Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Aladdin" dan Tantangan Penceritaan Ulang Disney di Masa Depan

28 Mei 2019   12:56 Diperbarui: 28 Mei 2019   18:28 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guy Ritchie(variety.com)
Guy Ritchie(variety.com)
Seperti kita tahu, versi animasi menggambarkan Jasmine sebagai sosok putri yang rupawan namun di satu sisi juga tak bisa berbicara banyak di lingkungan dengan budaya patriarki yang kuat. Maka di film live action-nya ini, Jasmine menunjukkan karakter wanita yang lebih kuat bahkan berani berbicara lebih dan layak mendapatkan posisi istimewa pada akhirnya.

Hal-hal tersebut tentunya tak bisa ditampilkan dalam film animasinya dulu. Maka formula retelling the stories cukup tepat, karena tak perlu mengubah kisah keseluruhan melainkan hanya memasukkan unsur-unsur yang dirasa perlu untuk direvisi. Maka cerita klasik dengan sentuhan baru pun siap disajikan baik kepada fans lama maupun fans baru dari generasi Z.

Movieweb.com
Movieweb.com
Kini, film-film princess sekalipun akan lebih menggugah karena princesses tak lagi digambarkan sebagai putri manja semata, namun juga memiliki keberanian, integritas dan berani melawan kekuatan budaya patriarki.

 Ya, setidaknya kita patut berterima kasih pada film Brave, Frozen dan Moana yang juga turut memberi kesan kuat bahwa penceritaan princess di era modern harus lebih berisi dari sekadar kisah cinta putri dan pangeran.

Unsur Hiburan Tetap Nomor Satu

Geekspin.com
Geekspin.com
Yang menjadi ciri khas dalam setiap film animasi Disney adalah unsur hiburan yang kental dan cerita sederhana namun dengan penyampaian pesan yang kuat. Hal itulah yang sejatinya turut disematkan pada tiap versi live actionnya.

Maka meskipun Aladdin dicerca para kritikus, nyatanya film ini tetap diterima baik oleh para fans karena masih memiliki unsur hiburan yang kental melalui lagu, koreografi dan permainan warna yang atraktif. Sedikit perubahan pada jalan ceritanya nyatanya tak terlalu berpengaruh karena film ini masih cukup asyik untuk dinikmati baik oleh orang dewasa maupun anak-anak.


Lupakan kritik tajam, cinemascore menjadi jawaban bagaimana film ini begitu menghibur dan menyenangkan. Dan hal itu juga berlaku bagi film live action Disney lainnya yang selalu mendapat nilai cinemascore A. Bahkan Dumbo yang dicap gagal sekalipun mendapatkan nilai A- karena masih menyenangkan untuk ditonton.

Keputusan Tim Burton untuk membuat kisah Dumbo lebih kelam dan menghilangkan unsur tarian dan nyanyian layaknya film animasinya dulu, terbukti mendapatkan respon yang masih baik meskipun tak semuanya setuju. Fans garis keras tidak senang sementara kritikus pun mencerca. 

Namun penonton kasual masih menikmati karena kisah Dumbo tetap menarik diikuti ditambah dengan polesan CGI yang juga ciamik untuk disimak. Tak lupa, kisah yang lebih relevan dengan isu sosial saat ini juga membuat Dumbo versi live action memiliki kekuatannya sendiri.

The Jungle Book (rollingstone.com)
The Jungle Book (rollingstone.com)
Meskipun secara rating, film-filmnya tak cukup spesial(kecuali Cinderella dan The Jungle Book yang mendapat certified fresh), namun Disney tetap berhasil mendapatkan banyak untung dari perolehan film-filmnya yang selalu diatas 500 juta dollar AS. Bahkan Beauty and The Beast dan Alice in Wonderland berhasil mendapatkan pundi-pundi diatas 1 Milyar Dollar AS. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun