak bisa dipungkiri, Joker versi Ledger berhasil memunculkan banyak fans Batman baru yang langsung menahbiskan The Dark Knight sebagai film Batman terbaik sepanjang masa.
Pantaslah jika kemudian Heath Ledger diganjar piala Oscar untuk kategori Best Performance by an Actor in a Supporting Role. Ya, meskipun penghargaan itu diberikan ketika ia sudah tiada.
4.Joker versi Suicide Squad(2016)
Bisa ditonton di: Itunes, Google Play Movie, Netflix
Lebih stylish, lebih rockstar dan lebih glamor. Itulah sedikit kesan dari tampilan Joker yang dibawa oleh Jared Leto kala tampil di film Suicide Squad.
Membawa tongkat estafet sebagai Joker baru sepeninggal Heath Ledger yang begitu sukses dan fenomenal, Jared Leto tentu membawa beban yang cukup berat di pundaknya. Leto yang sejatinya menjadi bagian dari proyek ambisius WB pada saat itu lewat DC Extended Universe, pada kenyataannya harus menerima pil pahit berkat performanya yang menerima banyak hujatan dari para fans dan penonton kasual.
Penulis pribadi pada awalnya masih menganggap bahwa performa Leto sebagai Joker baik-baik saja. Ia hanya menunjukkan interpretasi yang berbeda, demi menghapus image Ledger yang kadung terpatri di benak penonton meskipun tahu bahwa Joker versinya berasal dari proyek film yang berbeda.
Namun di luar isu yang berhembus bahwa WB memotong sebagian besar adegan yang melibatkan sosok Joker sehingga kita tak diberikan gambaran maksimalnya, harus diakui bahwa performa Leto memang cukup buruk. Ini penulis sadari setelah menonton ulang filmnya khusus untuk melihat interpretasi Joker di film ini.
Leto membuat sosok Joker benar-benar menjadi lawan tak sepadan bagi sang ksatria kegelapan. Terlalu "berwarna" dan nampak rapuh.
5.Joker a.k.a Arthur Fleck di film Joker (2019)
Lewat kolaborasi Todd Phillips dan Joaquin Phoenix, akhirnya kita disuguhi sosok Joker yang benar-benar memiliki latar belakang kisah yang kuat. Membuat karakter baru bernama Arthur Fleck sebagai seseorang dibalik sebutan The Joker, Todd Phillips lantas mengkombinasikan unsur melodrama yang kuat dalam film ini dengan tema besar seputar mental illness dan kritikan akan kondisi sosial saat ini.
Mengambil pondasi kisah sang komedian yang terinspirasi dari komik The Killing Joke, Joaquin Phoenix lantas menunjukkan kualitas akting kelas Oscarnya lewat penampilan Joker yang lebih suram, rapuh dan menyedihkan bahkan terjebak dalam multi delusi yang diciptakannya sendiri.
Dan yang terpenting, suksesnya penampilan Phoenix akan kembali menjadi beban berat bagi siapapun yang terpilih memerankan sosok Joker di proyek DC selanjutnya.
6.Bonus: Joker versi Mark Hamill
Bisa ditonton di: Itunes, Google Play Movie
Mark Hamill memang tak pernah memerankan sosok Joker di film live action. Namun sang Jedi Master tetap mencuri perhatian berkat perannya sebagai pengisi suara Joker untuk serial dan film animasi sejak tahun 1992 seperti Batman: The Killing Joke, Batman The Animated Series, Justice League dan Batman Beyond. Bahkan juga menjadi pengisi suara untuk permainan video gim bertajuk Arkham Trilogy yang dirilis secara multi-platform.
Mark Hamill memang sangat cocok menggambarkan sosok Joker lewat suaranya. Apalagi kala menginterpretasikan gaya tawa Joker yang mengesalkan sekaligus menyeramkan. Maka tak heran jika kemudian namanya kerap disebut oleh para fans termasuk penulis sebagai salah satu Joker terbaik.
7.Bonus: Wataru Takagi dan Tony Hale
Bisa ditonton di: Netflix
Sama seperti Mark Hamill, keduanya adalah pengisi suara Joker untuk film animasi Batman yang cukup nyeleneh berjudul Batman Ninja. Dirilis dalam 2 versi bahasa yaitu Jepang dan Inggris, keduanya lantas memberikan performa yang sama-sama baik sebagai sosok prince of crime yang licik dan sadis, dengan diperlengkapi tawa nyaring yang khas.
Memang suara mereka tak se-ikonik Mark Hamill. Namun performa keduanya sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan sosok Joker yang menjadi pemimpin bagi para penjahat super lain dalam usahanya menghadang Batman. Meskipun kemudian sebuah insiden membawa mereka semua ke zaman ninja dan samurai di Jepang ratusan tahun yang lalu.
***
Itulah sedikit gambaran mengenai evolusi Joker yang ditampilkan pada berbagai versi film. Meskipun berganti aktor, atribut dan interpretasi atas aksinya, namun satu benang merah yang tetap menghubungkannya adalah mental illnessnya yang lantas menjadikannya sesosok penjahat mengerikan sekaligus menjadi antitesis atas sosok kepahlawanan Batman yang nampak begitu sempurna.
Kisah Joker memang selalu menarik untuk diangkat ke dalam medium film. Juga begitu menarik untuk ditelusuri dan didiskusikan setiap misteri yang melekat padanya.
Namun biar bagaimanapun, menyaksikan Joker tanpa adanya Batman memang serasa ada yang kurang, pun sebaliknya. Keduanya memang harus segera dipasangkan kembali karena konflik tentu akan semakin seru kala mereka dipertemukan.
Lantas, versi Joker yang mana yang menjadi favorit teman-teman kompasianer? Atau justru ada versi Joker lainnya yang belum disebutkan penulis? Yuk, kita ngobrol di kolom komentar.
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H