Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The Lion King", Epik dan Menyenangkan dengan Visualisasi yang Memukau

18 Juli 2019   09:48 Diperbarui: 20 Juli 2019   11:04 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua puluh lima tahun yang lalu Disney menelurkan film animasi yang begitu menggugah dan menjadi favorit banyak orang hingga kini. Bahkan status legenda pun berhasil disematkan film ini yang lantas membuatnya menjadi salah satu film animasi paling berpengaruh dalam sejarah perfilman dunia.

Menggabungkan unsur cinta, proses pendewasaan dan perebutan tahta, The Lion King (1994) lantas menjadi sebuah animasi dengan cerita kuat yang begitu mengena dan relevan hingga bertahun-tahun kemudian.

Dan di tahun ini, Disney pun kembali merilis film legendaris tersebut yang euforia penyambutannya sendiri sudah dimulai sejak setahun lalu. Menjadi salah satu proyek adaptasi animasi Disney yang paling ditunggu, The Lion King (2019) semakin semarak kala memiliki deretan pengisi suara yang tidak main-main. Beyonce sebagai Nala, Donald Glover sebagai Simba, Seth Rogen sebagai Pumbaa dan kembalinya sang legenda, James Earl Jones sebagai Mufasa, tentunya membuat proyek ini terlihat sangat menjanjikan.

The Lion King versi animasi yang tayang tahun 1994| Sumber: Metro.co.uk
The Lion King versi animasi yang tayang tahun 1994| Sumber: Metro.co.uk
Tentunya film ini masih memberikan kisah yang sama dan tak berubah, yakni tentang petualangan Simba yang terpaksa memulai hidup baru pasca kehilangan sang ayah yang amat ia cintai. Sembari takdir mengingatkannya kembali akan tujuan hidupnya untuk menyelamatkan tanah kelahirannya dari kekuasaan pamannya yang jahat nan licik, Scar (Chiwetel Ejiofor).

Namun dibalik gegap gempitanya respon yang diberikan publik di seluruh dunia, kritik yang disematkan untuk film ini justru begitu beragam. Tak seperti versi originalnya yang mendapatkan angka rotten tomatoes 93%, versi barunya sampai hari ini justru masih menunjukkan nilai yang masuk kategori busuk yaitu 59%. Tak beda jauh dengan Aladdin yang dirilis tempo hari, meskipun pada akhirnya hasil box office-nya tak sejalan dengan kritik yang diberikan.

Lantas, apa saja hal menarik yang menjadi sorotan dalam film ini? Masih worth kah untuk menonton versi terbarunya ini? Maka tanpa menulis sinopsis yang pastinya hampir semua orang tahu cerita The Lion King, yuk, kita langsung masuk ke dalam ulasannya.

Photorealism dan Daya Magis Disney

Sumber: Radiotimes.com
Sumber: Radiotimes.com
Bisa dibilang versi terbaru The Lion King ini cukup memusingkan untuk disebut. Live action bukan, animasi pun bukan. Maka lebih tepatnya adalah versi CGI termutakhir yang diadaptasi dari versi animasi.

Ya, tentu saja termutakhir karena ini merupakan lompatan teknologi yang sangat luar biasa sejak Avatar melakukannya di 2009 silam. Disney menyebutnya sebagai CGI Photorealism, dimana beberapa tahun yang lalu orang-orang mungkin tidak pernah membayangkan ada teknologi secanggih ini.

Dalam The Jungle Book (2016) yang menjadi ladang eksperimental bagi Jon Favreu dan Disney dalam menciptakan visualisasi live action serealistis mungkin, tentu masih menyisakan unsur komputerisasi yang terlihat kasar semisal pada latar hutan ataupun beberapa adegan Mowgli berlari didalamnya. Namun dalam The Lion King, hal itu tidak terjadi karena setiap latar, katakter dan atmosfernya begitu detail, hingga kita tak bisa membedakan mana asli mana CGI.

Sumber: Empireonline.com
Sumber: Empireonline.com
Dikutip dari Slate.com, sang sutradara, Jon Favreu bersama sinematografer Caleb Deschanel menggunakan set virtual dengan kacamata VR (Virtual Reality), dalam proses shoot film ini. Mereka lantas mengesplorasi replika padang sabana di Afrika dan melakukan proses pergerakan kamera layaknya syuting di lokasi asli. Hal tersebut guna menampilkan tangkapan adegan legendaris dalam versi 1994-nya ke dalam adegan yang jauh lebih realistis di versi 2019-nya ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun