Dari sisi scoring, tak bisa dipungkiri tangan dingin Hans Zimmer mampu membuat nuansa megah di sepanjang film. Olahan musik Hans Zimmer nampak memberikan nyawa tambahan di tengah film yang nampak membosankan dan antiklimaks tersebut.
Akhir X-Men dengan Muatan Kisah yang Gelap
Dark Phoenix pun masih mempertahankan hal tersebut dengan kekecewaan, kematian, dan tragedi menjadi motor penggerak kisah kelamnya. Namun tak seperti Endgame yang masih menyisipkan komedi slapstick bahkan cringe di beberapa adegannya, Dark Phoenix justru nampak tak memberikan ruang tawa yang cukup bagi penonton.
Namun itulah X-Men. X-Men yang memang memiliki ciri khasnya sendiri sejak pertama kali muncul di layar lebar. X-Men yang sebisa mungkin tak menjadikan komedi sebagai jualan utamanya.
Dan Dark Phoenix menyadarkan kita bahwa ciri khas tersebut sejatinya akan berakhir seiring dengan bergabungnya X-Men ke dalam MCU. Maka bisa dipastikan mereka akan muncul dengan pendekatan yang lebih ramah bagi segala usia di masa depan.
So, say goodbye to Fox's X-Men.
Penutup
Character driven yang tak digarap maksimal hingga banyaknya dialog klise, membuat film ini tak memiliki bobot yang sama dengan pendahulunya. Belum lagi banyaknya plot hole dan kekacauan timeline yang muncul akibat film ini.Â
Maka, meskipun sering tak sepakat dengan akumulasi penilaian kritikus di rotten tomatoes, namun kali ini nampaknya saya sepakat jika situs tersebut memberikan rating 22% alias tomat busuk untuk film ini.