4. Harus Ditayangkan Pada Bioskop Konvensional bukan Bioskop Alternatif
Memang saat ini film-film lawas Indonesia sudah sering ditayangkan pada berbagai kelas diskusi film, screening eksklusif di bioskop alternatif atau mungkin pada channel di tv kabel yang khusus menayangkan kembali film-film lawas. Hanya saja, penayangan kembali pada bioskop konvensional atau mainstream juga sejatinya diperlukan.
Efek dari penayangan di bioskop konvensional mungkin tidak akan cepat. Namun dengan adanya rutinitas penayangan minimal seminggu sekali misalnya, ditambah dengan adanya konten marketing yang dibalut dengan unsur edukasi tinggi perihal program penayangan ulang film lawas ini, tentunya akan segera terpatri di benak para penonton bahwa bioskop kini menyediakan alternatif tontonan lawas nan legendaris yang bisa dinikmati dalam rangkaian program yang dikemas menarik.
***
Dengan selera penonton film nasional yang saat ini sudah berkembang pesat, tentunya program menonton ulang ini seharusnya bisa mudah dilaksanakan.
Hanya saja memang perlu strategi khusus dan pas untuk menciptakan hype di tengah-tengah mayoritas penikmat film yang masih terbiasa dengan sajian teknis ala film modern semisal kualitas sound modern, penuh visual efek menarik dan tema cerita yang lebih relate dengan masa kini.
Selain itu, biaya restorasi yang tidak murah serta beberapa master film yang kondisinya tak memungkinkan untuk didigitalisasi, juga menjadi sebab yang membuat program ini mungkin cukup sulit direalisasikan. Selain juga faktor "cuan" yang tentunya menjadi alasan utama bagi bioskop untuk berpikir ulang perihal penayangan kembali film-film lawas tersebut.Â
Karena tentunya bioskop sebagai wadah penyedia tontonan perlu memiliki perhitungan yang jelas mengenai tiket yang terjual dibandingkan dengan beban operasional dan biaya marketing yang dikeluarkan.
Tak lupa, kerjasama dengan jaringan bioskop yang mau "merelakan" salah satu studionya digunakan 1 atau 2 kali dalam seminggu untuk menayangkan ulang film-film tersebut itu pun juga perlu diperhatikan. Tak hanya soal harga yang mungkin diatur lebih murah atau mungkin memiliki skema fixed price, namun juga soal pemilihan lokasi bioskop yang dirasa cukup oke untuk penayangan ini.
Karena jika lebih lawas dan memiliki sisi historis yang tinggi pada pemilihan lokasi bioskopnya, maka bukan tidak mungkin hal tersebut bakal mampu menjadi faktor kunci yang bisa digunakan untuk menarik penonton lebih lagi. Karena penonton akan mendapatkan pengalaman menonton bernuansa vintage yang maksimal.
Penutup
Dengan Jerman, Amerika dan beberapa negara lain yang juga ikut melestarikan industri filmnya lewat program penayangan kembali film lawas, seharusnya juga mampu melecut para pelaku industri film Indonesia untuk melakukan hal yang sama. Terlebih katalog film klasik kita juga memiliki kualitas yang mumpuni dengan beberapa diantaranya juga diakui di kancah internasional.