Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Warkop DKI Reborn" dan Usaha Menghidupkan (Lagi) Lawakan Sang Legenda

8 September 2019   09:51 Diperbarui: 9 September 2019   20:57 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Warkop Reborn sebelumnya (Sumber: Falcon Pictures)

Sudah 46 tahun genap usia Warkop DKI tepat di tanggal 7 September 2019 ini. Di mana karya-karyanya terus hidup meskipun kini hanya menyisakan 1 personil yaitu Indro seorang. Falcon Pictures pun memutuskan untuk kembali lagi menelurkan produk Warkop DKI Reborn mereka di tahun ini, yang sejatinya sudah cukup sukses lewat film yang terbagi 2 bagian di tahun 2016 dan 2017 silam.

Total kurang lebih 10 juta penonton hasil akumulasi kedua film tersebut, rasanya tak cukup membuat Falcon Pictures berpuas diri terhadap brand Warkop DKI yang dikenal sebagai kiblat komedi Indonesia yang lawakannya sendiri tak pernah lekang oleh waktu.

Di tengah biasnya tujuan pelestarian karya dan komersialisasi brand Warkop DKI itu sendiri, tak bisa dipungkiri film Warkop DKI Reborn ketiga ini berusaha untuk kembali menggaet penonton muda untuk bisa menyaksikan Warkop DKI yang mungkin tak bisa mereka nikmati sebelumnya terkait generation gap yang cukup jauh.

Film Warkop Reborn sebelumnya (Sumber: Falcon Pictures)
Film Warkop Reborn sebelumnya (Sumber: Falcon Pictures)
Tak hanya mengganti sosok Dono, Kasino dan Indro yang sebelumnya diperankan oleh Abimana Aryasatya, Vino G.Bastian dan Tora Sudiro menjadi Aliando Syarief, Adipati dan Randy Danistha, film ini juga mengganti sutradara yang sebelumnya dipegang oleh Anggi Umbara menjadi Rako Prijanto. Perubahan besar pun tentu saja terjadi dalam film Warkop DKI Reborn terbaru.

Namun apakah film ini worth untuk disaksikan?

Tanpa membahas sinopsisnya, inilah ulasan film dengan harga tiket hanya Rp 5.000 di hampir seluruh bioskop nasional, sebagai perayaan hari jadi Warkop DKI ke-46 di hari Sabtu tanggal 7 September 2019 lalu.

Eksekusi Jalan Cerita dan Jokes yang Lebih Rapi

Dibandingkan film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss part 1 & 2 garapan Anggy Umbara, film Warkop DKI Reborn ketiga yang dipegang oleh Rako Prijanto ini bisa dibilang jauh lebih rapi dalam hal eksekusi ceritanya. Jalan cerita utama film ini masih cukup jelas untuk dimengerti meskipun kemudian diselipkan berbagai jokes non-linear khas Warkop DKI.

Sumber: Falcon Pictures
Sumber: Falcon Pictures
Berbeda dengan Anggy yang lebih banyak mengambil referensi film Warkop semisal Chips, Maju Kena Mundur Kena dan Setan Kredit, Rako cenderung mengambil referensi film-film Warkop DKI yang lebih lawas semisal Mana Tahan, Gengsi Doong dan Pintar-pintar Bodoh.

Rako kemudian melengkapinya lewat tone film yang berwarna lebih kecoklatan untuk menghasilkan efek warm khas film jadul. Dengan gaya berpakaian yang juga khas film-film Warkop kala almarhum Nanu masih melengkapi formasi tersebut.

Warkop DKI Reborn kali ini juga menawarkan pengalaman sinematik yang jauh lebih baik. Kombinasi teknik pengambilan gambar melalui drone atau wide shoot seperti kala adegan di Maroko, memberikan cinematic experience yang cukup baik dan memuaskan. Ya, dari sisi sinematik Warkop DKI Reborn ketiga ini jelas satu step lebih baik dibanding pendahulunya.

