Lupakanlah MIB 2Â karena hanya merupakan pengulangan MIB yang sayangnya cukup gagal. Namun pada MIB yang dirilis di tahun 1997 silam, kita diberikan sebuah sajian film yang tak sekadar menceritakan pertarungan antara manusia dan alien. Lebih dari itu, MIB juga mengangkat beberapa isu sosial dan pesan positif yang mampu disampaikan dengan cukup efektif.
Kritikan terhadap para pengungsi ilegal di perbatasan Amerika dan isu sosial terkait perlakuan terhadap minoritas masih menjadi pesan yang relevan meskipun ditampilkan dalam humor satir yang cukup cerdas dan halus cara penyampaiannya.Â
Bahkan pesan positif terkait persahabatan, kepercayaan diri dan loyalitas, menjadi beberapa contoh lain mengapa Men In Black begitu memorable dan memiliki tempat khusus di hati para penggemarnya hingga saat ini.
Bahkan pada Men In Black 3 yang bermain-main dengan konsep time travel layaknya Terminator pun mampu menampilkan pesan harapan dan kepercayaan yang begitu kental.Â
Hingga kemudian di akhir kisahnya yang juga menjadi ucapan selamat tinggal untuk Tommy Lee Jones dan Will Smith, menjadi sebuah adegan penutup sekaligus emosional yang membuat MIB 3Â begitu melankolis dibandingkan 2 film sebelumnya.
Hal-hal seperti itulah yang nyatanya tak ditemukan pada MIB: International. Alih-alih menciptakan formula penceritaan baru, sang sutradara, F.Gary Gray (FF8,The Italian Job) justru menggunakan formula yang sama dengan film pertamanya namun dengan latar adegan yang kali ini membawa kita ke berbagai tempat eksotis di seluruh dunia. Ya namanya juga International, heuheu.
Tak jadi masalah memang dengan formula pengulangan yang dipakai, karena dua episode terakhir Star Wars pun menggunakan formula seperti itu. Hanya saja, sebagai spin-off yang dituntut menghadirkan nuansa penceritaan yang baru, alur ceritanya justru menghadirkan kebosanan dan nampak seperti deja vu. Padahal, formula pengulangan ini sudah pernah dilakukan di installment kedua dan gagal.
Memang hadirnya Tessa Thompson nampak mengangkat isu women empowerement yang saat ini sedang marak. Hanya saja hal tersebut tak benar-benar disisipkan dengan kuat, karena munculnya sosok Agent M tak ada bedanya dengan kemunculan agent Jay dulu.
Selain itu, kurangnya motivasi dan latar belakang terkait aksi yang dilakukan dari sisi protagonis maupun antagonis, menyebabkan kedalaman kisah film ini cukup dangkal. Beberapa adegan aksi memang mengundang crowd pleaser, namun hal tersebut nyatanya tak memberikan emosi yang cukup bagi kita untuk ikut tenggelam bersama adegannya.