Apa yang disajikan oleh Crawl sejatinya sangat sederhana. Yaitu bagaimana jika sebuah rubanah yang gelap dan sempit lantas memiliki tamu tak diundang yang cukup ganas dan diluar perkiraan sebelumnya.
Maka tanpa perlu memberikan latar belakang yang berbelit-belit, film ini pun segera muncul dengan deretan terornya dari awal hingga akhir. Kita pun hanya diberi kesempatan mengenal tokoh utamanya di awal film serta melalui beberapa kilas balik yang durasinya juga tak begitu lama.Â
Yang kita tahu, Haley adalah seorang atlet renang profesional yang memiliki hubungan "panas-dingin" dengan sang ayah dengan di satu sisinya merupakan wanita yang sedang dalam usaha berdamai dengan dirinya sendiri terkait kemampuannya menjadi juara.
Perkenalan singkat itulah yang menyebabkan chemistry ayah-anak sejatinya tak benar-benar tercipta sempurna. Meskipun pada beberapa adegannya memberikan gambaran pengorbanan ayah kepada anak ataupun sebaliknya, chemistry itu tak pernah benar-benar terasa. Pun pada adegan kilas balik yang sejatinya diperuntukkan untuk memperkuat faktor sebab akibat di sepanjang film, nyatanya tak benar-benar mampu menjelaskan hal tersebut.
Namun film ini nampaknya memang tak mementingkan poin itu sebagai sajian utamanya. Lagipula siapa yang butuh dramatisasi "menyek-menyek" pada film yang seharusnya hanya menyajikan intensitas ketegangan bukan? Toh, karakter manusianya ada memang untuk sekadar melengkapi deretan teror yang muncul, dengan sisi emosional dan berbagai tindakan konyol di tengah tekanan tersebut hadir sebagai bumbu pelengkap kengeriannya.
Namun soal intensitas ketegangan, film ini bisa dibilang jauh dari kata mengecewakan. Sinematografi yang agak gelap terutama pada adegan dalam rubanah, cukup sukses menghadirkan suasana ngeri dan intimidatif. Ditambah scoring dengan dinamika naik-turun yang pas, praktis membuat kombinasi apik keduanya menambah efek kaget yang bisa membuat penonton terperanjat di kursi bioskop, persis seperti saya, heuheu..
Serangan buaya pun dibangun dengan cukup apik. Dengan intensitas serangannya dibuat bertingkat mulai dari serangan ringan hingga yang paling membahayakan di bagian akhir. Dan CGI buayanya pun cukup realistis. Karena walaupun besar, namun ukurannya masih cukup masuk akal dan tak seraksasa ukuran hewan dalam The Meg ataupun Rogue.
Sementara dari sisi akting, Kaya Scodelario (Maze Runner, Clash of The Titans) cukup mampu memberikan penampilan yang meyakinkan di film ini. Tak hanya sekadar teriak-teriak, namun juga ketika insting bertahan hidupnya harus dikeluarkan di tengah luka parah yang dideritanya, demi keselamatan dirinya, ayahnya dan anjing kesayangannya.
Sedangkan aktor lain yang muncul, praktis hanya jadi sekadar pelengkap cerita dan tentu saja ada untuk "dikorbankan" ke mulut buaya.