Dari sisi komedi film ini tak disangka cukup menghibur, meskipun di beberapa bagian memang masih nampak garing dan hanya berhasil mendatangkan senyum simpul, bukan tertawa lebar. Penulis yang sebelumnya tak berekspektasi lebih dengan film ini, lantas cukup terpuaskan dengan deretan lawakan yang muncul dan berpadu rapi dengan runutnya jalan cerita.

Referensi lawakan Warkop DKI klasik jelas lebih terasa pada film ini dibandingkan versi Anggy Umbara yang bisa dibilang cukup absurd itu. Jokes seperti "Manurung-Panjaitan", adegan jatuh dari kursi, dan Kasino yang sempat-sempatnya bersalaman dengan Dono dan Indro kala dikejar warga misalnya, menjadi sedikit contoh bagaimana hal-hal tersebut cukup mampu mengingatkan kita akan trio Warkop DKI asli.

Sumber: Falcon Pictures
Sumber: Falcon Pictures
Film ini pun kaya akan homage film-film Warkop DKI lawas, sehingga nuansa nostalgia kental tercipta dan membuat kita tersenyum sendiri mengingat rangkaian komedi yang disajikan Warkop di masa lalu. 

Tak terkecuali dengan munculnya adegan mereka sebagai penyiar radio, yang mengingatkan kita bahwa Warkop DKI memang dibesarkan oleh Radio yaitu Prambors.

Pun parodi film-film hits masa kini mampu menjadi scene stealer yang sangat efektif mengocok perut. Film-film apa saja yang diparodikan oleh trio konyol tersebut, rasanya harus ditonton langsung agar menimbulkan efek kejut yang maksimal.

Film pendek animasi warkop yang ditayangkan sebelum film mulai (titiknol.com)
Film pendek animasi warkop yang ditayangkan sebelum film mulai (titiknol.com)
Sederhananya, jokes pada film Warkop DKI Reborn kali ini cukup otentik dengan versi aslinya. Pun dilengkapi dengan deretan adegan aksi dan kejar-kejaran khas Warkop. Ditambah dengan kombinasi musikal dan komedi yang juga sudah jadi trademark Warkop cukup pas dan tak terasa berlebihan penyampaiannya.

Sehingga para penggemar Warkop DKI klasik akan mudah menemukan berbagai referensi film klasiknya yang dikemas layaknya easter eggs yang disebar di sepanjang film. Namun bagi generasi yang lebih muda dan tak terbiasa akan lawakan Warkop DKI, beberapa jokes mungkin akan dianggap datar dan nampak "hit n miss".

Trio yang Tak Kalah Menjanjikan

Suara.com
Suara.com

Dono, Kasino dan Indro memang tak akan bisa tergantikan. Namun bukan berarti karakter tersebut tidak bisa ditiru untuk memunculkan kembali nostalgia terhadap trio yang tahun ini genap berusia 46 tahun. Abimana, Vino dan Tora jelas sudah membuktikan bahwa mereka bisa mimicking Dono Kasino Indro dengan cukup baik dan otentik.

Lantas bagaimana dengan Aliando, Adipati dan Randy sebagai trio baru?

Tak disangka-sangka mereka bertiga mampu memberikan penampilan terbaik yang cukup otentik. Gestur tubuh mereka bertiga baik ketika berbicara ataupun ketika muncul tanpa dialog, sukses mengingatkan kita akan trio Warkop DKI asli di kala muda. 

Trio muda ini tak sekadar mampu meniru Warkop DKI asli melainkan juga mampu menyamai apa yang sudah dilakukan trio Reborn sebelumnya.

Sumber: Falcon Pictures
Sumber: Falcon Pictures
Aliando lah yang bisa dibilang tampil paling total dalam menghadirkan sosok Dono muda di dalam film ini. Baik lewat gestur tubuh hingga logat, mampu ditampilkan Aliando dengan cukup baik. Tak kalah dengan apa yang dilakukan Abimana pada film Reborn sebelumnya.

Sementara Adipati lewat Kasinonya juga mampu menghadirkan sosok Kasino yang suka mengumpat sembarangan. Bahkan umpatan body shaming khasnya semisal kulkas 2 pintu dan bemper bemo, juga kerap muncul mengundang gelak tawa. 

Meskipun tak bisa dipungkiri, di beberapa bagian tampak miss penyampaian komedinya karena nampaknya memang hanya almarhum Kasino yang mampu menyampaikan jokes tersebut secara maksimal.

Randy sebagai Indro muda juga cukup baik menampilkan sosoknya baik secara mimik maupun penampilan. Hanya saja sama seperti kala Tora memerankan Indro, perannya disini kurang terasa karena mungkin masih ada sosok Indro asli di dalam film. Sehingga karakternya jelas masih masuk dalam bayang-bayang sang legenda dan secara tidak langsung penonton pun akan ikut "membandingkannya".

Sementara yang patut jadi sorotan lain ada pada karakter pendukung yaitu Mandra. Sosoknya tak hanya mampu menghadirkan lawakan betawi yang menjadi ciri khasnya, namun juga mampu menjadi scene stealer yang efektif menghadirkan gelak tawa.

Indro Warkop pun disini mendapat peran yang memadai dan cukup penting. Tak lagi sekadar hiasan atau cameo tak penting seperti apa yang dilakukan Anggy Umbara di film Reborn sebelumnya. Tenang, tak ada lagi om Indro berbentuk Minion di film ini.

Penutup

Palembang.tribunnews.com | Sumber: Falcon Pictures
Palembang.tribunnews.com | Sumber: Falcon Pictures
Sebagai usaha melestarikan Warkop DKI dan lawakannya kepada generasi yang lebih muda, Warkop DKI Reborn ketiga ini cukup layak untuk diapresiasi. Usaha ketiga bintang muda yang tampil all out sebagai trio Warkop berpadu dengan jalan cerita dan lawakan yang terjahit rapi oleh Rako Prijanto, jelas menjadi bukti bagaimana film ini cukup serius untuk mencoba menghadirkan sesuatu yang legendaris dengan kemasan kekinian.

Sayang, film ini nampak mengulangi kesalahan yang sama di masa lalu berkat sepertiga akhir film yang nampak "kehabisan bensin" ditambah dengan ending film yang cukup membuat melongo dan antiklimaks. Ya, Warkop DKI Reborn ketiga ini ternyata tetap dibagi 2 part seperti pendahulunya. Cukup mengagetkan dan dirasa tak begitu perlu dibagi 2 bagian sebenarnya.

Bagi anda penggemar setia Warkop, menyaksikan film ini jelas mampu membawa kembali nostalgia berkat banyaknya homage film Warkop DKI klasik yang ditampilkan sebagai bentuk penghormatan. Menjadi bukti bahwa lawakan dan sindiran sosial sang legenda tetap relevan ditampilkan di masa kini. Meskipun memang sosok trio asli Warkop tak akan pernah bisa tergantikan.

Sumber: Falcon Pictures
Sumber: Falcon Pictures
Namun mengenai worth atau tidaknya film ini, tentu ada di tangan penonton masing-masing. Karena kembali lagi, konsep reborn tidaklah untuk menggantikan melainkan sebagai bentuk komersialisasi brand Warkop yang terbungkus rapi dengan alasan pelestarian dan penghormatan akan karya sang legenda.

Meskipun memang alasan tersebut sejatinya bisa dipatahkan dengan satu pertanyaan. Mengapa tidak merestorasi saja film-film Warkop DKI klasik untuk ditayangkan kembali di bioskop-bioskop pada waktu tertentu?

Skor 7/10 untuk film Warkop DKI Reborn. Karena cukup menghibur dan mampu membawa nostalgia meskipun tidak cukup memorable dan sebenarnya tidak perlu, heuheu.

Dan apakah film ini mampu menyamai prestasi 2 film sebelumnya? Saya rasa tidak. Mengingat jumlah penonton terpecah sama rata, antara yang pro dengan konsep reborn dan yang menolak mentah-mentah. Tapi entahlah, strategi marketing Falcon lah yang kelak akan menentukan hasil akhirnya. Kita lihat saja.

Warkop DKI Reborn tayang reguler Kamis, 12 September 2019.

Tertawalah Sebelum Tertawa itu Dilarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun