Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama FEATURED

Menertawakan Ketidakadilan Hidup dalam "Parasite"

25 Juni 2019   15:02 Diperbarui: 11 Februari 2020   13:50 10433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asia nampaknya sedang naik daun di gelaran Cannes Film Festival. Setelah tahun lalu film drama keluarga asal Jepang, Shoplifters (baca disini), memenangi piala palem dan menggeser film masterpiece-nya Spike Lee, BlackKklansman ke posisi runner-up, tahun ini kembali film Asia mengguncang gelaran Cannes.

Adalah Parasite garapan sutradara jenius asal Korea, Bong Joon-ho, yang kali ini memenangi Palme d'or 2019. Bahkan Quentin Tarantino lewat Once Upon a Hollywood nya dibuat tak berkutik menghadapi film tragicomedy tersebut.

Bong Joon-ho (indiwire.com)
Bong Joon-ho (indiwire.com)
Sebelumnya, Bong Joon-ho lebih sering menyematkan kritik sosialnya pada film-filmnya yang bertema science fiction semisal The Host, Snowpiercer dan Okja. Lewat Snowpiercer misalnya, kritikan tentang perbedaan kelas sosial dan insting bertahan hidup manusia menjadi poin utama yang dibahas dengan latar kereta di dunia pasca apokaliptik 

Sementara dalam Okja, satir tentang eksploitasi hewan dan manusia sebagai puncak rantai makanan yang mengabaikan nilai-nilai keseimbangan alam menjadi poin utama yang disampaikan dengan narasi petualangan yang seru, haru dengan satu sisinya menampilkan kebenaran yang menyakitkan.

Okja (nytimes.com)
Okja (nytimes.com)
Bahkan Okja hampir saja mendapatkan Palme d'or 2017 andai kontroversi terkait film Netflix tak muncul saat itu. Ya, hanya karena Okja merupakan film Netflix yang notabene tak ditayangkan di layar lebar dimana juga menjadi salah satu syaratnya, piala palem pun pupus dari Okja. Namun nyatanya, 2 tahun kemudian Bong Joon-ho mampu menebus kegagalannya lewat Parasite.

Premis Sederhana dengan Kritik Sosial yang Kuat

Polygon.com
Polygon.com
Karakteristik yang mulai terlihat dari penyutradaraan Bong Joon-ho adalah bagaimana dengan jeniusnya dirinya meramu tema berat menjadi sebuah sajian film yang menyenangkan dan menghibur. Bagi yang sudah pernah lihat film-filmnya sebelumnya pasti mengamini hal ini. Dan Parasite pun demikian.

Premisnya sederhana, yaitu tentang dua keluarga yang bertolak belakang strata sosialnya, dimana pada akhirnya satu kejadian menuntun si keluarga miskin untuk melakukan kontak dengan keluarga kaya tersebut. Lebih dari itu, pertemuan mereka menuntun pada kejadian-kejadian yang tak hanya lucu dan menggelitik namun juga memilukan.

Adalah Ki-taek(Song Kang-ho) kepala keluarga dari sebuah keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan, yang memiliki seorang istri Chung-sook(Jang Hye-jin) dan sepasang anak laki-laki dan perempuan, Ki-woo(Choi Woo-shik) dan Ki-jung(Park So-dam).

Telegraph.co.uk
Telegraph.co.uk
Kesulitan finansial begitu membebat kehidupan mereka hingga untuk kebutuhan makan pun sulit dipenuhi. Begitupun dengan kebutuhan ponsel dan paket datanya, dimana mereka harus menumpang dengan wifi milik bangunan di sekitar rumah kumuh mereka.

Kabar baik kemudian datang kala teman Ki-woo(Park Seo-joon) datang menawari Ki-woo pekerjaan menjadi guru privat bahasa Inggris untuk menggantikannya sementara. Terkejut melihat anak yang diajarnya merupakan anak seorang businessman kaya raya, Ki-woo pun pada akhirnya memiliki ide cemerlang untuk mengambil keuntungan di rumah tersebut.

Ide yang pada akhirnya tak hanya menuntun kepada serangkaian kejadian lucu, seru dan haru namun juga membuka tabir memilukan yang selama ini tertutup rapat di rumah tersebut.

Tentang Social Class Gap yang Disampaikan dengan Komedi Satir Memikat

Variety.com
Variety.com
*Sebelum lanjut ke pembahasan lebih lanjut, sub-bab ini mungkin agak mengandung spoiler. Jadi, bagi yang tak mau terkena bocoran isi film, boleh langsung loncat ke sub-bab selanjutnya 

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, film ini memang memiliki premis sederhana yang menggambarkan betapa kontrasnya kehidupan si kaya dan si miskin atau disebut dengan social class gap. Bong Joon-ho menyampaikan berbagai kritikan sosialnya baik secara subtil maupun apa adanya. Bahkan permainan visual pun sering menjadi pesan tersirat alih-alih menggunakan dialog dalam menjelaskannya.

Bagaimana kehidupan keluarga Ki-taek digambarkan berada di area bawah tanah, dimana untuk menuju ke rumahnya harus melalui ratusan anak tangga. Sementara keluarga Mr.Park(Lee Sun-kyun) berada dalam perumahan elit, lengkap dengan sistem keamanan tingkat tinggi dan pemandangan luar biasa indah.

Imdb.com
Imdb.com
Sementara rumah keluarga Ki-taek memiliki jendela yang memperlihatkan pemandangan kumuh, maka keluarga Park memiliki jendela besar yang memperlihatkan kedamaian alam lewat tamannya yang luar biasa. Bahkan hujan lebat yang tak mempengaruhi struktur bangunan keluarga Park, berbanding terbalik dengan rumah Ki-taek yang dengan segera berantakan dialiri luapan banjir. 

Semua hal tersebut benar-benar menampilkan ketidakadilan hidup dengan gamblang dan apa adanya. Miris namun juga realistis.

Telegraph.co.uk
Telegraph.co.uk
Layaknya 2 sisi mata uang, keluarga Ki-taek dan Mr.Park yang sama-sama berjumlah 4 orang, nampak menjadi 2 sisi kehidupan yang kontras. Mr. Park yang seorang businessman menjadi kebalikan dari Ki-taek yang tak punya pekerjaan.

Sementara istrinya yang cantik begitu beruntung karena tetap dicintai dan menjadi orang kaya walau tak pandai mengatur rumah tangga. Berbeda dengan istri Ki-taek yang cenderung berantakan dan rajin mengatur rumah tangga namun hidup dalam kesulitan finansial.

Sedangkan kedua anak Mr.Park menjadi contoh kontrasnya unsur edukasi antara keluarga kaya dan kelas sosial bawah. Kecukupan finansial membuat anak-anak mereka begitu diperhatikan fasilitas pendidikannya, meskipun secara nilai akademis mereka mungkin tak lebih cerdas dibanding anak-anak Ki-taek.

Imdb.com
Imdb.com
Hingga akhirnya satu-persatu keluarga Ki-taek masuk ke rumah keluarga Park dengan segala intrik dan tipu muslihatnya, maka dengan segera menjadi "parasit" atas masing-masing anggota keluarga tersebut. 

Karena selayaknya konsep hidup parasit, ketika ada dalam garis batas wajar maka ia tak akan mengganggu tubuh inangnya selain hanya mengambil sari-sarinya. Namun jika batasan tersebut dilewati, tentunya tak hanya mampu menghancurkan tubuh inangnya sendiri, melainkan juga merugikan diri sendiri akibat rusaknya tubuh inangnya. Dan metafora tersebut digambarkan dalam adegan akhirnya yang mencekam sekaligus memilukan.

Shoplifters (theHindu.com)
Shoplifters (theHindu.com)
Selayaknya Shoplifters yang menggambarkan realita kehidupan kelas sosial bawah di Jepang, Parasite pada dasarnya menampilkan kritikan pedas terkait ketidakadilan hidup akibat dari perbedaan kelas sosial Korea Selatan, yang sayangnya selama ini jarang terekspos dunia luar. 

Kita selama ini terlalu larut dalam euforia K-pop dan K-drama yang menawarkan konsep "kesempurnaan". Namun justru kita lupa bahwa disudut kota-kota besar dalam negara maju tersebut, sejatinya masih menyisakan ketidaksempurnaan hidup yang memang masih terjadi.

screencomment.com
screencomment.com
Dan konsep parasit itu sendiri juga menjadi semacam metafora akan batasan tentang si kaya dan si miskin. Perbedaan strata sosial akan selalu ada sampai kapanpun dan impian untuk berada dalam status sosial yang sama tentu hanya impian belaka. Getir memang, tapi itulah kenyataan yang terjadi.

Namun tentunya, masing-masing "penghuni" strata sosial tersebut juga memiliki pilihan untuk melewati batasan itu atau tidak. Batasan yang nampak kabur dan memikat bagi masing-masing pihak pada awalnya, namun justru merugikan pada akhirnya. Batasan yang sejatinya memiliki perspektif kebahagiaannya masing-masing, asalkan dijalani dengan penuh rasa syukur, jujur dan integritas tinggi.

Visual Menarik dan Menghibur

Collider.com
Collider.com
Parasite tentu saja menjadi sajian menghibur yang tak hanya menampilkan jalan cerita yang kuat, namun juga menampilkan visualisasi adegan yang menarik. Tiap detail pengambilan gambarnya begitu memukau dan memperkuat maksud penyampaian pesannya dalam tiap adegan.

Dari segi akting pun tidak ada yang miss cast. Tiap aktor dan aktris dalam film ini begitu maksimal dalam menampilkan kepiawaian aktingnya, sehingga tiap dialog yang muncul terasa makin begitu kuat dan mengena. Entah pada adegan komedi, adegan emosional, maupun adegan mencekam, tiap aktor mampu memainkan porsinya dengan sangat baik di film ini.

Penggambaran culture shock keluarga Ki-taek dari kehidupan serba kekurangan ke kehidupan serba kelimpahan pun ditampilkan begitu menggelitik. Bahkan tak jarang, kekonyolan keluarga Ki-taek selama berada dalam lingkaran keluarga Park begitu natural ditampilkan. Maka menyaksikan film ini pun terasa begitu dekat dengan kita karena unsur-unsur yang digunakan pun sesuai dengan keseharian.

Hallyusg.net
Hallyusg.net
Meskipun terdapat ragam konflik di sepanjang film, Parasite tak menciptakan karakter protagonis atau antagonis. Kita dituntut untuk menyimak tiap kisah lewat perspektif masing-masing karakternya. Ada hal-hal yang berjalan benar, namun tak sedikit yang memang salah. Dan hal tersebut terjadi baik pada keluarga miskin Ki-taek maupun keluarga kaya Mr.Park.

Namun yang perlu digarisbawahi tentu saja unsur komedinya. Setiap penyampaian satir dan sarkasme dalam balutan komedinya begitu mengena, sehingga hampir bisa dipastikan tak ada unsur komedi yang miss di film ini. Semua unsur komedinya begitu lucu hingga mampu membuat riuh studio akibat tawa yang begitu lepas dari para penonton. 

Gelak tawa yang pada akhirnya menyadarkan kita bahwa sebenarnya kita menertawakan sebuah tragedi kehidupan yang sejatinya juga terjadi di sekitar kita, bahkan pada diri kita sendiri.

Screendaily.com
Screendaily.com
Boleh dibilang inilah film terbaik Bong Joon-ho hingga saat ini. Dan Cannes nampaknya tak salah memilih film ini menjadi jawaranya di tahun ini. Karena alih-alih membuat film berat dengan tema berat, Bong Joon-ho justru mampu menyederhanakan tema berat menjadi film yang sangat menghibur.

Ah, sudah lama sepertinya saya tak tertawa, sedih dan juga tergugah hatinya di waktu bersamaan seperti apa yang saya rasakan pasca menonton Parasite ini.

Penutup

Polygon.com
Polygon.com
Pada akhirnya saya hanya bisa mengatakan bahwa Parasite menjadi salah satu film terbaik di tahun 2019 yang sayang untuk dilewatkan. Filmnya begitu kaya hingga sulit untuk dideskripsikan melalui tulisan.

Lucu, menghibur, namun di satu sisi juga menampilkan realita yang pahit, menjadi alasan mengapa film ini begitu unik dan segar. Dengan plot twist yang begitu mengejutkan, Parasite pada akhirnya membiarkan setiap penontonnya untuk memilih sendiri responnya begitu meninggalkan studio bioskop.

Memilih untuk merenung atas ketidakadilan hidup yang begitu nyata, atau menertawakan ketidakadilan hidup yang memang pasti terjadi di dalam realita kita?

Slashfilm.com
Slashfilm.com
Parasite sudah tayang dan tersedia di jaringan bioskop CGV, Cinemaxx dan Flix Cinema. Tontonlah selagi hangat. Dan saran saya, jangan melihat trailernya agar efek kejut ketika menontonnya maksimal.

Skornya? Ya mungkin nilai sempurna 10 tak berlebihan untuk film ini, hehe..

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun