Tentang Ibu dan Keberanian Wanita di Tengah Budaya Patriarki
Secara jalan cerita, pada dasarnya film ini tak menampilkan sesuatu yang benar-benar baru. Unsur-unsur yang sudah kita kenal sebelumnya lewat film-film aksi semacam John Wick, Jason Bourne, Trilogi Taken, Dwilogi The Raid bahkan Merantau, menjadikan kedua film tersebut langsung nampak familiar sejak menit pertamanya berjalan.
Namun dua hal yang membuatnya cukup segar dibandingan film-film aksi lainnya adalah terkait karakter utama wanitanya serta tema perjuangan seorang ibu di tengah budaya patriarki yang kental.
Furie sendiri menggambarkan usaha seorang ibu dalam menyelamatkan sang anak, tak peduli betapa besar resiko yang dihadapinya. Maka pengejarannya dari desa terpencil Vietnam hingga ke tengah kota metropolitan, menjadi bukti betapa cinta kasih seorang ibu mampu mengatasi segala halangan yang muncul di hadapan.
Karakter Hai Phuong yang dimainkan oleh Veronica Ngo juga menunjukkan bagaimana wanita kerap direndahkan dan dianggap tak memiliki power dalam berbagai pekerjaan yang biasanya dilakukan laki-laki. Maka pekerjaannya sebagai debt collector yang cukup disegani demi menghidupi anak semata wayangnya, seakan menunjukkan bahwa tak selamanya wanita selalu dianggap sebagai makhluk yang tak bisa mengerjakan pekerjaannnya lelaki.Â
Pun begitu dengan aksi beladirinya melawan para lelaki yang cenderung meremehkan dirinya, menjadi sebuah jawaban tersirat bahwa wanita pun mampu begitu mematikan jika prinsip hidup bahkan harta berharga dalam hidupnya direnggut begitu saja.
Pesan kuat lantas menyertai aksi Veronica Ngo. Jangan sekali-sekali merendahkan dan meremehkan kekuatan ibu dan wanita. Sederhananya, jangan sekali-sekali berurusan sama emak-emak. Salah ganggu emak-emak, hidupmu kelar sudah.