Penampilan Maksimal Para Pengisi Suara dan Hans Zimmer yang Memukau
Satu hal yang membuat film ini menyisakan nostalgia versi originalnya tentu saja datang dari para pengisi suara yang mampu memberikan performa yang maksimal. James Earl Jones yang kembali didapuk sebagai Mufasa, tentu saja memberikan atmosfer yang sama layaknya menyaksikan versi originalnya. Suara berat dan berwibawanya memang nampak sulit tergantikan.
Seth Rogen dan Billy Eichner tentu saja mencuri perhatian di film ini. Selain berhasil menghidupkan kembali karakter Pumbaa dan Timon, meta-jokes yang dihadirkan keduanya pun berhasil mengocok perut seisi bioskop. Tak lupa, nyanyian The Lion Sleeps Tonight dan Hakuna Matata juga berhasil membius penonton berkat kelucuan yang dihadirkan keduanya ditengah-tengah lagu tersebut.
Para pengisi suara |Sumber: ibtimes.co.in
Sementara Donald Glover dan Beyonce sebagai pasangan Simba dan Nala, masing-masing memang pantas mendapatkan peran tersebut. Tak hanya mampu menghidupkan sepasang singa yang jatuh cinta, namun juga menghidupkan kembali lagu
Can't You Feel the Love Tonight yang tentunya membangkitkan nostalgia dan mengundang seisi bioskop untuk bernyanyi bersama.
Oh iya, satu lagu baru berjudul Spirit yang dinyanyikan oleh Beyonce, menjadi salah satu lagu yang saya jagokan untuk mendapatkan awards di Grammy ataupun Oscar tahun depan untuk kategori Best Original Song. Komposisi musiknya sangat megah dan tentu saja catchy di telinga. Bahkan kemunculannya di film ini menjadi sebuah adegan baru yang cukup powerful dan mengena.
Dan nama terakhir yaitu Hans Zimmer, tentu saja tak boleh dilewatkan begitu saja. Bertanggung jawab atas megahnya musik pada versi originalnya, lantas pada versi reka ulang nya kali ini nyatanya Hans tidak menurunkan kualitasnya. Justru komposisi
scoring di versi 2019 ini jauh lebih solid, megah dan jauh lebih berisi dari versi originalnya yang memang tidak diaransemen secara "brutal". Semuanya pas dan berhasil membawa suasana
fun dan membangkitkan nostalgia bagi para penonton.
Penutup
Sumber: Imdb.com/Walt Disney
Sebagai salah satu film animasi yang menjadi favorit banyak orang, versi adaptasi The Lion King memang masih setia dengan pakem originalnya. Tak ada perubahan cerita karena cerita aslinya sendiri sudah baik dan solid. Setiap dialog, gerak-gerik dan pergantian adegannya bahkan sangat mirip dengan versi 1994-nya.
Tak seperti Cinderella, Maleficent ataupun Aladdin yang memasukkan beberapa unsur cerita tambahan agar sesuai dengan isu woman empowerement atau Beauty and The Beast yang memasukkan sedikit unsur LGBT, The Lion King tidak melakukannya.Â
Unsur iri hati, perebutan tahta dan keyakinan diri memang menjadi isu yang relevan sampai kapanpun. Maka jikapun Scar yang pada akhirnya diberikan sedikit porsi tambahan, hal itu hanyalah untuk menjadikannya karakter jahat yang memiliki alasan yang jauh lebih kuat dan relevan dengan keadaan saat ini.
Praktis,
The Lion King hanyalah menjadi sajian untuk sekadar pamer teknologi dan menunjukkan kedigdayaan Disney dalam menghadirkan
line-up aktor dan aktris kelas A dalam filmnya kali ini. Maka bagi anda dan (mungkin) beberapa kritikus dunia yang mengharapkan sesuatu yang baru dan segar dalam film ini, tentu saja akan dikecewakan.Â
Lihat Film Selengkapnya