Pun film-film dengan karakter ikonik semisal Suzanna, Warkop DKI dan Barry Prima, juga bisa menjadi pilihan untuk ditayangkan kembali.
2. Amerika dan Jerman sebagai Percontohan
Dengan Amerika Serikat yang saat ini menjadi pemimpin dalam industri perfilman dunia dan Jerman sebagai salah satu negara penghasil film berkualitas di benua Eropa, tentu bisa menjadi negara percontohan terkait bagaimana cara mereka dalam melestarikan film-film lawasnya.
Bahkan dilansir dari www.total-munich.com, salah satu dari 3 bioskop tertua di Jerman yaitu Museum Lichtspiele, masih rutin menayangkan film-film lawas dengan audio original.Â
Dengan film cult The Rocky Horror Picture Show menjadi film terlama yang rutin ditayangkan selama 2x dalam seminggu sejak tahun 1977 dan membuatnya mendapatkan Guiness Book of Records berkat konsistensi penayangannya itu.
Bekerjasama dengan berbagai jaringan bioskop di negeri paman Sam semisal Amstar Cinemas, Cinemawest, CMX Cinema dan masih banyak lagi, film-film lawas mulai dari Big Trouble in Little China, Grease hingga trilogi The Lord of The Rings, diputar kembali selama 2x seminggu. Dengan film-film lawas tersebut dibentuk menjadi program seri dengan total 6 minggu penayangannya.
John Hersker beranggapan bahwa biar bagaimanapun film tetaplah sebuah sajian yang hanya bisa dinikmati secara maksimal pada instalasi ala teater, dengan layar besar dan sound system maksimal serta dinikmati bersama penonton lain tentunya.
Memang film-film lawas tersebut terkadang juga bisa kita nikmati lewat kepingan dvd atau blu-ray serta tayangan pada tv kabel. Tapi sekali lagi, experience lah yang membedakannya.
Jadi bagaimana, alasan experience ini juga bisa diaplikasikan di Indonesia bukan?